× Home Daftar Isi Tentang Blog Contact Us
Menu

Humanesian

Economic and Accountant

Showing posts with label sejarah. Show all posts
Showing posts with label sejarah. Show all posts
Sejarah Mentalitas Fasis

Sejarah Mentalitas Fasis

2 Komen
Asal-Usul Mentalitas Fasis-  Fasisme merupakan sebuah ideologi yang berakar di Eropa. Pondasi fasisme dibangun oleh sejumlah pemikir Eropa pada abad ke-19, dan dipraktikkan pada abad ke-20 oleh negara-negara seperti Italia dan Jerman. Negara-negara lain, yang dipengaruhi ataupun menerapkan fasisme, “mengimpor” ideologi ini dari Eropa. Karena itu, untuk menelaah sumber-sumber fasisme, kita harus berpaling kepada sejarah Eropa.



Sejarah Eropa telah mengalami beberapa tahap dan periode. Namun, dalam pengertian terluas, kita dapat membaginya menjadi tiga periode utama:
1) Periode pra-Kristen (periode pagan)
2) Periode ketika agama Kristen meraih dominasi budaya di Eropa.
3) Periode pasca-Kristen (periode materialis)

Dari ketiga periode ini, tampaklah bahwa fasisme terjadi pada periode pertama dan ketiga. Dengan kata lain, fasisme adalah produk paganisme, dan kemudian dikuatkan kembali oleh kebangkitan materialisme. Ideologi atau praktik fasis tidak pernah muncul selama seribu tahun lebih, saat agama Kristen mendominasi Eropa. Hal ini karena Kristen merupakan agama kedamaian dan persamaan hak. Agama Kristen, yang menyuruh manusia untuk mencintai, berkasih sayang, berkorban, dan berendah hati sepenuhnya bertolak belakang dari fasisme.

KAUM FASIS DALAM DUNIA PAGAN

Pada dasarnya, sebagai budaya pagan, agama dalam periode pra-Kristen adalah politeistik. Orang-orang Eropa meyakini bahwa tuhan-tuhan palsu yang mereka sembah melambangkan berbagai kekuatan atau aspek kehidupan, dan yang terpenting adalah para dewa perang, sangat mirip dengan yang muncul di dalam hampir setiap masyarakat pagan.

Tingginya martabat para dewa perang dalam kepercayaan pagan karena masyarakat ini memandang kekerasan sebagai suatu yang sakral. Orang-orang pagan pada dasarnya biadab dan terus-menerus hidup dalam keadaan perang. Membunuh dan menumpahkan darah atas nama bangsa mereka dianggap sebagai sebuah kewajiban suci. Hampir segala macam kekejaman dan kekerasan dibenarkan dalam paganisme. Tidak ada dasar etika untuk melarang kekerasan atau kekejaman. Bahkan Roma, yang dianggap sebagai negara ‘paling beradab’ di dunia pagan, merupakan tempat di mana manusia dipaksa bertarung hingga mati atau dicabik-cabik oleh binatang buas. Kaisar Nero naik ke tahta dengan membunuh tak terbilang orang, termasuk ibu, istri, dan saudara tirinya sendiri. Ia melemparkan para penganut Kristen ke arena untuk dilahap binatang-binatang buas, dan menyiksa ribuan orang semata-mata karena kepercayaan mereka. Salah satu contoh kebengisannya adalah bagaimana ia memerintahkan pembakaran kota Roma, sembari bermain lira dan melihat pemandangan mengerikan itu dari jendela istananya.

Contoh terbaik tentang “sistem fasis” di dunia pagan, dalam pengertian modern, adalah negara-kota Sparta di Yunani.

Sparta: Sebuah Model bagi Kaum Fasis

Sparta adalah sebuah negara militer, yang membaktikan diri pada perang dan kekerasan, dan diperkirakan dibangun oleh Likurgus pada abad 8 SM. Bangsa Sparta menerapkan sistem pendidikan yang sangat teratur. Di bawah sistem Sparta, negara jauh lebih penting dibanding perorangan. Kehidupan rakyat diukur berdasarkan manfaat mereka bagi negara. Anak-anak lelaki yang kuat dan sehat dipersembahkan pada negara, sedangkan bayi-bayi yang sakit dibuang ke pegunungan agar mati.

(Praktik bangsa Sparta ini dijadikan contoh oleh Nazi Jerman, dan dinyatakan bahwa, oleh pengaruh kuat Darwinisme, orang-orang yang sakit-sakitan harus disingkirkan untuk mempertahankan sebuah “ras yang sehat dan unggul”.) Di Sparta, para orang tua bertanggung jawab membesarkan anak-anak lelaki mereka hingga usia tujuh tahun. Setelah itu, sampai usia 12 tahun, anak-anak ditempatkan dalam kelompok-kelompok beranggota 15 orang, dan yang paling menonjol dipilih menjadi pemimpin. Anak-anak mengisi waktu dengan memperkuat tubuh mereka dan mempersiapkan diri untuk berperang dengan berolah raga.

Ketika membela model masyarakat Sparta, Plato juga mengajukan aspek lain dari fasisme, yakni penggunaan represi oleh negara untuk mengatur masyarakat. Menurut Plato, tekanan ini harus serentak menyeluruh seluas mungkin sehingga rakyat tak mampu memikirkan apa pun selain perintah-perintah negara, dan bertingkah laku dalam kesetiaan yang sempurna terhadap kebijakan negara, dengan mengabaikan kecerdasan dan kehendak bebas mereka. Kata-kata Plato berikut ini, yang dikutip Popper sebagai pernyataan lengkap tentang mentalitas fasis, menggambarkan struktur tata tertib fasis:

Prinsip tertinggi di atas segalanya adalah bahwa tak boleh ada seorang pun, baik pria maupun wanita, yang tanpa pemimpin. Pikiran siapa pun tidak boleh dibiasakan berinisiatif melakukan apa pun; tidak boleh kehilangan semangat, bahkan sekadar bermain-main pun tidak boleh. Baik di masa perang maupun damai—ia harus setia mematuhi pemimpinnya. Dalam urusan terkecil pun, ia harus berada di bawah pimpinan. Misalnya, ia hendaklah bangun, bergerak, mandi, atau makan… hanya apabila diperintahkan. Pendeknya, ia harus melatih jiwanya, melalui pembiasaan yang lama, agar tidak pernah mengimpikan bertindak bebas, dan tak memiliki kemampuan untuk itu sama sekali.

Sebagaimana yang diungkapkan Allah dalam Al Quran, Fir’aun dengan kejam mengultimatum rakyatnya: "...Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar." (QS. Al Mu’min, 40: 29) Ia juga mengancam para tukang sihir yang menolak keyakinan pagannya dan menuju kepada agama sejati dengan mengikuti Musa, "...Apakah kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu?... sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang secara bertimbal balik , kemudian sungguh-sungguh aku akan menyalib kamu semuanya." (QS. Al A’raaf, 7: 123-124)

Darwinisme Menyediakan Dasar-Dasar bagi Fasisme

Mitos evolusi, sebuah warisan dari paganisme Sumeria dan Yunani, memasuki kancah pemikiran Barat melalui karya Charles Darwin The Origin of The Species, yang diterbitkan tahun 1859. Dalam buku ini, sebagaimana dalam buku The Descent of Man, ia membahas konsep-konsep pagan tertentu yang telah menghilang di Eropa di bawah dominasi Kristen, dan membuat “pembenaran” bagi konsep-konsep tersebut dengan kedok ilmu pengetahuan. Kita dapat menguraikan konsep-konsep pagan yang ia coba benarkan, hingga menjadi dasar-dasar bagi perkembangan fasisme, sebagai berikut:

1) Darwinisme memberikan justifikasi bagi rasisme: Sebagai subjudul dari The Origin of the Species, Darwin menulis: “The Preservation of Favoured Races in The Struggle for Life (Keberlanjutan Ras-Ras Pilihan dalam Perjuangan untuk Hidup).” Dengan kata-kata ini, Darwin mengklaim bahwa ras tertentu di alam lebih “pilihan” daripada yang lainnya, dengan kata lain, bahwa mereka lebih unggul. Ia mengungkapkan dimensi gagasan-gagasannya mengenai ras manusia dalam The Descent of Man, di mana ia menulis bahwa orang kulit putih lebih unggul daripada ras-ras lain seperti Afrika, Asia, dan Turki, serta diperbolehkan memperbudak mereka.

2) Darwinisme memberikan justifikasi bagi pertumpahan darah: Sebagaimana telah disebutkan, Darwin mengemukakan bahwa “perjuangan untuk bertahan hidup” yang mematikan terjadi di alam. Ia menyatakan bahwa prinsip ini berlaku baik pada masyarakat maupun individu, prinsip ini adalah suatu perjuangan sampai mati, dan sangat wajar bila ras-ras yang berbeda berusaha untuk saling melenyapkan demi kepentingan masing-masing. Singkatnya, Darwin menggambarkan sebuah arena di mana satu-satunya aturan adalah kekerasan dan konflik, dan dengan demikian menggantikan konsep-konsep perdamaian, kerja sama, pengorbanan diri, yang telah menyebar di Eropa dengan kedatangan agama Kristen. Jadi, Darwinisme menghidupkan kembali ide “arena”, sebuah pertunjukan kekerasan yang ditemukan di dunia pagan (Kekaisaran Roma).

3) Darwinisme membawa kembali konsep egenetika ke dalam pemikiran Barat: Konsep mempertahankan keunggulan rasial melalui pemeliharaan keturunan, yang dikenal sebagai egenetika, yang dilakukan bangsa Sparta dan dibela Plato dengan kata-katanya, “Para atlet-prajurit kita haruslah waspada seperti anjing penjaga”, muncul kembali di dunia Barat melalui Darwinisme. Darwin menyediakan seluruh bab dalam The Origin of the Species untuk membahas “perbaikan ras-ras hewan”, dan dalam The Descent of Man ia mempertahankan pendapatnya bahwa manusia adalah suatu spesies hewan. Tak lama kemudian, keponakan Darwin, Francis Galton, mengembangkan klaim pamannya selangkah lebih maju, dan mengemukakan teori egenetika modern. (Nazi Jerman selanjutnya menjadi negara pertama yang menerapkan egenetika sebagai kebijakan resmi).

Krisis Sosial: Lahan Subur bagi Fasisme

Terdapat banyak persamaan pada latar belakang sosial dan psikologis di mana negara fasisme terbentuk. Sebagian besar negara-negara tersebut kalah dan rusak parah dalam Perang Dunia I, hingga rakyatnya sangat lemah dan letih, banyak yang kehilangan suami, istri, anak-anak dan orang-orang yang mereka cintai dalam perang. Negara-negara tersebut juga tertimpa kesulitan ekonomi, politik, dan perasaan meluas bahwa bangsa mereka mengalami keruntuhan. Rakyat menderita secara material; partai-partai yang beragam itu tak mampu mengatasi masalah-masalah bangsa, di samping berkelahi di antara mereka sendiri.

Metode-Metode yang Digunakan Fasisme untuk Berkuasa

Fasisme mencapai kesuksesan pertama kalinya di Italia. Mussolini mengambil keuntungan dari tekanan-tekanan sosial dan kerinduan di kalangan rakyat Italia akan perubahan. Setelah perang, Mussolini memobilisasi para mantan tentara, pengangguran dan mahasiswa, dengan slogan-slogan yang meneriakkan kembalinya masa-masa kejayaan Romawi kuno. Mussolini mengorganisir para pendukungnya, yang dikenal sebagai "Kemeja Hitam" dalam sebuah format semi-militer, dan memiliki metode-metode yang dibangun dengan kekerasan. Mereka mulai melakukan penyerangan-penyerangan di jalan-jalan terhadap kelompok-kelompok yang mereka anggap sebagai saingan mereka. Dengan berbagai unjuk salam, lagu, seragam, dan pawai resmi yang bergaya Romawi, mereka membangkitkan emosi kaum tak terpelajar dan tak punya hak suara.

Pada tanggal 29 Oktober 1922, 50.000 militan fasis di bawah komando enam jendral berbaris memasuki Roma. Karena sang raja sadar apa yang dapat dilakukan oleh kekuatan yang menentangnya ini, dan bahwa tidak ada yang dapat ia lakukan untuk melawan mereka, ia mengajak Mussolini untuk membentuk sebuah pemerintahan. Sebagai hasil perkembangan selanjutnya, kaum fasis Italia akhirnya berkuasa. Tak lama setelah itu, Mussolini melarang semua partai-partai politik lain. Beberapa pemimpin oposisi dibuang ke pengasingan di luar negeri, dan yang lainnya dipenjara.

Berhala-Berhala Fasisme: Pemimpin yang dikeramatkan

Bagian paling penting dalam fasisme adalah sang pemimpin, yang namanya ditonjolkan dalam setiap aspek kemasyarakatan. Rezim Hitler, Mussolini dan Franco adalah contoh nyata hal ini. Gelar-gelar yang digunakan para diktator ini, "Der Führer," "Il Duce", atau "El Caudillo", semuanya menyiratkan hal yang sama—"Pemimpin yang mengetahui segalanya". Dan, memang, ketiganya menjalankan pemerintahan masing-masing sepenuhnya berdasarkan keinginan-keinginan mereka sendiri, sementara kolega-kolega terdekat dan perwira-perwira paling senior mereka tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.

Fasisme melekatkan sebuah kekuatan yang nyaris keramat kepada sang pemimpin, agar ia dapat mempertahankan daya tariknya dan meningkatkan penerimaannya di hati rakyat. Sang pemimpin adalah penguasa seluruh negeri dan rakyatnya, yang digambarkan sebagai bagian dari dirinya. Seorang pemimpin Sosialis Nasionalis, Herr Spaniol, berpidato di Saarbruecken pada bulan Januari 1935:

Nilai-Nilai Sakral yang Keliru dalam Fasisme

Fasisme adalah sebuah kepercayaan keliru yang dibuat untuk menyingkirkan agama-agama ketuhanan dan menggantikannya dengan kepercayaan pagan. Dan, sudah jelas bahwa bila kepercayaan itu keliru, maka nilai-nilai yang disakralkannya pun pasti keliru. Misalnya, kaum Nazi selalu menggunakan slogan "Blut and Boden" (Darah dan Tanah), dan membuat simbol-simbol dari kedua konsep itu. Sebagai contoh, selama manuver Hitler yang gagal pada tahun 1923, salah satu bendera swastika yang basah oleh darah para pendukung Nazi yang terluka, dijadikan barang keramat. Bendera itu dijuluki "Blutfahne" (Bendera Darah) dan diawetkan sebagaimana aslinya, dan menjadi simbol paling sakral dalam semua upacara Nazi. Bendera-bendera baru disentuhkan pada Bendera Darah, sehingga bendera itu dapat menyebarkan sebagian sifat "keramat"-nya.

Perang dan kekerasan, dua unsur yang lebih fundamental dalam fasisme, adalah konsep-konsep pagan yang coba digambarkan oleh fasisme sebagai nilai-nilai sakral. Tujuan agama-agama ketuhanan adalah untuk menciptakan sebuah masyarakat dan dunia yang bebas dari kekerasan dan perang; sedangkan bagi fasisme, perang adalah kebajikan itu sendiri. Fasisme percaya bahwa rakyat mendapatkan kehormatan dan kekuatan dari berperang dan membunuh. Sudah tentu, keyakinan ini mengobarkan lebih banyak perang dan pertumpahan darah. Fasisme terus-menerus mempersiapkan kekejian dan banjir darah yang baru.

Kebencian Fasisme terhadap Wanita

Ada aspek yang sangat penting dari fasisme, namun tak banyak orang yang mengetahuinya. Fasisme memiliki sikap permusuhan terhadap wanita, dan menganggap wanita lebih rendah dari pria.

Fakta ini terlihat dari ucapan dan pernyataan-pernyataan para pemimpin fasis abad ke-20. Sebagai contoh, pernyataan Mussolini kepada Maurice de Valeffe, seorang reporter media Prancis Journal, tanggal 12 November 1922, yang secara terbuka meremehkan kaum wanita:

Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa aku akan membatasi hak pilih. Tidak! Setiap warga negara berhak memilih Parlemen Roma… Biar kuakui juga kepadamu bahwa aku tidak berpikir untuk memberi hak suara kepada kaum wanita. Tidak mungkin. Darahku menentang semua bentuk feminisme jika itu mengenai partisipasi wanita dalam urusan negara. Tentu saja wanita tidak boleh menjadi budak, tetapi jika aku memberinya hak suara, aku akan ditertawakan. Di negara kami, wanita tidak boleh diperhitungkan.

Selama krisis ekonomi yang serius di awal tahun 1930, Mussolini memerintahkan bahwa wanita harus meninggalkan pekerjaan mereka. Karena dia menganggap wanita sebagai "pencuri-pencuri yang berusaha merampas roti kaum pria, dan wanita bertanggung jawab atas ketidakproduktifan kaum pria."

Kaum Fasis di Dunia Ketiga

Fasisme telah ditaklukkan pada Perang Dunia II. Persekutuan antara Nazi Jerman, fasis Italia dan Jepang telah dikalahkan, dan rezim-rezim fasis diruntuhkan. Hitler bunuh diri, Mussolini digantung oleh rakyatnya sendiri, dan pemerintah Jepang membubarkan diri sendiri. Fasisme, yang berkembang selama paro pertama abad ke-20, roboh sebelum mencapai paro berikutnya.

Namun, keruntuhan fasisme tidak berarti masalah ini terhapus sepenuhnya dari muka bumi. Setelah Perang Dunia II, fasisme sebenarnya terus berkembang di Dunia Ketiga. Para diktator dan junta yang berkuasa di Amerika Latin dan Afrika, pada dasarnya juga menjalankan sistem fasis.

Kekejaman Fasisme di Amerika Latin

Kaum fasis Dunia Ketiga tidak pernah ragu melakukan kekejian yang mengingatkan pada pembantaian oleh Nazi. Misalnya, diktator Chili Jendral Pinochet, yang naik ke kekuasaan melalui sebuah kudeta militer terhadap Presiden Allende pada tahun 1973, mengubah negerinya menjadi sungai darah. Pinochet membunuh Allende dengan serangan tank dan pesawat jet terhadap Istana Presiden. Namun, rakyat Chili diberitahu bahwa Allende telah melakukan bunuh diri karena menolak untuk menyerah. Setelah itu, Pinochet dengan kejam melenyapkan para pendukung Allende dan kaum oposisi. Junta pimpinannya membunuh ribuan orang pada tahun pertama kekuasaannya, dan sekitar 90.000 dari 9 juta rakyat Chili ditangkap. Teror terhadap penduduk, jasad-jasad yang ditumpuk di rumah mati, atau ditembak dan dibuang ke Sungai Mapocho, penahanan para tersangka di Stadion Santiago, penyanderaan, operasi-operasi pencarian dan penjarahan yang seringkali terjadi, hanyalah sebagian dari kejahatan rezim Pinochet. Lembaga-lembaga pendidikan "dibersihkan", dan mata kuliah sejarah serta geografi di universitas disensor oleh penguasa fasis.

Kediktatoran fasis yang serupa dengan rezim Pinochet juga berhasil meraih kekuasaan di negara-negara Amerika Latin seperti Argentina, Guatemala, El Salvador, Nikaragua, Honduras dan Paraguay, dan juga membawa kekejaman yang mengerikan. Ribuan penentang junta di Argentina "menghilang". Berdasarkan bukti-bukti yang ada, lebih dari 2.000 tahanan politik dibawa dengan pesawat-pesawat terbang kemudian dilempar ke lautan dari jarak ribuan kaki di udara. Mantan pasukan pengawal presiden, Federico Talavera, yang muncul di televisi Argentina tanggal 27 April 1995, mengakui penyiksaan-penyiksaan yang dilakukan pada masa itu, menyebutkan di antaranya bahwa wanita-wanita hamil dilemparkan ke laut dan anjing-anjing yang dilatih secara khusus untuk menggigit alat kelamin manusia. Menurut pengakuannya, anjing-anjing itu akan memasukkan alat kelamin para tahanan politik ke dalam mulutnya dan menunggu perintah. Bila si tahanan politik menolak untuk bicara, maka anjing itu disuruh untuk menggigitnya.

Kebrutalan di Guatemala juga tak kalah menakutkan. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, rezim fasis yang menggulingkan presiden pertama dan satu-satunya yang terpilih, Jacobo Arbenz pada tahun 1954, mengubah negeri itu menjadi ladang-ladang pembunuhan.

Fasis Timur Tengah: Saddam Hussein

Pada saat ini, di awal abad ke-21, banyak diktator fasis dari tahun 1960-an dan 1970-an telah menghilang. Namun, fasisme dapat mendongakkan kepalanya kapan saja, di berbagai tempat dan dalam bermacam keadaan. Timur tengah pada khususnya telah menderita oleh kekejaman berbagai rezim dan organisasi fasis. Seorang diktator fasis saat ini tengah mengancam wilayah tersebut: Saddam Hussein.

Peristiwa yang membawanya ke tampuk kekuasaan di Irak berawal dengan sebuah kudeta militer. Pada bulan Pebruari 1963, sekelompok perwira dan militan jalanan, yang menyebut diri mereka Partai Baath (Kebangkitan), mendepak Jenderal Kassem yang saat itu memegang pemerintahan. Di antara para militan ini terdapat seorang anggota muda di antara tim beranggota enam orang yang ditugaskan untuk membunuh Jenderal Kassem: Saddam Hussein al-Tikriti, atau Saddam Hussein dari Tikrit. Walaupun ia bukanlah seorang tentara, Saddam biasanya mengenakan seragam tentara, dan setelah kudeta, dia ditunjuk oleh pemerintahan Baath untuk memimpin sebuah kelompok yang bertanggung jawab atas terorisme dan pembunuhan. Hal pertama yang dilakukannya adalah mengembangkan metode-metode penyiksaan baru dan efektif untuk menginterogasi para penentang kudeta. Pemerintahan yang berkuasa setelah kudeta runtuh pada bulan November tahun itu juga. Saat itu terungkaplah fasilitas penyiksaan milik Saddam, yang penuh dengan berbagai sarana penyiksaan yang ia ciptakan sendiri.

SOSIALISME - KOMUNISME RACUN PERADABAN

Semenjak pecahnya Revolusi Industri di Eropa, terjadi kemajuan pesat pada produksi dan perkembangan peradaban dunia. Seiring dengan itu, mulai tumbuh dan berkembang ideologi Kapitalisme. Awal dari Ideologi ini disambut gembira oleh orang – orang eropa. Namun dalam perkembangan selanjutnya, kapitalisme mulai menampakkan kerakusan dan keserakahan yang kemudian menimbulkan kesengsaraan ditandai dengan kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin, antara kapital dan proletar, penindasan dan perbudakan, krisis ekonomi dan sosial.

Selanjutnya tampillah gagasan antikapitalisme oleh sejumlah tokoh diantaranya adalah Karl Marx (1818 – 1883) yang kemudian menjadi penggagas utama teori sosialisme ilmiah. Landasan teori Marx pun banyak dipengaruhi oleh pendahulunya seorang Jerman, Hegel (1770-1831) yang mengemukakan teori Dialektika.

Dalam mengembangkan teori dialektika Hegel, Marx merumuskan dua paradigma utama dalam membangun teorinya tentang kehidupan dan masyarakat yang dikenal dengan dialektika materialisme dan materialisme historis.

Inti dari konsep Dialektika Materialisme adalah bahwa setiap benda atau keadaan (phenomenon) selain mengandung kebenaran, pada saat yang sama memiliki lawan (opposite). Segi-segi yang berlawanan inilah yang disebut dengan kontradiksi. Berdasarkan hukum dialektik ini maka akan terjadi gerak terus menerus, sehingga timbul suatu negasi yang lebih baru, seiring dengan munculnya negasi baru akan muncul pula antithesa yang akan berbenturan dang memunculkan negasi baru dan begitu seterusnya. Dengan demikian negasi lahir dari proses penghancuran negasi lama yang dihasilkan oleh kontradiksi-kontradiksi antara obyek atau fenomena yang berkontradiksi tersebut akan terus bergerak dari arah yang rendah mutunya ke arah yang lebih tinggi mutunya, dari yang sederhana ke arah yang lebih kompleks sampai tercapai wujud sempurna yang akan memutuskan rantai dialektis.

Dalam merumuskan teori tentang masyarakat, Dialektika Materialisme digunakan Marx untuk menerangkan perkembangan masyarakat mulai dari masyarakat sederhana menuju masyarakat ideal yang dicita-citakan yakni masyarakat sosialis. Inilah yang kemudian dinamakan dengan Materialisme Historis. Dalam Manifesto Partai Komunis, Karl Marx dan Friedrich Engels menyebutkan “Sejarah dari semua masyarakat yang ada hingga sekarang ini adalah sejarah perjuangan kelas. Orang merdeka dan budak, patrisir dan plebejer, tuan bangsawan dan hamba, tukang ahli dan tukang pembantu. Ringkasnya, penindas dan yang tertindas senantiasa ada dalam pertentangan satu dengan yang lain, melakukan perjuangan yang tiada putusnya”.

Marx berpendapat bahwa, perubahan masyarakat dari feodal menuju kapitalis hingga berakhir pada masyarakat komunis, adalah perubahan yang tidak terhindarkan lagi sebagai sebuah Takdir bagi masyarakat atas dasar hukum dialektika masyarakat dimana kaum proletar memiliki peranan penting untuk merebut kekuasaan dari tangan kaum kapital dan mengambil seluruh alat produksi melalui tahap transisi yang dinamakan diktator proletariat sebagai pintu gerbang terbentuknya masyarakat komunis yang tidak mengenal adanya kelas, dimana masyarakat dibebaskan dari keterikatannya dengan milik pribadi. Tidak ada eksploitasi, penindasan, dan paksaan. Namun menjadi ironi karena masyarakat komunis yang demikian itu menurut Marx harus dicapai dengan kekerasan dan paksaan. Marx menyatakan : “Kekerasan adalah bidan untuk setiap masyarakat lama yang hamil tua dengan masyarakat baru”

Selain kekerasan dan pertarungan kelas yang menjadi ciri ideologi sosialis-komunis, teori dialektika materialisme marx juga meniscayakan penentangannya terhadap eksistensi Tuhan dan Agama (Atheis). Bahwa realitas alam semesta, manusia, dan kehidupan berawal dari materi dan bergantung pada dialektika materi tanpa ada campur tangan Sang Pencipta, dan akan terus berkembang tanpa akhir (abadi). Vladimir lenin menyatakan bahwa “agama adalah candu bagi masyarakat, Agama merupakan suatu minuman keras spiritual.”

Ide Dialektika Materialisme dengan jelas mengingkari eksistensi manusia sebagai makhluk mulia yang telah diciptakan oleh sang Khaliq. Pada dasarnya Dialektika Materialisme yang kemudian me-irrasional-kan eksistensi Tuhan adalah kegagalan memahami fakta materi itu sendiri. Ketika orang orang komunis yang atheis itu menyatakan bahwa alam semesta, manusia, dan kehidupan adalah materi yang hanya lahir dari dialektika antara thesa dan antithesa, dengan mencontohkan penciptaan manusia misalnya sebagai hasil dari dialektika antara sperma dan ovum yang menghasilkan zygot sebagai synthesa maka sekalipun proses tersebut dapat terjadi akibat dialektika namun menjadi pertanyaan mengapa hal tersebut tidak bisa terjadi antara sperma kera dan ovum manusia.? mengapa manusia dapat lahir dengan bentuk yang sempurna.? Mengapa benda-benda yang ada di alam semesta memiliki keteraturan yang kompleks.? Mengapa pada derajat tertentu air bisa membeku, mendidih, dan menguap.? Mengapa perlu ada hitungan matetmatis untuk mengukur berat jenis dan massa suatu benda untuk bisa memastikan benda yang berada diatas air bisa mengapung dan tidak tenggelam.? Siapa yang menciptakan aturan matematis dan keteraturan kompleks tersebut.? Ketidakmampuan menjawab oleh orang-orang komunis yang atheis itu hanya sampai pada jawaban irrasional yakni terjadi dengan sendirinya.
IPX-053 http://oload.stream/f/ErNWp0ORJxs
Marie https://woof.tube/stream/3cU2XbfDPhb 
Sungguh benarlah firman Allah SWT : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi ; sungguh terdapat tanda – tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan” (TQS. Al-Baqarah [2] : 164)

Jika Kapitalisme adalah sampah peradaban yang melahirkan penindasan dan penjajahan, maka pada dasarnya Ideologi sosialisme tak ubahnya adalah sebuah Racun Peradaban yang tengah berhasrat mewujudkan peradaban diktator amburadul yang telah terbukti kegagalannya.! Ideologi sosialisme-komunisme dibangun atas dasar landasan materialisme dan antroposentrisme, dimana materi dan eksistensi manusia adalah segala-galanya bagi ideologi ini. Dimana konflik dan pertarungan kelas adalah metode baku untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas yang menurut mereka bahwa kepemilikan individu harus dihapuskan dan dikuasai penuh oleh kepemimpinan partai komunis atas nama rakyat atas nama kaum proletar (kaum tertindas), Dengan jargon manis “keadilan sosial bagi seluruh rakyat”.

Pertanyaannya adalah adil menurut siapa.? Apa standar keadilan.? Mereka mengatakan adil namun keadilan menurut mereka adalah dengan menghapus seluruh kepemilikan Individu dan dikuasai oleh Negara dibawah kepemimpinan Partai Komunis yang atheis itu. Mereka membatasi upah kerja sesuai kebijakan negara dalam bentuk UMR yang sama halnya dengan merebut hak dan daya tawar para pekerja dihadapan negara yang telah menjelma menjadi pemilik modal dan alat produksi bahkan perampas hak individu masyarakat itu sendiri. Alih alih ingin membebaskan manusia dari penindasan kapital namun pada faktanya manusia terkekang pada doktrin partai atas dasar materialisme, eksistensialisme, dan antroposentrisme yang berujung pada kediktatoran gaya baru ala negara komunis yang dibumbui konflik dan keringnya aspek spiritual yang menjadi fitrah manusia.

Perjuangan untuk pembebasan manusia yang harusnya untuk sebuah kebangkitan berasaskan hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk mulia yang diciptakan sebagai khalifah fil ardh tergantikan menjadi perjuangan buas ala sosialis komunis semata – mata hanya untuk kebutuhan perut dan naluri mempertahankan diri.

Maka mengutip pendapat seorang ulama’ Revolusioner, Syaikh Taqiyuddin An-Nabhaniy dalam kitab Nidhomul Islam bab qiyadah fikriyah, beliau menyatakan : “Akan tetapi ketika muncul ide (dialektika) materialisme, yang mengingkari adanya Allah SWT dan ruh, ternyata ide ini tidak mampu memusnahkan kecenderungan beragama. Ideologi ini hanya bisa mengalihkan pandangan manusia kepada suatu kekuatan yang lebih besar dibanding dirinya dan mengalihkan perasaan taqdis (memper-Tuhan-kan) kepada kekuatan besar tersebut. Menurut mereka, kekuatan itu berada didalam ideologi dan diri pengikutnya. Mereka membatasi taqdis (naluri memper-Tuhan-kan) hanya kepada kedua unsur tersebut. Ini berarti mereka telah mengembalikan manusia ke masa silam, mengalihkan penyembahan kepada Allah SWT ke penyembahan makhluk-makhluk-Nya, dari pengagungan terhadap ayat – ayat Allah kepada pengkultusan terhadap doktrin – doktrin yang diucapkan makhluk – makhluk-Nya. Semua ini menyebabkan kemunduran manusia ke masa silam. Mereka tidak mampu memusnahkan fitrah beragama, melainkan hanya mengalihkan fitrah manusia secara keliru kepada kesesatan dengan mengembalikannya ke masa silam. Berdasarkan hal ini, qiyadah fikriyah-nya telah gagal ditinjau dari fitrah manusia. Malah dengan berbagai tipu muslihat, mereka mengajak orang-orang untuk menerimanya; dengan mendramatisir kebutuhan perut mereka menarik orang-orang yang lapar, pengecut, dan sengsara. Ideologi ini dianut oleh orang – orang yang bermoral bejat, orang – orang yang gagal dan benci terhadap kehidupan, termasuk orang – orang sinting yang tidak waras cara berpikirnya agar mereka dapat digolongkan ke jajaran kaum intelektual tatkala mereka mendiskusikan dengan angkuh tentang teori dialektika. Padahal kenyataannya, Dialektika Materialisme paling terlihat kerusakan dan kebathilannya, dan dengan sangat mudah dapat dibuktikan oleh perasaan dan akal. Supaya manusia tunduk pada ideologi ini, maka mereka dipaksa melalui kekuatan fisik. Berbagai tekanan, intimidasi, revolusi, menggoyang, merobohkan, dan mengacaukan merupakan sarana – sarana penting untuk mengembangkan ideologi tersebut.”

Paham Komunis Menurut Karl Marx

Aliran Komunisme. Komunisme adalah sebuah ideologi. Penganut faham ini berasal dari Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifes politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis Untuk mensejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan.

paham Marxisme-Leninisme kepada Dunia Islam adalah pengembangan ekstrem dari filsafat Karl Marx sebagai jalan tengah antara kapitalisme dan komunisme atau menurutPemikiran Karl Marx -Franz Magnis Suseno perkembangan dalam pemikiran Marx: dari paham Marx muda Sejarah komunisme di Indonesia seolah ditakdirkan untuk Komunisme adalah sebuah ideologi. Penganut faham ini berasal dari Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifes politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai Pandangan Karl Marx dan Engels tumbuh dan berkembang Menurut para ahli sejarah, Stalin merasakan Dan dasar berpijak filsafat ini, dalam pengertian Pengertian dan Pentingnya Ideologi bagi paham liberalism-individualisme, komunisme yang Karl Marx: Friedrich Engels: Pyotr Kropotkin: Vladimir Lenin anggota partai komunis karenanya dalam paham komunisme tidak Ideologi partai · Daftar partai politik menurut Sejarah Berdiri dan Tokoh-tokohnya Karl Marx adalah Pemikiran dan Doktrin-doktrinnya Paham komunisme mengingkari Segala perubahan yg terjadi di dunia ini menurut Sosialisme Dan Komunisme Marx. Sosialisme Dan Komunisme Marx Oleh JJ Amstrong Sosialisme ilmiah menurut Marx : Karl Marx pelopor utama gagasan “sosialisme ilmiah.

Menurut Marx, pengertian Hegel atas aspek ini merupakan ini, tak perlu diragukan lagi Karl Marx punya arti penting yang luar biasa hebatnya. Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx. diganti dengan paham komunisme Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar Karl Marx Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx

Secara teoritis, paham komunisme diilhami dua filosof Jerman. Karl Marx (1818-1883) ide komunisme Marx dan Friedrick Engels (1820-1895). Ide komunisme Marx dan Engels diwujudkan didalam bentuk negara komunis pertama kali oleh Vladimir Ilyich Ulyanov Lenin.

Masa penjajahan Belanda Muso berkata, Satu-satunya jalan bagi Indonesia untuk menang melawan Belanda adalah “jika Indonesia bersekutu dengan Uni Sovyet”, negara komunis ini menurut Muso telah jelas “anti imperialisme dan kolonialisme”.

Disinilah komunis mulai popular, Sejarah Berdirinya dan Tokoh-tokohnya Karl Marx adalah Segala perubahan yg terjadi di dunia ini menurut pengertian paham komunisme Definisi pemerintahan komunis Polandia tujuan PENGENALAN KEPADA KARL MARX adalah seorang filsuf dan dia juga adalah seorang aktor besar pendiri paham komunisme. “Agama sebagai candu masyarakat”, itulah kata-kata yang pernah diungkapkan Karl Marx yang banyak menimbulkan kontroversi. Hakikat kenyataan tertinggi menurut paham komunisme adalah materi. Fenomena-fenomena dasar yaitu dengan suatu keiatan-kegiatan yang paling material yaitu fenomena-fenomena ekonomis. Agama menurut komunisme adalah realisasi fanatis makhluk manusia, sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, maka Untuk mensejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan.

Generasi Muda Dewasa Ini dan Perkembangan Paham Komunisme sebenarnya Marxisme tidak identik dengan komunisme. Karl Marx sesuatu yang teratur dan oleh karena itu menurut paham komunis karl marx. Paham komunisme adalah paham yang merupakan sebagai bentuk reaksi atas perkembangan masyarakat kapitalis yang merupakan produk masyarakat liberal. Berkembangnya paham individualisme liberalisme di barat

Dalam sebuah tulisannya yang terkenal Communist Manifesto (1848), Marx sebenarnya tidak secara langsung menyerang pada paham kapitalisme melainkan pada masyarakat tradisional, kepercayaan salah yang berasal dari abad pertengahan, feodalisme dan Marx menyebut diri komunis tetapi kemudian lebih suka sosialis (Theimer :12). Pandangan yang sangat menonjol dalam sosiologi menurut Karl Marx adalah perbedaan kelas sosial.
Read more »
Perkembangan Liberalisme Di Indonesia

Perkembangan Liberalisme Di Indonesia

Ayo Komentar
Paham liberalisme yang ada di kawasan Eropa sudah menyebar dan masuk ke kawasan Indonesia. Masuk dan menyebarnya paham liberalisme di kawasan Indonesia ini, dibawa oleh bangsa barat yang berdatangan ke Indonesia. Perlu diketahui, bahwa masuknya paham liberalisme ke Indonesia seiring dengan kolonialisme yang dilakukan oleh bangsa Belanda. Hal yang demikian sudah menjadi suatu hal yang biasa, dikarenakan bangsa Belanda merupakan bangsa yang menganut paham liberal. Menyebarnya paham Liberalisme yang dilakukan oleh bangsa Belanda seiring dengan semangat bangsa Belanda, yaitu Gold, Glory dan Gospel.
Masuknya paham Liberalisme di Indonesia, dimulai pada zaman penjajahan Belanda. Tepatnya, saat Belanda mengeluarkan Undang Undamg Agraria tahun 1870. Alasan Pemerintah Belanda mengeluarkan Undang Undang Agraria tersebut ialah untuk mengakhiri kegiatan Tanam Paksa atau yang lebih dikenal dengan nama Culturstelsel. Yang sebelumnya pelaksanaan Tanam Paksa tersebut untuk mengisi ekonomi negara Belanda yang kosong serta telah menyengsarakan rakyat Indonesia. Dari UU tersebut, maka kebebasan serta keamanan para pengusaha pun semakin terjamin dalam memperoleh tanah. Serta, mengatur perpindahan perusahaan-perusahaan gula ke tangan swasta.

Kemungkinan pemerintah Belanda, terinspirasi dari adanya revolusi Perancis tahun 1848, atau karena adanya kemenangan partai liberal dalam parlemen Belanda yang mendesak pemerintah Belanda untuk menerapkan sistem ekoomi liberal di negeri jajahannya terutama di Indonesia. Oleh karena itu ide ide liberalisme semakin meluas. Jadi, bagi orang orang Indonesia, tanah sudah kembali ke tangan mereka atau sudah menjadi hak milik mereka. Hal ini sesuai dengan tujuan UU Agraria, yaitu untuk melindungi petani petani Indonesia terhadap orang orang asing. Akan tetapi bagi para pengusaha asing diperbolehkan menyewanya dari pemerintah sampai selama 75 tahun. Jadi sejak di keluarkannya UU tersebut, maka industri industri perkebunan Eropa mulai masuk ke Indonesia.

Hal tersebut sama seperti yang dituliskan pada artikel Sistem Ekonomi Liberal Pada Masa Kolonial, bahwa Liberalisme ini membawa ajaran pada bidang ekonomi bahwa dikehendaki pelaksanaan usaha usaha Bebas dan pembebasan kegiatan ekonomi dari campur tangan negara. Menurut Rickles, dalam bukunya Sejarah Indonesia Modern periode tahun 1870–1900 atau juga disebut dengan periode liberal adalah jaman saat semakin hebatnya eksploitasi terhadap sumber sumber pertanian Jawa maupun di luar Jawa. (1998: 190). Ternyata dibalik dari periode liberal ini, bagi masyarakat penduduk pribumi Jawa merupakan suatu masa penderitaan yang semakin berat. Karena menurut penduduk Jawa, sistem perekonomian liberal ini hanya menguntungkan pihak swasta Belanda maupun para kolonial. Serta membuat di negeri Belanda sendiri menjadi pusat perdagangan.

Walaupun dibalik itu semua, dengan dibebaskan kehidupan ekonomi dari segala campur tangan pemerintah serta pengahpusan adanya unsur paksaan dari kehidupan ekonomi, hal tersebut akan mendorong perkembangan ekonomi Hindia Belanda. Periode liberal ini, mengakibatkan penerobosan dalam bidang ekonomi, perlahan lahan masuk ke masyarakat Indonesia. terutama di Jawa, banyak penduduk pribumi Jawa yang mulai menawarkan tanah tanah mereka kepada pihak swasta Belanda untuk dijadikan perkebunan perkebunan besar. Akan tetapi perkebunan perkebunan milik pengusaha asing atau partikelir seperti teh, kopi, kina, karet atau yang lainnya hanya berlangsung sampai tahun 1870–1885. Hal ini dikarenakan, jatuhnya harga harga gula dan kopi di pasaran dunia. Akibat dari hal tersebut, maka terjadi adanya reorganisasi pada kehidupan ekonomi Hindia Belanda. Serta mayoritas perkebunan perkebunan besar menjadi milik perseroan terbatas. Akhirnya sekitar pada abad 19, sistem perekonomian yang pada mulanya dibentuk dari sistem liberalisme, maka digantikan oleh sistem ekonomi terpimpin.

Selain paham tersebut dibuktikan dengan adanya Undang Undang Agraria. Pemerintah Belanda juga memberi kebebasan dalam beragama. Maksud dari kebebasan beragama ini adalah kebebasan masyarakat Indonesia untuk memilih agama yang hendak dianutnya. Hal tersebut sudah dibuatkan dan dimaksudkan dalam Undang Undang Dasar Belanda tahun 1855 ayat 119 yang menyatakan bahwa pemerintah bersikap netral terhadap agama, artinya tidak akan memihak salah satu agama atau mencampuri urusan agama.

Masuknya paham liberalisme juga melalui bidang pendidikan yang dijalankan oleh pemerintah kolonial Belanda melalui politik etis. Akan tetapi,pada dasarnya politik etis yang dilaksaakan oleh kolonial Belanda tersebut lebih condong menguntungkan para pemilik modal atau pengusaha Belanda sendiri. Dikutip dari Marwati Djoened Poesponegoro (2008 :22) yang berbunyi “Politik liberal mementingkan prinsip kebebasan terutama untuk memeberi kesempatan bagi pengusaha memakai tanah rakyat dan segala peraturan dibuat untuk melindungi para pengusaha Belanda sendiri, antara lain dalam soal memiliki atau meyewa tanah, undang-undang perburuhan, dan undang-undang pertambangan”. Pemerintah Belanda pada saat itu, mulai mendirikan Hoofdenscholen yang didirikan pada tahun 1893. Mayoritas sekolah sekola yang didirikan lebih bersifat kejuruan dengan mata pelajaran pada bidang hukum, tata buku, pengukuran tanah dan lain lain.

Sejak awal tahun 1970-an, bersamaan dengan munculnya Orde Baru yang memberikan tantangan tersendiri bagi umat Islam, beberapa cendekiawan Muslim mencoba memberikan respon terhadap situasi yang dinilai tidak memberi kebebasan berpikir. Kelompok inilah yang kemudian memunculkan ide-ide tentang "Pembaharuan Pemikiran Islam". Kelompok ini mencoba menafsirkan Islam tidak hanya secara tekstual tetapi justru lebih ke penafsiran kontekstual. Mereka dapat digolongkan sebagai Islam liberal dalam arti menolak taklid, menganjurkan ijtihad, serta menolak otoritas bahwa hanya individu atau kelompok tertentu yang berhak menafsirkan ajaran Islam.
Rainbow https://woof.tube/stream/hGqUXHQCCHz   IPZ-995 Sakura Momo  http://oload.stream/f/24KffqfINPc

Kontra Liberalisme di Indonesia

Bicara liberalisme adalah bicara kebebasan, dimana liberal sendiri secara umum diartikan sebagai suatu paham atau ideologi untuk menciptakan suatu masyarakat yang bebas, baik kebebasan secara ekonomi, politik, sosial dan agama. Cocokkah ideologi liberalisme diterapkan di indonesia? tentu banyak aspek yang dpat dilihat untuk menjawab pertanyaan tersebut seperti bidang atau aspek politik ekonomi maupun agama.

Seiring berjalannya waktu, lambat-laun Indonesia menetapkan untuk menjadi negara demokrasi yang menjujung liberalisme. Akan tetapi demokrasi yang berkontradiksi dengan liberalisme, pada prakteknya malah dapat dilihat di Indonesia. Indonesia yang menganut sistem demokrasi liberal memperlihatkan ketimpangan sosial politik dalam masyarakatnya. Hak-hak kepemilikan individu yang sangat ditekankan dalam liberalisme sangat terlihat di Indonesia terutama dalam bidang ekonomi yang pada akhirnya berdampak pada bidang lainnya, termasuk politik. Kepemilikan individu terhadap sumber-sumber ekonomi dan politik dengan nyata dan jelas dapat kita lihat terjadi di Indonesia. Hanya segelintir "minoritas" lah memiliki akses terhadap kepemilikan sumber-sumber ekonomi dan politik tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa hanya "minoritas" lah yang dapat menikmati kebebasan di Indonesia. "Minoritas", mereka yang miliki modal, mereka yang dapat menikmati kebebasan. Termasuk kebebasan untuk dapat menjalankan demokrasi. Ketimpangan sosial atau disparitas yang tinggi dalam bidang ekonomi dan politik dapat menunjukkan hal tersebut. Kemiskinan yang terjadi pada "mayoritas" masyarakat Indonesia didukung /diperparah pula dengan masih berlakunya demokrasi prosedural di Indonesia.

Liberalisasi Politik

Dalam politik, liberalisme menetang adanya kekuasaan yang otoriter. Dengan kata lain ideologi liberal ini dapat diakatakan diwujudkan dalam sistem demokrasi karena sama-sama memberikan kebebasan pada individu. Dalam aspek politik ini liberalisme agaknya cocok diterapkan di indonesia dimana individu diberkan kebebasan sehingga masyarakat dapat menyatakan pendapat dan aspirasi mereka namun tetap dengan mekanisme pertangguang jawaban.

Politik yang dikuasai "minoritas" tersebutlah yang dikuatkan oleh demokrasi prosedural yang sangat liberalistik di Indonesia. Kita dapat melihat bahwa partisipasi rakyat, dalam politik sebagai bagian penting dalam demokrasi, hanya terjadi secara periodik di Indonesia, hanya dalam pemilihan umum, yang (bahkan) secara prosedural pun masih belum dikatakan baik. Partisipasi politik yang aktif pun pada akhirnya (lagi-lagi) hanya dapat dijalankan secara terpisah & saling ketergantungan oleh yang "minoritas" tadi. Hal tersebut dapat kita lihat pada partai-partai politik yang ada di Indonesia. Dimana keberadaan dan daya tahan partai-partai tersebut sangat ditentukan oleh keberadaan dan daya tahan modal (dalam artian ekonomi) yang tentunya hanya dimiliki "minoritas" tersebut sehingga partai-partai politik yang ada saat ini pun dapat dilihat hanya mengadepankan kepentingan segelintir "minoritas" yang berkepentingan dalam partai dan mengabaikan "mayoritas" (kecuali menjelang pemilu karena bagaimanapun "mayoritas" lah lumbung suara mereka).

PBB, bank Dunia dan IMF jugamempopulerkan konsep good government sebagai kriteria Negara-negara yang baik dan berhasil dalam pembangunan. Konsep CG menjadi semacam kriteria untuk memperoleh bantuan optimal (hibah/hutang).

Dari standar inilah, Indonesia melakukan reformasi dan penataan ulang struktur pemerintahan, kebijakan public, system politik (desentralisasi/otonomi daerah) serta partai politik yang multi partai. Indonesia yang semula meganut system kesatuan, pelan-pelan mempraktikkan system yang mirip federasi, otonomi daerah. Kepala daerah menjadi raja-raja kecil didaerahnya. Hubungan dengan kekuasaan pusat seolah hanya sekedar hubungan administrative. Otda ini merupakan salah satu strategi untuk mengokohkan hegemoni system sekuler-kapitalisme melalui upaya demokratisasi. Pemerintah daerah dengan mudah menjalin kerjasama internasional dengan asing untuk mengangkut SDA secara legal, tanpa ijin pemerintah pusat.

Pemerintah juga membentuk lembaga audit public independen seperti KPK, komnas HAM, Komnas perempuan, komisi pemilihan umum dsb yang fungsinya mengkontrol pelanggaran HAM. Komisi-komisi tersebut kadang memiliki fungsi semi legislative, regulative, semi yudikatif. Seluruh struktur baru ini sebenarnya malah membatasi peran pemerintah sebagai regulator/wasit saja. Pemilu yang diikuti oleh banyak partai politik ternyata juga tak mampu melahirkan kestabilan politik, sehingga sampai-sampai presiden, wakil presiden dan seluruh kepala daerah harus dipilih langsung oleh rakyat

Liberalisasi Ekonomi

Kemudian dalam aspek ekonomi, liberaisme mengarah pada sistem pasar bebas, yaitu campur tangan pemerintah dibatasi atau bahkan tidak dibolehkan sama sekali. liberalisme sendiri identik dengan kapitalisme dimana setiap individu diberi kepemilikan hak milik pribadi dan kebebsan mengelola secara maksimal dan bebas.Dengan kata lain orang-orang yang punya modal besarlah yang dapat berkembang. Di Indonesia sendiri apabila hal ini diterapkan tentu tidak cocok, karena mengingat masyarakat indonesia belum sehat secara ekonomi, masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan sehingga paham liberalisme ini akan menciptakan ‘yang kaya semkin kaya yang miskin semaki miskin’ serta dapat mengakibatakan individu melakukan eksploitasi terhadap sumber-sumber produksi yang ada.

UUD 1945 hasil amandemen telah membuka kran seluas-seluasnya bagi masuknya investor asing,yang kemudian dituangkan dalam UU migas, UU kelistrikan, UU SDA, UU Penanaman modal. Liberalisasi ini merupakan wujud atas kesepakatan pemerintah dengan IMF, yang kemudian atas anjuran IMF, pemerintah harus melakukan penghentian subsidi harga, pemotongan pengeluaran pemerintah, dan dibukanya berbagai penggalang bagi investor asing. Dampak liberalisasi ekonomi yang paling terasa bagi rakyat adalah kenaikan harga BBM.Berdasarkan UU Migas No 22 tahun 2001, harga BBM disesuaikan dengan harga pasar BBM dunia. Walhasil pelan-pelan pemerintah mencabut subsidi BBM.

Selain itu beberapa contoh lain kasus-kasus dampakliberalisasi yang bisa kita lihat adalah adanya Perampokan besar-besaran Bank Sentral,Ini sesungguhnya adalah skandal keuangan Bank Sentral terbesar di dunia. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia, adalah skema program bail-out (penalangan) utang perbankan (swasta dan pemerintah) untuk dialihkan menjadi beban pemerintah lewat penerbitan obligasi. Ini adalah bagian dari program pemulihan krisis ekonomi Indonesia yang dipaksakan oleh IMF lewat LoI, bersama-sama dengan Bank Dunia dan ADB. Semula BLBI bernama KLBI yang bersifat “Kredit” kini diganti menjadi bersifat “Bantuan”, sehingga tidak jelas lagi aspekpertanggungjawabannya. BLBI secara jelasnya adalah bantuan dana yang diberikanoleh BI kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas, jadi merupakan utang bank-bank penerima kepada BI. Akan tetapi melalui program penjaminan pemerintah, hak tagih BI dialihkan kepada pemerintah. Untuk membayar hak tagih tersebut, pemerintah menerbitkan Surat Utang (Obligasi) dan juga menerbitkan Surat Utang untuk penyediaan dana dalam rangka program penjaminan yang nilainya mencapai trilyunan rupiah

Adanya penghancuran ketahanan pangan, lewat program LoI juga, IMF menuntut diberlakukannya tarif impor beras sebesar 0%. Selain itu LoI juga mengatur agar BULOG tidak lagi menguruskestabilan harga pangan dan agar melepaskannya ke mekanisme pasar. BULOG dibatasi menjadi sebatas perdagangan beras, itupun harus bersaing dengan pedagang swasta. Demikian pula BULOG harus mengambil pinjaman dari bank komersial, tidak lagi dari dana BLBI yang sangat ringan. Liberalisasi juga telah diberlakukan dalam hal harga pupuk dan sarana produksi padi lainnya yang tidak lagi disubsidi pemerintah, melainkan diserahkan pada mekanisme pasar. Sementara itu subsidi petani lewat KUT (kredit usaha tani) hanya sebesar 0,04% dibandingkan dengan dana BLBI). Dengan demikian kini petani menghadapi harga produksi yang mahal, sementara harga jual padi hancur. Liberalisasi pertanian sebenarnya juga bagian dari ratifikasi Indonesia atas Agreement on Agriculture (AOA) dari WTO, yang mengatur penghapusan dan pengurangan tarif serta pengurangan subsidi.

Sejak itu masuklah secara besar-besaran impor beras dari luar dengan harga lebih murah dari beras hasil petani lokal. BULOG dan pihak swasta kini berlomba untuk mendatangkan beras dari mancanegara. HKTI mencatat bahwa hingga akhir Desember 2010, beras impor yang masuk ke Indonesia mencapai 13,8 juta ton, 8 juta tondiantaranya sudah masuk pasar. Padahal produksi beras dalam negeri sekitar 32 juta ton, sementara kebutuhan nasional diperkirakan mencapai 34 juta ton sehingga sebenarnya Indonesia hanya membutuhkan impor 2 juta ton. Karena jeritan para petani dan kritik yang berdatangan, akhirnya bea masuk impor dinaikkan menjadi 30%, tetapi hal ini tidak menyurutkan para importer untuk terus melakukan impor beras. Inilah awal dimulainya tragedi kehancuran ketahanan pangan Indonesia, petani pedesaan mengalami kebangkrutan dan akan menyebabkan kerawanan ekonomi masyarakat pedesaan yang tak terkira.

Liberalisasi Sosial

Liberalisasi ini tampak dari penentangan terhadap RUU APP, hal ini karena produk ini merupakan salah satu barang/jasa yang paling besar keuntungannya di dunia, bahkan berdasarkan survey yang dilakukan oleh kantor berita Associate press menunjukkkan bahwa Indonesia berada di urutan kedua setelah Rusia yang menjadi surga pornografi. Kalangan sekuler menggugat UU perfilman, mereka menginginkan lembaga sensor dihapuskan karena dianggap mengebiri kreativitas insan perfilman. Para pembebek kebebasan itu menginginkan film Indonesia bisa seperti film amerika, tidak ada pembatasan. Maka tak heran kalau tayangan berbau pornografi & pornoaksi mendapatkan tempat di prime time/jam tayang utama (pukul 19.00-21.00).

Liberalisasi Pendidikan

Aliansi global educatin for all yang parkasai UNESCO, pada tahun 2000 menelurkan komotmen Dakkar. Komitmen ini berisi di antaranya perubahan kurikulum berbasis kompetensi, penetapan standarisasi pengajar, kelulusan, kualitas sekolah dan perluasan otonomi manajemen sekolah. Pendidikan Indonesia bukan lagi bertujuan mencetak generasi pemimpin dimasa depan, namun penyedia tenaga kerja terampil yang berdaya saing internasional bagi kapitalis.

Liberalisasi Agama

Sedangkan dalam agama, liberalisme berarti kebebasan menganut, meyakini, dan mengamalkan apa saja sesuai kehendak dan selera masing-masing individu. Lebih jauh lagi liberalisme menganggap agama sebagai suatu urusan yang privat. Hal ini tentu tidak sesuai dengan indonesia yang memiliki agama yang beragam dimana urusan agama merupakan hal yang sensitif. Mengingat mayoritas masyarakat yang belum dewasa dalam menyikapi permasalahan dan pola pikir yang masih primodial masih sulit untuk menerima agama –agama baru yang akan muncul apabila paham liberalisme ini di terapkan, karena masyarakat masih beranggapan keberagaman agama itu hanya pada lima agam yang di akui di dalam Undang-Undang yaitu agama Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu sehingga munculnya agama baru diluar kelima agama tersebut berpotensi memicu konflik.

Pada bidang keagamaan, upaya pembebasan diri dari agama dan doktrin-doktrinnya melalui liberalisasi pemikiran sangat mengancam agama-agama di dunia. Kemunculan kaum liberal di Barat sebenarnya tidak lepas dari problematika Kristen yang menjadi agama terbesar di Barat. Problematika Kristen yang menjadi sebab munculnya liberalisasi pemikiran keagamaan adalah: (1) problema sejarah Kristen yang penuh dengan konflik, (2) problema teks Bibel yang penuh dengan kontradiktif dan (3) problema teologi Kristen yang tidak jelas dan tidak rasional.(Afif Hasan, 2008:54)

Islam dijadikan sasaran utama oleh kaum missionaris-orientalis dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah seruan kritik terhadap al-Qur’an. Seruan untuk mengkritik teks al-Qur’an oleh missionaris-orientalis ini dilatarbelakangi oleh kekecewaan orang Kristen dan Yahudi terhadap kitab suci mereka dan disebabkan oleh kecemburuan mereka terhadap umat Islam dan kitab suci al-Qur’an.(Syamsuddin Arif, Jurnal Al-Insan, vol I, No. 1, Januari 2005)

Apalagi jika ditilik dari konsep pokoknya, pemikiran liberalisme sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Kebebasan mutlak ala liberalisme adalah kebebasan yang mencederai akidah Islam, ajaran paling pokok dalam agama ini. Liberalisme mengajarkan kebebasan menuruti semua keinginan manusia, sementara Islam mengajarkan untuk menahannya agar tidak keluar dari ketundukan kepada Allah. Hakikat kebebasan dalam ajaran Islam adalah, bahwa Islam membebaskan manusia dari penghambaan kepada sesama makhluk, kepada penghambaan kepada Rabb makhluk.

Begitu pun dengan otoritas akal sebagai sumber nilai dan kebenaran dalam ‘ajaran’ liberalisme. Sumber kebenaran dalam Islam adalah wahyu, bukan akal manusia yang terbatas dalam mengetahui kebenaran. Dengan demikian, menerima liberalisme berarti menolak Islam, dan tunduk kepada Islam berkonsekwensi menanggalkan faham liberal.

Liberalisasi Media massa

Sejak ditetapkan UU No 40 tahun 1999 tentang pers, kebebasan pers Indonesia terbuka lebar dalam perjalanannya media massa dalam negeri cenderung lebih berorientasi meraup keuntungan materi. Lihat saja bagaimana tayangan media massa televisi sering menyuguhkan program-program sarat nilai-nilai kekerasan, hedonistic, pornografi dan budaya leberalisme. Media massa menyiarkan berita yang kurang berimbang dan sering menyudutkan aktivis islam pro syariah.

Praktek-praktek demokrasi liberal yang terjadi di Indonesia telah menunjukkan sebuah potret yang jelas mengenai konflik atau pertentangan yang terjadi dalam demokrasi dan liberalisme. Dimana terjadi ketimpangan yang jelas bahwa kepemilikan individu terhadap sumber-sumber ekonomi dan politik lah yang menentukan demokrasi di Indonesia. Segelintir "minoritas", mereka yang miliki modal, yang memiliki akses terhadap kepemilikan sumber-sumber ekonomi dan politik-lah yang dapat menikmati kebebasan. Termasuk kebebasan untuk dapat menjalankan demokrasi.

Akhirnya kita bisa melihat bahwa proyek liberalisasi di segala bidang ini tidak lepas dari upaya penjajahan barat dinegeri-negeri muslim. Mereka menciptakan situasi yang kondusif agar mereka bisa denagn leluasa mengeruk SDA Indonesia tanpa ada hambatan, selain itu Amerika dan Barat berusaha mencegah islam politik tampil ke permukaan sebagai jati diri islam yang sebenarnya. Hal ini dilakukan karena barat mengetahui bahwa idiologi kapitalisme, termasuk liberalism tidak mendapatkan perlawanan selain dari dunia islam. Mereka sadar bahwa umat islam memiliki sebuah idiologi yang akan menjadi ancaman laten walaupun pada saat ini umat islam tidak memiliki sebuah Negara dan seorang pemimpin yang memimpin. Karena itulah barat/amerika bekerja siang malam untuk menyebarkan idiologi yang merusak itu kepada dunia islam termasuk Indonesia melalui berbagai cara, termasuk lewat media massa dan para penguasa kaki tangan mereka
Kebebasan dalam liberalisme ini sendiri memunculkan potensi bagi individu untuk begitu saja membuat peraturan yang akan memangsa manusia lain yang lemah, sesuaai pernyatan Thomas Hobbes yang menganggap manusia memiliki sifat egois dan licik yang berbahaya jika dibiarkan terus-menrus. Dalam keadaan alamiah dan bebas , manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Sedangkan menurut Montesquieu, kemerdekaan mutlak individu memungkinkan untuk mengancam kebebasn individu lain, sehingga perlu pembatasan seperti lewat hukum dan uandang-undang.

Nilai-nilai kebebasan bagaimanapun harus dibatasi, sehingga kebebasan tersebut tidak bersinggungan dengan hak-hak yang dimiliki orang lain sehingga tercipta suatu kerukunan dan keadilan. Selain itu liberalisme juga memiliki kelemahan jika diterapkan di indonesia, yaitu masih banyaknya masyarakat miskin yang kurang perhatian. Sedang dalam liberalisme adalah mengutamakan kompetisi. Sehingga mereka dianggap miskin karena mereka malas. Sedangkan dalam UUD 45 tercantum salah satu tujuan negara yaitu mensejahterakan atau dengan kata lain membantu orang-orang terlantar dan tidak mampu untuk hidup berkecukupan dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Jadi, penerapan liberalisme pada dasarnya tidak cocok atau tidak ideal diterapkan di indonesia secara keseluruhan.
Read more »
Pengaruh Paham Liberalisme di Dunia

Pengaruh Paham Liberalisme di Dunia

Ayo Komentar

Liberalisme pada awalnya muncul saat dunia barat memasuki enlighment ages atau abad pencerahan sekitas abad ke 16 sampai awal abad 19 yang mana pada saat itu, mulai muncul industri dan perdagangan dalam skala besar yang berbasis teknologi baru. Dipertajam oleh Timbulnya faham liberal (liberalisme) dimulai dengan timbulnya faham-faham baru dari golongan kapitalis/Borjuis/pemilik modal terutama dibidang perekonomian. Bersamaan dengan munculnya seorang tokoh yang menghendaki adanya kebebasan, yakni ; Adam Smithdengan bukunya yang berjudul Wealth Of Nation tahun (1776).
Untuk mengelolala industri dan perdagangan dalam skala besar yang berbasis teknologi baru tersebut muncullah kebutuhan-kebutuhan baru seperti buruh yang bebas dalam jumlah banyak, ruang gerak yang leluasa, mobilitas yang tinggi dan kebebasan berkreasi. Namun kebutuhan-kebutuhan ini terbentur oleh peraturan-peraturan yang dibuat masa pemrintahan yang feodal. Maka golongan intelektual yang mengendepankan rasionalitas memunculkan paham liberal. Golongan intelektual ini merasakan keresahan ilmiah (rasa ingin tahu dan keinginan untuk mencari pengetahuan yang baru).

Biasanya ketika mendengar istilah liberalisme pikiran kita selalu mengarah kepada kebebasan individu,pasar bebas maupun sistem perekonomian yang didominasi pasar. Namun apakah pengertian yang selama ini kita pahami merupakan istilah yang sebenarnya mencerminkan paham liberalisme. Atau bisa saja pengertian yang selama ini kita pahami hanyalah pengertian yang dangkal tanpa adanya pemahan terhadap arti yang sebenarnya mengenai Liberalisme. Untuk itulah didalam artikel ini kami ingin menganalisis dan memahami makna dari liberalisme, bagaimana awal munculnya paham liberalisme di dunia, perkembangan paham liberalisme di Indonesia serta yang terakhir adalah menganalisis berbagai pendapat pandangan mengenai paham liberalisme.

Setelah nantinya kita mengetahui bagaiman perkembangan paham liberalisme di dunia dan di Indonesia kita akan samapai pada analisis mengenai paham liberalisme melalui pendapat beberapa ahli.Dengan begitu kita akan mampu menmpatkan pengetian yang sebenarnya mengenai paham liberalisme dan selain itu akan lebih memperkuat pemahaman tentang liberalisme karena sudah mencoba melakukan analisis pendapat beberapa ahli tentang paham liberalisme.Dan mungkin nantinya kita akan memahami arti yang lebih luas mengenai liberalisme lebih dari pemahaman sebelumnya yakni jika mendengar kata liberalisme kita hanya akan tertuju pada kebebasan dan pasar bebas.

Ketika membicarakan sebuah paham yang berkembang didunia maka tidak akan lepas dari paham-paham seperti Liberal, Nasionalis, Kapitalis, Komunis. Terutama yang dibicarakan adalah Liberal. Antara Liberalisme dengan Liberal merupakan dua kata yang berbeda namun terkadang disamakan. Jika Liberalisme merupakan Paham Liberal sedangkan Liberal merupakan orang atau kaum atau bangsa yang mau menerima paham ini.

Berdasar dari uraian tersebut di atas, maka yang menjadi pertanyaan adalah;
(1) apa arti dari Liberalisme?
(2). Apa yang latar belakang lahirnya Liberalisme?
(3). Bagaimana perkembangan Liberalisme di Dunia?
(4). Apa dampak baik dan buruk Liberalisme di bidang ekonomi, sosisal, budaya dan politik?
(5). Bagaimana perkembangan Liberalisme di Indonesia?

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengupas lebih dalam tentang Ideologi Liberalisme yang dipakai pada negara-negara berkembang. Diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi serta refrensi bagi para pembaca tentang Ideologi Liberalisme.

Pengertian Liberalisme

Makna liberal menurut Ensiklopedi Britannica 2001 deluxe edition CD-ROM, menjelaskan bahwa kata liberal diambil dari bahasa Latin liber, free. Liberalisme secara etimologis berarti falsafah politik yang menekankan nilai kebebasan individu dan peran negara dalam melindungi hak-hak warganya.

Kata liberalisme berasal dari bahasa Latin liber artinya bebas dan bukan budak atau suatu keadaan dimana seseorang itu bebas dari kepemilikan orang lain. Dan isme yang berati paham. Makna bebas kemudian menjadi sebuah sikap kelas masyarakat terpelajar di Barat yang membuka pintu kebebasan berfikir (The old Liberalism). Dari makna kebebasan berfikir inilah kata liberal berkembang sehingga mempunyai berbagai makna.

Secara politis liberalisme adalah ideologi politik yang berpusat pada individu, dianggap sebagai memiliki hak dalam pemerintahan, termasuk persamaan hak dihormati, hak berekspresi dan bertindak serta bebas dari ikatan-ikatan agama dan ideologi (Simon Blackburn, Oxford Dictionary of Philosophy). Dalam konteks sosial liberalisme diartikan sebagai adalah suatu etika sosial yang membela kebebasan (liberty) dan persamaan (equality) secara umum (Coady, C. A. J. Distributive Justice). Menurut Alonzo L. Hamby, PhD, Profesor Sejarah di Universitas Ohio, liberalisme adalah paham ekonomi dan politik yang menekankan pada kebebasan (freedom), persamaan (equality), dan kesempatan (opportunity) (Brinkley, Alan. Liberalism and Its Discontents).

Liberalisme adalah sebuah doktrin yang maknanya semangat individualisme. Setiap individu dihargai kebebasanya dalam ekonomi, politik, hukum, budaya, dalam suatu Negara,yang dikemas dalam istilah kebebasan, kemerdekaan dan persamaan.Sedangkan menurut wikipedia Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama. Jadi dalam paham liberalisme setiap individu bebas untuk mengembangkan bakat dan pemikiranya. Tetapi individu tersebut tetap harus bertanggung jawab atas semua tindakanya.

Makna kebebasan dalam paham liberal ini bisa dijadikan dalam artian kata yang positif maupun yang negatif. Seperti yang telah dijelaskan diatas, namun pemaknaan positif, yang mana positif dalam hal kebebasan individu untuk memerdekakan dirinya, untuk mengembangkan bakat dan pemikirannya serta juga disertai dengan tanggungjawab. Namun jika hal pemaknaan kata Liberal dalam sisi negatif yang dinyatakan dalam buku Sejarah Pemikiran Barat yang menyatakan bahwa, liberal dalam arti negatif adalah sikap batin semaunya saja, tidak ambil pusing dengan aturan atau patokan, menolak semua konvensi, tradisi, atau apapun yang dianggap membatasi kebebasannya.

Bisa diartikan juga lebih pada sikap individu yang bertindak semaunya dengan melanggar norma-norma yang berlaku, dan memberontak pada hal-hal tradisonal. hal tersebut tidak akan pernah luput jika dikaitkan dengan kata bebas. Jika individu tersebut tidak mau mengontrol dirinya sendiri maka kebebasan tersebut pasti akan mengarah pada kebebasan yang negatif. Kebebasan tersebut akan menjadi baik jika disertai dengan tanggung jawab atas segala tindakannya, dan bisa mengontrolnya dengan baik.

Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama. Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama (Sukarna, 1981). Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama didasarkan pada kebebasan mayoritas.

Dalam berbagai aspek liberal bisa diartikan seperti yang dibawah ini, ini hanya untuk menghindari adanya ketidak beneran arti dari liberalisme:

#Aspek individu

Liberal mengartikan bahwa cara berfikir dan bersikap dengan kritis akan adat dan tradisi-tradisi yang berkembang. Tidak ingin terikat oleh aturan yang ada, akan tetapi tetap terbuka akan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan bisa membuat lebih bermanfaat. Bisa diartikan bahwa tetap terbuka, tidak mau terikat namun tetap mau menerima pendapat orang lain untuk kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan bisa menjadikan lebih baik.

#Aspek Ekonomi

Liberalisme dalam konteks ekonomi ingin mengatakan bahwa hidup perekonomian merupakan bidang yang harus dikembangkan sesuai dengan kodrat manusia yang bebas, sehingga perekonomian itu memang seharusnya berdasar prinsip pasar bebas (free market). Artinya semua hubungan ekonomi tercipta oleh pasar bebas, campur tangan dari pihak penguasa mana pun tidak dapat dibenarkan. Yang bisa diartikan bahwa pada aspek ekonomi biarkan individu, kelompok atau suatu masyarakat it sendiri yang mengatur segala haluntuk memenuhi kebutuhannya, para penguasa tidak diperbolehkan untuk ikut campur. Termasuk ketika pemerintah yang menetukan harga pasar, itu tidak diperbolehkan. Pemerintah ikut camput sesedikit mungkin, dan biarkan swasta dan masyarakat yang menentukan. Jika pihak swasta sudah memasuki area ekonomi maka kita bisa lihat dampaknya pada era masa kini, semua dikuasai oleh pihak swasta (dominan) sedangkan pemerintah dan masyarakatnya dirugikan. Terjadinya pasar bebas, maksudnya setiap individu bebas bersaing dalam kapital (kepemilikan uang dan barang) dan harga (kemampuan mengidentifikasi jual-beli) dipasaran untuk memperebutkan monopoli kekuasaan dan dominasi.

#Aspek Politik

Lberal dalam aspek politik mengenai tentang pertentangan mengenai bentuk pemerintahan yang otoriter. Menurut Adisusilo dalam konteks politik (2013: 155), bahwa paham ini mencurigai segala bentuk kuasa, karena kuasa cenderung berkembang menjadi semakin besar dan menindas, maka harus diberi saluran dan dibatasi. Otoriter berarti bentuk pemerintahan yang mempunyai ciri kekuasaan hanya berpusat pada negara atau pribadi tertentu, sehingga tidak adanya kebebasan individu. Kekuasaan yang besar dan yang berkuasa yang memimpin, dan untuk kepentingan tertentu segala sesuatu akan dikorbankan meskipun itu adalah milik orang lain. Sehingga penindasan terhadap individu lain akan terjadi. Dalam paham ini hal seperti itu akan ditentang, karena paham ini lebih mengutamakan individualisme.

Menurut Sukarna (1981) ada tiga hal yang mendasar dari Ideologi Liberalisme yakni Kehidupan, Kebebasan dan Hak Milik (Life, Liberty and Property). Sedangkan menurut Ramlan Subakti (2010: 45) ciri-ciri ideologi liberal sebagai berikut. Pertama, demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik. Kedua, anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan berbicara, kebebasan beragamadan kebebasan pers. Ketiga, pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat, sehingga rakyat dapat belajar membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Keempat, kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk. Oleh karena itu pemerintah dijalankan sedemikian rupa sehingga penyalahgunaan kekuasaan dapat dicegah. Pendek kata, kekuasaan dicurigai sebagai cendarung disalahgunakan, dan karena itu sejauh mungkin dibatasi. Kelima, suatu masyarakat dikatakan berbahagia kalau masyarakat secara keseluruhan berbahagia, kebahagiaan sebagian besar individu belum tentu maksimal.

Sejarah Liberalisme

Pemikiran liberal (liberalisme) adalah satu nama di antara nama-nama untuk menyebut ideologi Dunia Barat yang berkembang sejak masa Reformasi Gereja dan Renaissans yang menandai berakhirnya Abad Pertengahan (abad V-XV). Disebut liberal, yang secara harfiah berarti “bebas dari batasan” (free from restraint), karena liberalisme menawarkan konsep kehidupan yang bebas dari pengawasan gereja dan raja. (Adams, 2004:20). Ini berkebalikan total dengan kehidupan Barat Abad Pertengahan ketika gereja dan raja mendominasi seluruh segi kehidupan manusia.

Sejarahnya paham liberalisme ini berasal dari Yunani kuno, salah satu elemen terpenting peradaban Barat. Namun, perkembangan awalnya terjadi sekitar tahun 1215, ketika Raja John di Inggris mengeluarkan Magna Charta, dokumen yang mencatat beberapa hak yang diberikan raja kepada bangsawan bawahan. Charta ini secara otomatis telah membatasi kekuasaan Raja John sendiri dan dianggap sebagai bentuk liberalisme awal (early liberalism).

Perkembangan liberalisme selanjutnya ditandai oleh revolusi tak berdarah yang terjadi pada tahun 1688 yang kemudian dikenal dengan sebutan The Glorious Revolution of 1688. Revolusi ini berhasil menurunkan Raja James II dari England dan Ireland (James VII) dari Scotland) serta mengangkat William II dan Mary II sebagai raja. Setahun setelah revolusi ini, parlemen Inggris menyetujui sebuah undang-undang hak rakyat (Bill of Right) yang memuat penghapusan beberapa kekuasaan raja dan jaminan terhadap hak-hak dasar dan kebebasan masyarakat Inggris. Pada saat bersamaan, seorang filosof Inggris, John Locke, mengajarkan bahwa setiap orang terlahir dengan hak-hak dasar (natural right) yang tidak boleh dirampas. Hak-hak dasar itu meliputi hak untuk hidup, hak untuk memiliki sesuatu, kebebasan membuat opini, beragama, dan berbicara. Di dalam bukunya, Two Treatises of Government (1690), John Locke menyatakan, pemerintah memiliki tugas utama untuk menjamin hak-hak dasar tersebut, dan jika ia tidak menjaga hak-hak dasar itu, rakyat memiliki hak untuk melakukan revolusi.

Singkatnya pada abad ke 20 setelah berakhirnya perang dunia pertama pada tahun 1918, beberapa negara Eropa menerapkan prinsip pemerintahan demokrasi. Hak kaum perempuan untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi di dalam pemerintahan diberikan. Menjelang tahun 1930-an, liberalisme mulai berkembang tidak hanya meliputi kebebasan berpolitik saja, tetapi juga mencakup kebebasan-kebebasan di bidang lainnya; misalnya ekonomi, sosial, dan lain sebagainya. Tahun 1941, Presiden Franklin D. Roosevelt mendeklarasikan empat kebebasan, yakni kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat (freedom of speech), kebebasan beragama (freedom of religion), kebebasan dari kemelaratan (freedom from want), dan kebebasan dari ketakutan (freedom from fear). Pada tahun 1948, PBB mengeluarkan Universal Declaration of Human Rights yang menetapkan sejumlah hak ekonomi dan sosial, di samping hak politik.
Maver https://woof.tube/stream/e4EmNtB4CTq
Jika ditilik dari perkembangannya liberalisme secara umum memiliki dua aliran utama yang saling bersaing dalam menggunakan sebutan liberal. Yang pertama adalah liberal klasik atau early liberalism yang kemudian menjadi liberal ekonomi yang menekankan pada kebebasan dalam usaha individu, dalam hak memiliki kekayaan, dalam kebijakan ekonomi dan kebebasan melakukan kontrak serta menentang sistim welfare state. Yang kedua adalah liberal sosial. Aliran ini menekankan peran negara yang lebih besar untuk membela hak-hak individu (dalam pengertian yang luas), seringkali dalam bentuk hukum anti-diskriminasi.

Selain kedua tren liberalisme diatas yang menekankan pada hak-hak ekonomi dan politik dan sosial terdapat liberalisme dalam bidang pemikiran termasuk pemikiran keagamaan. Liberal dalam konteks kebebasan intelektual berarti independen secara intelektual, berfikiran luas, terus terang, dan terbuka. Kebebasan intelektual adalah aspek yang paling mendasar dari liberalisme sosial dan politik atau dapat pula disebut sisi lain dari liberalisme sosial dan politik. Kelahiran dan perkembangannya di Barat terjadi pada akhir abad ke 18, namun akar-akarnya dapat dilacak seabad sebelumnya (abad ke 17). Di saat itu dunia Barat terobsesi untuk membebaskan diri mereka dalam bidang intelektual, keagamaan, politik dan ekonomi dari tatanan moral, supernatural dan bahkan Tuhan.

Pada saat terjadi Revolusi Perancis tahun (1789) kebebasan mutlak dalam pemikiran, agama, etika, kepecayaan, berbicara, pers dan politik sudah dicanangkan. Prinsip-prinsip Revolusi Perancis itu bahkan dianggap sebagai Magna Charta liberalisme. Konsekuensinya adalah penghapusan Hak-hak Tuhan dan segala otoritas yang diperoleh dari Tuhan; penyingkiran agama dari kehidupan publik dan menjadinya bersifat individual. Selain itu agama Kristen dan Gereja harus dihindarkan agar tidak menjadi lembaga hukum ataupun sosial. Ciri liberalisme pemikiran dan keagamaan yang paling menonjol adalah pengingkaran terhadap semua otoritas yang sesungguhnya, sebab otoritas dalam pandangan liberal menunjukkan adanya kekuatan diluar dan diatas manusia yang mengikatnya secara moral. Ini sejalan dengan doktrin nihilisme yang merupakan ciri khas pandangan hidup Barat postmodern yang telah disebutkan diatas.

Perkembangan Liberalisme Dunia

Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi (Private enterprise) yang relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan individu. Di zaman pencerahan, kaum intelektual dan politisi Eropa menggunakan istilah liberal untuk membedakan diri mereka dari kelompok lain. sebagai adjektif kata liberal dipakai untuk menunjuk sikap anti feodal, anti kemapanan, rasional, bebas merdeka (independent), berpikiran luas lagi terbuka (open-minded), dan oleh karena itu hebat (magnanimous).

Dalam politik, liberalisme dimaknai sebagai sistem dan kecenderungan yang berlawanan dengan dan menentang sentralisasi dan absolutisme kekuasaan. Dibidang ekonomi, liberalisme merujuk pada sistem pasar bebas dimana intervensi pemerintah dalam perekonomian dibatasi atau bahkan tidak diperbolehkan sama sekali. Dalam hal ini dan pada batasan tertentu liberalisme identik dengan kapitalisme. Di wilayah sosial, liberalisme berarti kebebasan menganut, meyakini, dan megamalkan apa saja sesuai kecenderungan, kehendak dan selera masing-masing. Bahkan lebih jauh dari itu liberalisme mereduksi agama menjadi menjadi urusan privat.

Sebagaimana diungkapan oleh H. Gruber, prinsip liberalisme yang paling mendasar ialah pernyataan bahwa tunduk kepada otoritas apapun namanya adalah bertentangan dengan hak asasi, kebebasan dan harga diri manusia, yakni otoritas yang akarnya, aturannya, ukurannya, dan ketetapan ada diluar dirinya.

Pada awalnya liberalisme berkembang di kalangan Protestan saja. Namun belakangan wabah liberalisme menyebar di kalangan Khatolik juga. Tokoh-tokoh liberal seperti Benjamin Constant anatar lain menginginkan agar pola hubungan antara institusi gereja, pemerintah, dan masyarakat ditinjau ulang dan diatur lagi. Mereka juga menuntut reformasi terhadap doktrin-doktrin dan disiplin yang dibuat oleh gereja katholik di roma, agar disesuaikan dengan semangat zaman yang sedang dan terus berubah, agar sejalan dengan prinsip-prinsip liberal dan tidak bertentangan dengan sains yang meskipun anti Tuhan namun dianggap benar. Negara-negara yang menganut paham liberal di benua Amerika adalah Amerika adalah Amerika Serikat, Argentina, Bolivia, Brazil, Chili, Kuba, Kolombia, Ekuador, Honduras, Kanada, Meksiko, Nikaragua, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, dan Venezuela. Sekarang ini Kurang lebih paham Liberalisme dianut oleh sebagian besar wilayah negara di Amerika.

1. Amerika Serikat

Paham liberal di Amerika Serikat (AS) disebut liberalisme modern atau liberalisme baru. Sekarang para politis di AS mengakui, bahwa paham liberalisme klasik ada kaitannya dengan kebebasan individu yang bersifat luas. Tetapi mereka menolak ekonomi yang bersifat laissez faire atau liberalisme klasik yang menuju ke pemerintahan interventionism yang berupa penyatuan persamaan sosial dan ekonomi. Umumnya, hal tersebut disepakati pada dekade pertama abad ke-20 yang tujuannya menuju keberhasilan suatu hegemoni para politis dalam negeri.Tapi, kesuksesan tersebut mulai merosot dan menghilang pada sekitar tahun1970-an. Pada saat itu konsensus liberal telah dihadapkan suatu death-blow atau yang berupa robohnya pemerintahan Bretton Woods System yang dikarenakan kemenangan Ronald Reagan dalam pemilihan presiden tahun 1980, yang menjadikan liberalisme suatu arus kuat dalampolitik AS pada tahun tersebut.

Liberalisme AS mulai bangkit pada awal abad ke-20 sebagai suatu alternatif ke politik nyata yang merupakan interaksi internasionalyang dominan pada waktu itu. Presiden Franklin Roosevelt yang pada saat itu adalah seorang yang berpaham liberal self-proclaimed, menawarkan bangsa itu menuju ke suatu kesuksesan baru dengan cara membangun institusi kolaboratif yang berpendukungan orang-orang Amerika sendiri dan berjanji akan menarik AS keluar dari tekanan yang besar tersebut. Untuk mengantisipasi akhir Perang Dunia II, Roosevelt merancang Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) sebagai suatu alat berupa harapan akan kerja sama timbal balik daripada membuat ancaman dan penggunaan kekuatan perang untuk memecahkan permasalahan politis internasional tersebut.

Roosevelt juga menggunakan badan tersebut (PBB) untuk memasukan orang-orang Afrika yang tinggal di Amerika ke dalam militer AS serta membuat badan pendukungan hak dan kebenaran para wanita-wanita, sebagai penekanan atas kebebasan individu yang selanjutnya dilanjutkan oleh Presiden John F Kennedy dengan pembangunan Patung Liberty (1964) sebagai simbol kebebasan individu untuk hidup. Sebenarnya, liberalisme yang dianut oleh AS, sebagaimana yang ditekankan oleh Wilson dan Roosevelt adalah dengan menekankan kerja sama serta kolaborasi timbal balik dan usaha individu, bukan dengan membuat ancaman dan pemaksaan sebagai untuk pemecahan permasalahan politis baik di dalam maupun luar, sepertinya dianut oleh Presiden AS saat ini,George W Bush. Suatu paham liberal di AS itu mungkin seperti institusi dan prosedur politis yang mendorong kebebasan ekonomi, perlindungan yang lemah dari agresi oleh yang kuat, dan kebebasan dari norma-norma sosial bersifat membatasi. Karena sejak Perang Dunia II, liberalisme di AS telah dihubungkan dengan liberalisme modern, pengganti paham ideologi liberalisme klasik.

2. Eropa

Sebagai aksi dan reaksi penentangan komunisme, Eropa membuat suatu paham yang berterminologi politis (termasuk "sosialisme" dan " demokrasi sosial"). Tapi, mereka tidak bisa memilih AS dengan pahamnya tersebut, dikarenakan pada saat itu Eropa belum begitu mengenal liberalisme yang dianut oleh AS. Tapi beberapa tahun kemudian barulah Eropa menyadari bahwa liberalisme yang dianut oleh AS. Hal itu mendorong Eropa ke suatu kebebasan individu tersendiri yang akhirnya memperbaiki keadaan ekonomi mereka tersendiri. Liberalisme di Eropa mempunyai suatu tradisi yang kuat. Di negara-negara Eropa, kaum liberal cenderung menyebut diri mereka sendiri sebagai kaum liberal, atau sebagai radical centristsyang democratic.

Negara-negara penganut paham liberal yakni diantaranya adalah Albania, Armenia, Austria, Belgia, Bulgaria, Kroasia, Cyprus, Republik Cekoslovakia, Denmark, Estonia, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Islandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luxembourg, Macedonia, Moldova, Belanda, Norwegia, Polandia, Portugal, Romania, Rusia, Serbia, Montenegro, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Switzerland, Ukraina dan United Kingdom.

3. ASIA

Negara-negara yang menganut paham liberal di Asia antara lain adalah India, Iran, Israel, Jepang, Korea Selatan, Filipina, Taiwan, Thailand, dan Turki. Saat ini banyak negara-negara di Asia yang mulai berpaham liberal, antara lain adalah Myanmar, Kamboja, Hong Kong, Malaysia dan Singapura.

4. Afrika

Sistem ekonomi liberal terbilang masih baru di Afrika. Pada dasarnya, liberalisme hanya dianut oleh mereka yang tinggal di Mesir,Senegal dan Afrika Selatan. Sekarang ini, kurang lebih liberalisme sudah dipahami oleh negara Aljazair, Angola, Benin, Burkina, Faso, Mantol Verde, Cote D’lvoire, Equatorial, Guinea, Gambia, Ghana, Kenya, Malawi, Maroko, Mozambik, Seychelles, Tanzania, Tunisia, Zambia Zimbabwe dan Republik Kongo.
Read more »
Imperialisme, Fasisme dan Erokomunisme

Imperialisme, Fasisme dan Erokomunisme

Ayo Komentar

IMPERIALIAME

Imperialisme sebagai sebuah tahapan khusus dari kapitalisme (Lenin, 1916), Imperialisme muncul sebagai perkembangan dan kelanjutan langsung dari karakteristik-karakteristik fundamental kapitalisme secara umum. Tetapi kapitalisme hanya menjadi kapitalisme imperialis pada tahapan tertentu dan paling tinggi dalam perkembangannya, ketika beberapa karakteriistik fundamentalnya mulai berubah menjadi kebalikannya, ketika fiture-fitur dari epos transisidari kapitalisme ke sebuah sistem sosial dan ekonomi yang lebih tinggi telah mengambil bentuk dan menunjukkan diri mereka dalam semua bidang.

Secara ekonomi, hal utama di dalam proses ini adalah pergeseran kapitalisme persaingan bebas oleh kapitalisme monopoli. Persaingan bebas adalah fitur utama dari kapitalisme dan produksi komoditas secara umum. Monopoli adalah kebalikan dari persaingan bebas, menciptakan industri skala besar dan menggeser industri kecil, menggantikan industri skala besar dengan industri skala yang lebih besar lagi dan membawa konsentrasi produksi dan kapital pada sebuah titik, dimana darinya telah tumbuh dan sedang berkembang monopoli.

Bila kita harus memberikan imperialisme sebuah definisi yang ppaling singkat, kita dapat mengatakan bahwa imperialisme adalah tahapan monopoli dari kapitalisme. Definisi semacam ini akan mengikutsertakan hal-hal yang paling penting. Disatu pihak, kapital finansial adalah kapital dari beberapa bank monopoli yang sangat besar, yang merger dengan kapital dari asosiasi-asosiasi monopoli industrialis dan pihak yang lain. Pembagian dunia adalah transisi dari sebuah kebijakan kolonial yang telah meluas tanpa halangan ke daerah-daerah yang belum direbut oleh kekuatan kapitalis, ke sebuah kebijakan kolonial kepemilikan monopoli atas daerah-daerah dunia yangtelah dibagi-bagi sepenuhnya.

Imperialisme juga di definisikan oleh Karl Kautsky, yang berpendapat bahwa imperialisme adalah sebuah produk dari kapitalisme industrial yang sangat maju. Impperialisme adalah hasrat dari setiap negeri kapitalis industrial untuk mengendalikan atau menjajah semua daerah-daerah agraria luas (ppenekanan dari Kautsky), tidak peduli negara mana yang mendudukinya. Namun definiisi yang dikemukakan Kautsky tidak berguna sama sekali karena ia berat sebelah, yakni tanpa basis yang jelas dan definisi ini hanya mempertimbangkan masalah kebangsaan. Definisi ini juga keliru jika mengartikan sebuah imperialisme lebih mengedepankan penjajahan daerah-daerah agraria saja.

Imperialisme dibagi menjadi dua yakni imperialisme kuno dan imperiialisme modern. Perbedaan antara imperialisme modern dengan imperialisme kuno ialah imperialisme yang baru menggantikan ambisi sebuah kekkaisaran tunggal dengan teoridan praktek kekaisaran-kekaisarannyangpaling bersaing, tiap-tiap dari mereka termotivasi nafsu kemegahan politik dan laba komrsil yang serupa, dan yang kedua dalam finansial atau investasi terhadap kepentingan perdagangan.

Latar belakang Imperialisme Modern

a. Faktor tekhnologi

Akibat revolusi industri telah menempatkan berbagai negara eropa sebagai negara industri. Kemajuan industrialisasi melalui perkembangan tekhnologi menjadikan eropa menguasai dunia yang belum berkembangan. Penggunaan tekhnologi melalui alat-alat mesin telah menggantikan tenagga manusia, mendorong banyaknya barang-barnag dagangan yang dihasilkan secara cepat, murah, dan melimpah. Untuk keperluan proses industrinya, negara-negara eropa sangat memerlukan kebutuhan sumber-sumber bahan mentah. Kemajuan tekhnologi eropa menghantarkan mereka memiliki hegemoni dan dianggap sebagai pelopor umat manusiaa dunia. Maka dari itu, mereka sangat bersemangat untuk melakukan imperialisme.

b. Faktor kapitalisme

Kapitalisme merupakan unsur penting yang ikut melahirkan imperialisme modern. Ekspansi besar-besaran dari kekayaan dan kekuuasaan merupakan latar belakang perkembangan ekonomi Abad XIX, Abad XIX adalah suatu era penguasaan dunia bangsa eropa dengan kapitalisme dunianya, yang telah menimbulkan bagian-bagian dunia ini dan mengadakan emansipasi maupun eksploitasi.

Kaum kapitalis, utamanya para Bankir, sangat tertarik dalam bidang-bidang industri, hingga timbul Trust, Kartel, dan terbentuk perusahaan sejenis berubah menjadi perusahaan besar. Sistem kapitalisme telah menghasilkan barang dagangan yang melimpah sehinnga membutuhkan pemesaran barang. Maka dari itu, para kapittalis sangat mendukung negara mencari tanah- tanah jajahan.

FASISME

Fasisme pada dasarnya merupakan pemberontakan kedua setelah komunisme. Karena jika kita melihat fasisme secara spesifik, fasisme merupakan pengorganisasian pemerintahan dan masyarakat secara totaliter,oleh kediktatoran partai tunggal yang sangat nasionalis, rasialis, militeris dan imperialis. Fasisme ini muncul karena adanya rasa ketidakpuasan atas rakyat atas kebijakan pemerintah dan negara yang pertama kali menjadi fasis ialah Italia (1922) dan selanjutnyadisusul oleh Jerman, Spanyol, dst.
 Lil Black  https://woof.tube/stream/hM6K5L9GgEJ
Meski fasisme ini merupakan pembrontakan kedua setelah komunisme, namun ada banyak perbedaan yang membedakan fasisme dengan komunisme. Dari segi tipikal, komunisme biasanya dikaitkan dengan negara-negara miskin dan keterbelakang seperti negara agraris. Sedangkan fasisme biasanya diakaitkan dengan negara-negara yang makmur secara tekhnologi maju. Selain itu, kalau komunisme biasanya merupakan produk dari masyarakat pra demokrasi dan pra industri. Sedangkan fasisme merupakan produk dari masyarakat pasca demokrasi dan pasca industri. Secara singkat,komunisme adalah cara paksaan untuk mengindustrialisasikan masyarakat keterbelakang, sedangkan fasisme merrupakan cara paksaan untuk mengatasi konflik-konflik dalam masyarakat industri maju.

Perlu diketahui bahwa akar psikologis Totaliterisme pada negara-negara fasis berasl dari tradisi otoriter yang telah mendominasi selama berabad-abad. Tanpa didasari setiap pemimpin memiliki siakap otoriter, halini dapat dilihat pada nafsu yang menggebu-gebu untuk meraih kekuasaan dan keinginan untuk mendominasi.

Teori dan Praktek Fasisme

Walaupun fasisme memiliki kesamaan dengan komunisme, namun fasisme tidak memiliki pernyataan yang mengikat tentang prinsip-prinsip seperti yang dimiliki komunisme. Ketiadaan pernyataan tentang prinsip-prinsip fasisme yang mengikat dan diakui secara universal bukanlah dalam pengertian yang mutlak, dalam artian tidak ada sama sekali .

Meskipun tidak ada manifesto fasis dengan otoritas yang tak dapat di perdebatkan oleh kelompok fasis sendiri, namun tidak sulit utnuk menemukan unsur-unsur pokok dalam pandangan fasis ;

1. Ketidakpercayaan pada keampuhan nalar, yang merupakan ciri fasisme yang sangat menonjol. Fasisme menolak tradisi peradaban barat secara terang-terangan bersikap anti-rasional. Dalam urusan kemanusiaan, fasisme tidak mengandalkan akal / nalar. Tetapi mengutamakan unsusr-unsur dalam diri manusia yang irasional, sentimental & tak terkendali.

2. Pengingkaran persamaan derajat kemanusiaan yang merupakan ciri umum yang terdapat dalam gerakan / negara fasis.

3. Kode perilaku tentang perilakubmenekankan pada kekerasan dan kebohongan dalam semua bentuk hubungan antar manusia di dalam negara maupun antar bangsa.

4. Pemerintahan oleh kelompok elit, meruppakan prinsip yang secara terbuka dipertentangkan oleh kelompok fasis di mana-mana dengan apa yang mereka sebut “kekeliruan demokrasi ” yangg mengatakan bahwa rakyat mampu memerintah dirinya sendiri

5. Totaliterisme dalam semua bentuk hubungan antar manusia mencirikan fasisme sebagai suatu pandangan hidup dan bukan hanya sekedar sistem pemerintahan.

6. Rasialisme dan imperialisme, menungkapkan dua ciri dasar fasis yyakni ketidaksamaan martabat manusia dan kekerasan yang diterapkan pada masyarakat bangsa-bangsa.

7. Menentang hukum dan ketertiban internasional, atau perang merupakan konsekuensi logis dari keyakinan fasis pada ketidaksamaan martabat manusia, kekerasan, elitisme, rasialisme, dan imperialisme.

Ekonomi Fasis : Negara Korporasi

Negara yangbmenerapkan prinsip-prinsip fasis dalam meneta dan mengawasi perekonomian ialah negara Korporatis (Italia). Ada dua asumsi yang mendasari filsafat negara korporatis. Pertama, seorang warga negara tidak boleh terlibat dalamkegiatan politik, tetapi hanya menjalankan fungsi sebagai buruh, pengusaha, petani,dokter/ pengacara. Kedua, para elit penguasa dianggap memahami masalah penting yang mempengaruhi seluruh anggota masyarakat.Oleh karena itu, hanya mereka yang memenuhi syarat untuk memegang pemerintahan.

Konsep demokrasi menolak pendekatan korporatis ini terhadap organisasi ekonomi dan politik karena berbagai alasan. Pertama, tidak selalu mudah untuk memisahkan aspek ekonomi dan aspek politik. Kedua, teori demokrasi menegaskan bahwa hanya pemakai sepatu yang merasakan cengkeraman sepatu itu. Pada akhirnya, demokrasi menolak anggapan fasis bahwa anggota kelas tertentu lebih unggul dalam membuat pertimbangan dari pada anggota masyarakat lainnya, sehingga atas dasar itu, mereka dengan sendirinya menjadi penguasa negara.

Dari aspek politik, fasisme mewujudkan negara yang menganut sistempartai tunggalyang dilengkapi dengan dinas polisi rahasia dan konsentrasi, sedangkan dari segi ekonomi dan sosial, fasisme menerapkan korporatisme. Contohnya saja rezim Italia yang membentuk negara korporatis untuk menunjukkan kepada rakyat italiadan dunia bahwa fasisme bukan hanya sekedar reaksi terhadap kapitalisme dan sosialisme liberal, tetapimerupakan suatu prinsiup baru yang kreatif dalam organisasi sosial dan ekonomi.

EROKOMUNISME

Erokomunisme pada intinya merupakan perkembangan dari ideologi komunisme di Eropa Barat dan Pergerakan Erokomunisme ini juga sudah dimulai sejak perang Dunia II. Erokomunisme ini pada dasarnya muncul sebagai pengganti dari praktek Marxis yang lebih mendasarkan pada Demokrasi Borjuis. Sedangkan Uni Soviet dan Cina dengan jelas menegaskan penolakannya terhadap praktek komunis yang diprakarsai oleh Karl Marx tersebut. Uni Soviet dan Cina tidak mendukung adanya demokrasi borjuis , akan tetapi mereka justru menginginkan supremasi sebagai kekuatan komunis yang dominan. Itu sebabnya mengapa partai-partai komunis yang ada di Eropa Barat menyatakan bahwa mereka telah mengembangkan ideologi komunis dengan caranya sendiri yakni Erokomunisme.

Ideologi Erokomunisme

Meskipun ideologi erokomunisme mendapat sumbangan pemikiran dari beberapa tokoh, namun ideologi komunisme ini pada dasarnya berakar pada pemikiran Antonio Gramsci, Yakni seorang pendiri Partai Komunis Italia tahun 1921. Konsep Erokomunisme ini banyak mendapat sumbangan dari pemikiran beliau. Tujuan yang tercantum dalam ideologi ini ialah untuk melawan ancaman Fasisme yang bersifat totaliter oleh kediktatoran partai tunggal yang sangat nasionalis, rasialis, militeris dan imperialis dalam pengorganisasian pemerintahan serta pelestarian demokrasi sebagai iklim politik yang memungkinkan komunisme pada akhirnya dapat tumbuh subur. . Fasisme ini mucul pertama kali di Eropa, tepatnya di Italia pada tahun 1922.

Perevisian konsep Marxisme bermula dari gagasan Antonio Grimsci (1891-1973) yang kemudian dituangkan dalam salah satu bukunya Prison Notebooks. Pada prinsipnya Grimsci menyampaikan betapa pentingnya partai komunis beraliansi dengan partai lain untuk bersama-sama merebut kekuasaan dari tangan kapitalis. Konsep partai tunggal sebagaimana di teorikan Vladimir Ilyits Ullianov yang kemudian dikenal dengan nama V.I.Lenin (1870-1924) oleh Gramsci, kekuasaan lebih mudah direbut dengan cara beraliansi dengan kekuatan lain melalui sistem parlementer. Pemikiran Gramsci inilah yang kemudian disebut-sebut sebagai awal bangkitnya komunisme baru dalam internasional yang berhasil merevisi dan memperbaiki Marxisme yang kemudian mengidentifikasikan dirinya dengan menyebut “Erokomunisme” .
Read more »
Pengertian dan Sejarah Sosialisme dan Komunisme

Pengertian dan Sejarah Sosialisme dan Komunisme

1 Komen Baru Nih

SOSIALISME

Latar belakang Sosialisme

Untuk menentukan kapan tepatnya sosialisme itu muncul tidaklah mudah. Tanpa kita sadari bahwa sosialisme sudah ada sejak dahulu dan sering dipergunakan dalam pembuatan surat-surat yang berisi perjaanjian, dimana di dalam surat tersebut berisi tentang perlindungan bagi para buruh, wanita dan kaum yang lemah. Sosialisme juga memiliki unsur lain yaitu protes terhadap prinsip bahwa, uang merupakan ikatan utama antar manusia dan tidak terbatas pada tradisi sosial saja.

Sosialisme merupakan gerakan yang efektif dan terorganisir dan merupakan produk dari Revolusi Industri. Meskipun sebelumnya, sosialisme pernah dikatakan sebagai produk dari kapitalisme industri modern. Sosialisme ini berbeda dengan komunisme yang terjadi di negara-negara pra-industrialisasi, sosialisme sudah berkembang dalam masyarakat-masyarakat yang sudah mengalami industrialisasi yang luas.

Baik kapitalisme maupun sosialisme keduanya sama-sama tergabung dalam kelompok yang didominasi oleh konsep ekonomi kemakmuran, sedangkan fasisme dan komunisme, keduanya tergabung dalam kelompok yang kedua yaitu ekonomi terpimpin. Sosialisme mewarisi tujuan pokok yang sama dengan kapitalisme yakni melestarikan kesatuan faktor tenaga kerja dan pemilikan. Namun disaat perekonomian kapitalis mengalami kemajuan, tanggung jawab individu dan keluarga dalam urusan pemilikan alat-alat produksi dan pengaturan tenaga kerja, secara perlahan digantikan oleh sistem ekonomi yang dimiliki perusahaan dan ketika bentuk usaha industri mengalami kemajuan, maka tanggung jawab tenaga kerja semakin beralih ke tangan masyaraat, sementara pemilikan tetap secara perorangan. Hal ini juga di dukung oleh kaum sosialis pada umumnya setuju dengan kaum kapitalis, bahwa pemilikan secara perorangan harus dipertahankan dan diperkuat pada harta milik kecil yang tetap bertahan sebagai satuan tekhnologi yang bersifat efisien.

Sosialisme Inggris dipelopori oleh seorang kapitalis kaya yang bernama Robert Owen. Ia adalah seorang pemikir yang ulet dan memiliki pertimbangan praktis dan mampu mengatasi segala permasalahan dalam kehidupannya. Ia tidak melihat kapitalisme inggris sebagai penjara yang tidak berperikemanusiaan,tetapi melukiskan konstitusi negara itu sebagai perencanaan yang terbaik dan paling jelas yang pernah dirumuskan.

Hubungan Sosialisme dan Demokrasi

Sosialisme sangat erat kaitannya dengan demokrasi, karena sosialisme ini dapat berkembang di negara-negara yang memiliki tradisi demokrasi yang kuat. Semua tujuan sosialisme demokratis ini mengandung inti yang sama yakni, mewujudkan secara nyata demokrasi dengan cara mempperluas penerapan prinsip-prinsip demokrasi dari hal-hal yang bersifat politis sampai pada yang bersifat non-politis dalam masyarakat.

Bukti dari negara-negara demokratis yang memiliki gerakan sosialis yang kuat menunjukkan bahwa pemberian kebebasan yang penuh kepada para warga negara unttuk mengungkapkan semua gagasannya dan membentuk partai, nampaknya menjadi penangkal yang terbaik melawan fasisme dan komunisme, dan penindasan merupakan ladang yang subur bagi tumbuhnya gerakan-gerakan yang revolusioner.

Sosialisme melawan Komunisme

Karena kaum komunis mempunyai tujuan revolusi, maka kaum sosialis menganggap mereka sebagai sumber kekacauan yang harus disingkirkan dari kelas buruh yang terorganisir. Maka hdari itu tidak heran jika kalau kaum komunis berusaha keras untuk mengendalikan organisasi buruh. Ketidak sepahaman antara sosialis dengan komunis dipertegas dengan penolakan kaum sosialis terhadap pemikiran Marxis yang juga berlaku untuk terminologi proletariat. Kemudian dalam prinsip pemilikan negara, sosialis dengan komunis juga mengalami perbedaan. Kaum komunis berusaha untuk mengalihkan semua alat produksi, distribusi dan pertukaran menjadi milik negara, karena mereka lebih menghendaki milik umum dari pada usaha perorangan. Sebaliknya, kaum sosialis mempertimbangkan apakah industri atau jasa tertentu perlu dialihkan menjadi milik negara dan diawasi negara .

Bagi kaum komunis, semua sistem kapitalis baik yang sifatnya demokratis, otoriter, maupun fasis adalah kediktatoran borjuis. Sedangkan kaum sosialis membuat pemisahan yang mendasar antara dua sistem kapitalis, yaitu kediktatoran politik dan demokrasi liberal. Oleh karena itu, kaum sosialis membayangkan peralihan dari perekonomian yang dominan kapitalis menjadi perekonomian yang dominan sosialis bukan sebagai hasil perjuangan kudeta revolusioner dalam sekejap yang memustahilkan peralihan kepada usaha perorangan, tapi merupakan hasil langkah-langkah secara bertahap dan tidak satu pun dari langkah-langkah itu yang secara otomatis mengganti sifat ekonomi secara keseluruhan.

Teori dan Praktek Sosialis

Praktek sosialis yang berhasil dilakukan ialah sosialis Inggris yang memiliki beberapa unsur pemikiran dan kebijakan sosialis yang kompleks. Unsur-unsur dan kebijakan sosialis tersebut meliputi: Agama, idealisme etis dan estetis, Empirisme Fabian, dan Liberalisme.

Masa depan Sosialisme

Seiring dengan perkembangan jaman, pengertian sosialisme di negara-negara berkembang mmengalami perbedaan dengan pengertian sosialis yang ada di negara maju. Di Dunia barat, sosialisme tidak diartikan sebagai cara mengindustrialisasikan negara yang belum maju, tapi cara mendistribusikan kekayaan negara secara merata. Sebaliknya, sosialisme di negara-negara berkembang tidak banyak dikonfrontasikan dengan tugas mendistribusikan hasil-hasil perekonomian industri yang masih sulit berjalan.

Dalam perkembangannya, sosialisme tidak dapat berkembang di AS. Karena Amerika Serikat tidak terlalu mendukung adanya pemerataan sosial / kemakmuran materiil yang sudah terpenuhi namun lebih memperhatikan pembaharuan diluar bidang pertentangan sosialis-kapitalis.

KOMUNISME

Teori Marxis

Penafsiran Sejarah dari Segi Ekonomi
Ada berbagai macam cara yang dilakukan orang-orang sebelum Marx dalam menafsirkan sejarah. Biasanya melalui berbagai pendekatan seperti pendekan agama, pendekatan politik, pendekatan yang mennekankan pada peranan pahlawan serta pendekatan dari sudut militer.
Vox  https://woof.tube/stream/AT4PCoiWPNa
Jika dilihat dari pendekatan agama, sejarah ditafsirkan sebagai sebuah bentuk penyelenggaraan kehendak yang Maha Kuasa dan menganggap perkembangan manusia merupakan salah satu bagian dari rencana Allah untuk alam semesta. Lain halnya dengan pandangan politik yang mengaanggap bahwa Kaisar/ Raja sebagai pembuat undang-undang, sedangkan para serdadunya berfungsi sebagai power yang menentukan sejarah. Pendekatan selanjutnya ialah pendekatan yang menekankan peranan pahlawan, dimana pendekatan ini erat kaitannya dengan pendekatan politik. Namun pendekatan ini terlalu menitikberatkan pada peranan individu dengan mengabaikan kondisi sosial, budaya, religius, dan lingkungan ekonomi yg lebih luas yang membentuk suatu latarbelakang. Kemudian penafsiran sejarah melalui pendekatasn dari sudut militer yang lebih memusatkan pada peperangan. Lalu pendekatan yang yang terakhir ialah pendekatan yang menekankan pada dampak dari ide-ide yang dianggap sebagai penyebab utama timbulnya proses sejarah yang sering diartikan bahwa sejarah berevolusi menuju terwujudnya ide pokok yang dijadikan dasar untuk melangkah kedepan seperti Demokrasi dan kebebasan.

Berdeda dengan penafsiran sejarah yang dilakukan oleh orang-orang sebelum Marx, analisis mark tentang masyarakat dinyatakan dalam penafsiran ekonominya atas sejarah.ia juga melukiskan hubungan antara kondisi material darikehidupan masyarakat dengan idenya,yakni “bukan kesadaran manusia yang menentukan keberadaannya, tetapi sebaliknya keberadaan sosial manusia itulah yang menentukan kesadaraannya”. Penafsiran Marx juga memiliki keraguan dalam teorinya terutama dalam generalisasi dan penyederhanaan yang dianggap terlalu berlebihan. Karena dalam teorinya tersebut hanya menggunakan satu faktor dalam menjelaskan suatu masalah.

Penafsiran kaum sejarah kaum Marx memegang pendirian bahwa imperialisme terutama disebabkan oleh kepentingan-kepepntingan dan perasaingan-persaingan ekonomi, dan itu merupakan aspek inti dari kapitalisme. Sebaliknya, Uni Soviet dan Cina (dalam skala kecil) menunjukkan bahwa imperialisme bisa terjadi tanpa kapitalisme.

Dinamika Perubahan Sosial

Sebelum Marx, suatu perubahan sosial yang penting dianggap sebagai gagasamn dari para pemimpin politik yang besar, para pembuat uundang-undang dan para pelopor pembaharuan. Namun Marx menolak atas penekanan tradisional pada kekuatan pribadi sebagai pelaku utama dalam perubahan sosial yang penting dan menemukanpenjelasannya pada alasan-alasan ekonomi yang impersonal dengan menggunakan dua konsep yang menjadi kunci dalam mengadakan pendekatan terhadap masalah perubahan yang penting. Dua konsep tersebut antara lain :

1. Kekuatan produksi, maksudnya ialah tekhnologi dan ilmu pengetahuan.

2. Hubungan Produksi yakni mengungkap hubungan manusia dengan manusia lain yang mencakup semua masalah yang ada pada saat ini yang biasa disebut dengan Lembaga sosial.

Menurut Marx, hanya pemilikan alat-alat produksi yang umum yang dapat menciptakan sistem hubungan produksi yang baru yang didasarkan pada produksi untuk kepentingan umum, bukan untuk kepenntingan pribadi.Untuk merubah sistem yang berlaku dimasyarakat, maka revolusi merupakan satu-satunya jalan keluar yang harus dilakukan untuk merubaha semua kebijakan terutama mengenai pemilikan faktor produksi.

Seperti yang tertulis dalam karyanya, Marx menegaskan bahwa “ sejarah seluruh masyarakat hingga saat ini merupakan sejarah perjuangan kelas ”. Maka dari itu, Marx ingin menciptakan masyarakat komunis, dimana pemilikan faktor produksi harus di kuasai oleh negara demi kepentingan umum.

Marx Dewasa ini

Memang dulu Marx merupakan seorang cendekiawan yang besar terutama pada anad ke- 19 bukan pada abad sekarang. Pada abad ke 19 Marx dalam teori-teori dan ramalan-ramalan ekonominya menganggap bahwa industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi merupakan jalan utama menuju pembebasan manusia dari penderitaan dan kebodohan, dengan cara jika alat-alat produksi dimiliki dan ditanganioleh negara.

Namun seiring dengan perkembangan zaman, teori-teori Marx maupun ramalan-ramalannya telah mendapati berbagai masalah seperti masalah lingkungan, maslah sumber daya yang belum dirasakan pentingnya pada zaman Marx. Selain itu, Marx juga hidup pada zaman di mana perusahaan industri sudah ada namun masih dalam skala kecil. Marx berfikir bahwa industrialisasi dapat sepeenuhnya menguntungkan jika pemilihan alat-alat produksi secara perorangan diganti menjadi pemilikan oleh negara melalui revolusi komunis. Ia tidak berfikir bahwa kepemilikan alat-alat produksi oleh negara justru dapat menindas rakyat dibandingkan dengan sistem pemilikan alat-alat produksi secara perorangan.

Sumbangan Lenin bagi Teori Komunisme

Diantara pengikut Marx di Rusia, Lenin lah yang paling cerdas dan berhasil. Sumbangan Lenin yang paling penting untuk teori komunisme dapat kita lihat dlam pamfletnya yang berjudul “ What Is to Be Done (1902)” yang berisi tentang konsep mengenai kaum revolusioner yang profesional.

Sebenarnya banyak ketidaksetujuan Lenin terhadap pendapat maupun pandangan Marx tentang komunisme. Seperti ketidakpercayaan Lenin terhadap masyarakat. Menurutnya kegiatan komunis harus dilakukan melalui dua jalur. Pertama, para buruh harus membentuk organisasi buruh, kalau bisa partai komunis yang beroperasi secara terbuka, sesuai hukum dan melibatkan publik sejauh kondisi menguntungkannya.Kedua, kaum revolusioner profesional harus mengadakan penyusupan / infiltrasi dan membentuk sel-sel di dalam lembaga-lembaga sosial, politik, pendidikan, dan ekonomi di tengah-tengah masyarakat.

Dari Marx Hingga Lenin

Karena komunisme yang dibawa Lenin dinilai lebih bisa diterapkan di negara-negara eropa serta kemampuannya dalam merubah hakekat Marxisme yang melahirkan pemikiran dan sikap yaitu Marxisme dan Leninisme yang di bentuknya dengan mengkombinasikan beberapa pemikiran Marx yang orisinal dengan berbagai reformulasi yang telah disusun oleh lenin.
Read more »
Older Posts Home
Subscribe to: Posts (Atom)

en-PO

Loading...

Kategori

akuntansi ekonomi kewirausahaan manajemen pajak pkn politik sejarah seni budaya sosiologi

Popular Posts

  • Soal dan Pembahasan Pengaruh Subsidi terhadap Keseimbangan Pasar
    Subsidi merupakan kebalikan atau lawan dari pajak, dan sering disebut pajak negatif. Pengaruh terhadap pajakjuga berkebalikan dengan keseim...
  • Soal dan Pembahasan Mengenai Elastisitas Permintaan dan Penawaran
    Definisi elastisitas permintaan dan elastisitas penawaran. Elastisitas harga permintaan merupakan ukuran kuantitatif yang menunjukkan ...
  • Soal dan Pembahasan Mengenai Keseimbangan harga
    Keseimbangan Harga Keseimbangan harga di pasar tercapai apabila Qd = Qs atau Pd = Ps, Jadi keseimbangan harga merupakan kesepakatan-k...
  • Soal Biologi Ujian Semester Ganjil Kelas XII
    LATIHAN SOAL BIOLOGI UJIAN SEMESTER GANJIL KLS XII-IPA 1.        Perhatikan gambar kecambah berikut ini!                    ...
  • Bank Soal Biologi untuk Kelas XII
    1. Perhatikan gambar kecambah berikut ini! dari gambar tersebut yang berlabel 1,2,3 secara berurutan adalah.... A.epikotil-hipokotil-ko...
  • Kumpulan Soal dan Kunci Jawaban Biologi Kelas XII Semester Genap
    Soal UAS Biologi Kelas XII dan Pembahasannya Soal UAS Biologi Kelas XII dan Pembahasannya . Pilihan ganda Soal dan Jawaban UAS Biol...
  • Soal Tentang Cuaca Dan Iklim Lengkap dengan Jawaban
    Latihan Soal Pilihan Ganda Materi Cuaca dan Iklim Beserta Jawaban Kumpulan uap air di langit dinamakan .... a. Pelangi b. Udara c....
Loading...

Arsip Blog

Ehcrodeh. Powered by Blogger.
Copyright © Humanesian. Template by : Petunjuk Onlene