Asal-Usul Mentalitas Fasis- Fasisme merupakan sebuah ideologi yang berakar di Eropa. Pondasi fasisme dibangun oleh sejumlah pemikir Eropa pada abad ke-19, dan dipraktikkan pada abad ke-20 oleh negara-negara seperti Italia dan Jerman. Negara-negara lain, yang dipengaruhi ataupun menerapkan fasisme, “mengimpor” ideologi ini dari Eropa. Karena itu, untuk menelaah sumber-sumber fasisme, kita harus berpaling kepada sejarah Eropa.
Sejarah Eropa telah mengalami beberapa tahap dan periode. Namun, dalam pengertian terluas, kita dapat membaginya menjadi tiga periode utama:
1) Periode pra-Kristen (periode pagan)
2) Periode ketika agama Kristen meraih dominasi budaya di Eropa.
3) Periode pasca-Kristen (periode materialis)
Dari ketiga periode ini, tampaklah bahwa fasisme terjadi pada periode pertama dan ketiga. Dengan kata lain, fasisme adalah produk paganisme, dan kemudian dikuatkan kembali oleh kebangkitan materialisme. Ideologi atau praktik fasis tidak pernah muncul selama seribu tahun lebih, saat agama Kristen mendominasi Eropa. Hal ini karena Kristen merupakan agama kedamaian dan persamaan hak. Agama Kristen, yang menyuruh manusia untuk mencintai, berkasih sayang, berkorban, dan berendah hati sepenuhnya bertolak belakang dari fasisme.
Tingginya martabat para dewa perang dalam kepercayaan pagan karena masyarakat ini memandang kekerasan sebagai suatu yang sakral. Orang-orang pagan pada dasarnya biadab dan terus-menerus hidup dalam keadaan perang. Membunuh dan menumpahkan darah atas nama bangsa mereka dianggap sebagai sebuah kewajiban suci. Hampir segala macam kekejaman dan kekerasan dibenarkan dalam paganisme. Tidak ada dasar etika untuk melarang kekerasan atau kekejaman. Bahkan Roma, yang dianggap sebagai negara ‘paling beradab’ di dunia pagan, merupakan tempat di mana manusia dipaksa bertarung hingga mati atau dicabik-cabik oleh binatang buas. Kaisar Nero naik ke tahta dengan membunuh tak terbilang orang, termasuk ibu, istri, dan saudara tirinya sendiri. Ia melemparkan para penganut Kristen ke arena untuk dilahap binatang-binatang buas, dan menyiksa ribuan orang semata-mata karena kepercayaan mereka. Salah satu contoh kebengisannya adalah bagaimana ia memerintahkan pembakaran kota Roma, sembari bermain lira dan melihat pemandangan mengerikan itu dari jendela istananya.
Contoh terbaik tentang “sistem fasis” di dunia pagan, dalam pengertian modern, adalah negara-kota Sparta di Yunani.
Sparta: Sebuah Model bagi Kaum Fasis
Sparta adalah sebuah negara militer, yang membaktikan diri pada perang dan kekerasan, dan diperkirakan dibangun oleh Likurgus pada abad 8 SM. Bangsa Sparta menerapkan sistem pendidikan yang sangat teratur. Di bawah sistem Sparta, negara jauh lebih penting dibanding perorangan. Kehidupan rakyat diukur berdasarkan manfaat mereka bagi negara. Anak-anak lelaki yang kuat dan sehat dipersembahkan pada negara, sedangkan bayi-bayi yang sakit dibuang ke pegunungan agar mati.
(Praktik bangsa Sparta ini dijadikan contoh oleh Nazi Jerman, dan dinyatakan bahwa, oleh pengaruh kuat Darwinisme, orang-orang yang sakit-sakitan harus disingkirkan untuk mempertahankan sebuah “ras yang sehat dan unggul”.) Di Sparta, para orang tua bertanggung jawab membesarkan anak-anak lelaki mereka hingga usia tujuh tahun. Setelah itu, sampai usia 12 tahun, anak-anak ditempatkan dalam kelompok-kelompok beranggota 15 orang, dan yang paling menonjol dipilih menjadi pemimpin. Anak-anak mengisi waktu dengan memperkuat tubuh mereka dan mempersiapkan diri untuk berperang dengan berolah raga.
Ketika membela model masyarakat Sparta, Plato juga mengajukan aspek lain dari fasisme, yakni penggunaan represi oleh negara untuk mengatur masyarakat. Menurut Plato, tekanan ini harus serentak menyeluruh seluas mungkin sehingga rakyat tak mampu memikirkan apa pun selain perintah-perintah negara, dan bertingkah laku dalam kesetiaan yang sempurna terhadap kebijakan negara, dengan mengabaikan kecerdasan dan kehendak bebas mereka. Kata-kata Plato berikut ini, yang dikutip Popper sebagai pernyataan lengkap tentang mentalitas fasis, menggambarkan struktur tata tertib fasis:
Prinsip tertinggi di atas segalanya adalah bahwa tak boleh ada seorang pun, baik pria maupun wanita, yang tanpa pemimpin. Pikiran siapa pun tidak boleh dibiasakan berinisiatif melakukan apa pun; tidak boleh kehilangan semangat, bahkan sekadar bermain-main pun tidak boleh. Baik di masa perang maupun damai—ia harus setia mematuhi pemimpinnya. Dalam urusan terkecil pun, ia harus berada di bawah pimpinan. Misalnya, ia hendaklah bangun, bergerak, mandi, atau makan… hanya apabila diperintahkan. Pendeknya, ia harus melatih jiwanya, melalui pembiasaan yang lama, agar tidak pernah mengimpikan bertindak bebas, dan tak memiliki kemampuan untuk itu sama sekali.
Sebagaimana yang diungkapkan Allah dalam Al Quran, Fir’aun dengan kejam mengultimatum rakyatnya: "...Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar." (QS. Al Mu’min, 40: 29) Ia juga mengancam para tukang sihir yang menolak keyakinan pagannya dan menuju kepada agama sejati dengan mengikuti Musa, "...Apakah kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu?... sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang secara bertimbal balik , kemudian sungguh-sungguh aku akan menyalib kamu semuanya." (QS. Al A’raaf, 7: 123-124)
1) Darwinisme memberikan justifikasi bagi rasisme: Sebagai subjudul dari The Origin of the Species, Darwin menulis: “The Preservation of Favoured Races in The Struggle for Life (Keberlanjutan Ras-Ras Pilihan dalam Perjuangan untuk Hidup).” Dengan kata-kata ini, Darwin mengklaim bahwa ras tertentu di alam lebih “pilihan” daripada yang lainnya, dengan kata lain, bahwa mereka lebih unggul. Ia mengungkapkan dimensi gagasan-gagasannya mengenai ras manusia dalam The Descent of Man, di mana ia menulis bahwa orang kulit putih lebih unggul daripada ras-ras lain seperti Afrika, Asia, dan Turki, serta diperbolehkan memperbudak mereka.
2) Darwinisme memberikan justifikasi bagi pertumpahan darah: Sebagaimana telah disebutkan, Darwin mengemukakan bahwa “perjuangan untuk bertahan hidup” yang mematikan terjadi di alam. Ia menyatakan bahwa prinsip ini berlaku baik pada masyarakat maupun individu, prinsip ini adalah suatu perjuangan sampai mati, dan sangat wajar bila ras-ras yang berbeda berusaha untuk saling melenyapkan demi kepentingan masing-masing. Singkatnya, Darwin menggambarkan sebuah arena di mana satu-satunya aturan adalah kekerasan dan konflik, dan dengan demikian menggantikan konsep-konsep perdamaian, kerja sama, pengorbanan diri, yang telah menyebar di Eropa dengan kedatangan agama Kristen. Jadi, Darwinisme menghidupkan kembali ide “arena”, sebuah pertunjukan kekerasan yang ditemukan di dunia pagan (Kekaisaran Roma).
3) Darwinisme membawa kembali konsep egenetika ke dalam pemikiran Barat: Konsep mempertahankan keunggulan rasial melalui pemeliharaan keturunan, yang dikenal sebagai egenetika, yang dilakukan bangsa Sparta dan dibela Plato dengan kata-katanya, “Para atlet-prajurit kita haruslah waspada seperti anjing penjaga”, muncul kembali di dunia Barat melalui Darwinisme. Darwin menyediakan seluruh bab dalam The Origin of the Species untuk membahas “perbaikan ras-ras hewan”, dan dalam The Descent of Man ia mempertahankan pendapatnya bahwa manusia adalah suatu spesies hewan. Tak lama kemudian, keponakan Darwin, Francis Galton, mengembangkan klaim pamannya selangkah lebih maju, dan mengemukakan teori egenetika modern. (Nazi Jerman selanjutnya menjadi negara pertama yang menerapkan egenetika sebagai kebijakan resmi).
Pada tanggal 29 Oktober 1922, 50.000 militan fasis di bawah komando enam jendral berbaris memasuki Roma. Karena sang raja sadar apa yang dapat dilakukan oleh kekuatan yang menentangnya ini, dan bahwa tidak ada yang dapat ia lakukan untuk melawan mereka, ia mengajak Mussolini untuk membentuk sebuah pemerintahan. Sebagai hasil perkembangan selanjutnya, kaum fasis Italia akhirnya berkuasa. Tak lama setelah itu, Mussolini melarang semua partai-partai politik lain. Beberapa pemimpin oposisi dibuang ke pengasingan di luar negeri, dan yang lainnya dipenjara.
Fasisme melekatkan sebuah kekuatan yang nyaris keramat kepada sang pemimpin, agar ia dapat mempertahankan daya tariknya dan meningkatkan penerimaannya di hati rakyat. Sang pemimpin adalah penguasa seluruh negeri dan rakyatnya, yang digambarkan sebagai bagian dari dirinya. Seorang pemimpin Sosialis Nasionalis, Herr Spaniol, berpidato di Saarbruecken pada bulan Januari 1935:
Perang dan kekerasan, dua unsur yang lebih fundamental dalam fasisme, adalah konsep-konsep pagan yang coba digambarkan oleh fasisme sebagai nilai-nilai sakral. Tujuan agama-agama ketuhanan adalah untuk menciptakan sebuah masyarakat dan dunia yang bebas dari kekerasan dan perang; sedangkan bagi fasisme, perang adalah kebajikan itu sendiri. Fasisme percaya bahwa rakyat mendapatkan kehormatan dan kekuatan dari berperang dan membunuh. Sudah tentu, keyakinan ini mengobarkan lebih banyak perang dan pertumpahan darah. Fasisme terus-menerus mempersiapkan kekejian dan banjir darah yang baru.
Fakta ini terlihat dari ucapan dan pernyataan-pernyataan para pemimpin fasis abad ke-20. Sebagai contoh, pernyataan Mussolini kepada Maurice de Valeffe, seorang reporter media Prancis Journal, tanggal 12 November 1922, yang secara terbuka meremehkan kaum wanita:
Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa aku akan membatasi hak pilih. Tidak! Setiap warga negara berhak memilih Parlemen Roma… Biar kuakui juga kepadamu bahwa aku tidak berpikir untuk memberi hak suara kepada kaum wanita. Tidak mungkin. Darahku menentang semua bentuk feminisme jika itu mengenai partisipasi wanita dalam urusan negara. Tentu saja wanita tidak boleh menjadi budak, tetapi jika aku memberinya hak suara, aku akan ditertawakan. Di negara kami, wanita tidak boleh diperhitungkan.
Selama krisis ekonomi yang serius di awal tahun 1930, Mussolini memerintahkan bahwa wanita harus meninggalkan pekerjaan mereka. Karena dia menganggap wanita sebagai "pencuri-pencuri yang berusaha merampas roti kaum pria, dan wanita bertanggung jawab atas ketidakproduktifan kaum pria."
Namun, keruntuhan fasisme tidak berarti masalah ini terhapus sepenuhnya dari muka bumi. Setelah Perang Dunia II, fasisme sebenarnya terus berkembang di Dunia Ketiga. Para diktator dan junta yang berkuasa di Amerika Latin dan Afrika, pada dasarnya juga menjalankan sistem fasis.
Kediktatoran fasis yang serupa dengan rezim Pinochet juga berhasil meraih kekuasaan di negara-negara Amerika Latin seperti Argentina, Guatemala, El Salvador, Nikaragua, Honduras dan Paraguay, dan juga membawa kekejaman yang mengerikan. Ribuan penentang junta di Argentina "menghilang". Berdasarkan bukti-bukti yang ada, lebih dari 2.000 tahanan politik dibawa dengan pesawat-pesawat terbang kemudian dilempar ke lautan dari jarak ribuan kaki di udara. Mantan pasukan pengawal presiden, Federico Talavera, yang muncul di televisi Argentina tanggal 27 April 1995, mengakui penyiksaan-penyiksaan yang dilakukan pada masa itu, menyebutkan di antaranya bahwa wanita-wanita hamil dilemparkan ke laut dan anjing-anjing yang dilatih secara khusus untuk menggigit alat kelamin manusia. Menurut pengakuannya, anjing-anjing itu akan memasukkan alat kelamin para tahanan politik ke dalam mulutnya dan menunggu perintah. Bila si tahanan politik menolak untuk bicara, maka anjing itu disuruh untuk menggigitnya.
Kebrutalan di Guatemala juga tak kalah menakutkan. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, rezim fasis yang menggulingkan presiden pertama dan satu-satunya yang terpilih, Jacobo Arbenz pada tahun 1954, mengubah negeri itu menjadi ladang-ladang pembunuhan.
Peristiwa yang membawanya ke tampuk kekuasaan di Irak berawal dengan sebuah kudeta militer. Pada bulan Pebruari 1963, sekelompok perwira dan militan jalanan, yang menyebut diri mereka Partai Baath (Kebangkitan), mendepak Jenderal Kassem yang saat itu memegang pemerintahan. Di antara para militan ini terdapat seorang anggota muda di antara tim beranggota enam orang yang ditugaskan untuk membunuh Jenderal Kassem: Saddam Hussein al-Tikriti, atau Saddam Hussein dari Tikrit. Walaupun ia bukanlah seorang tentara, Saddam biasanya mengenakan seragam tentara, dan setelah kudeta, dia ditunjuk oleh pemerintahan Baath untuk memimpin sebuah kelompok yang bertanggung jawab atas terorisme dan pembunuhan. Hal pertama yang dilakukannya adalah mengembangkan metode-metode penyiksaan baru dan efektif untuk menginterogasi para penentang kudeta. Pemerintahan yang berkuasa setelah kudeta runtuh pada bulan November tahun itu juga. Saat itu terungkaplah fasilitas penyiksaan milik Saddam, yang penuh dengan berbagai sarana penyiksaan yang ia ciptakan sendiri.
Selanjutnya tampillah gagasan antikapitalisme oleh sejumlah tokoh diantaranya adalah Karl Marx (1818 – 1883) yang kemudian menjadi penggagas utama teori sosialisme ilmiah. Landasan teori Marx pun banyak dipengaruhi oleh pendahulunya seorang Jerman, Hegel (1770-1831) yang mengemukakan teori Dialektika.
Dalam mengembangkan teori dialektika Hegel, Marx merumuskan dua paradigma utama dalam membangun teorinya tentang kehidupan dan masyarakat yang dikenal dengan dialektika materialisme dan materialisme historis.
Inti dari konsep Dialektika Materialisme adalah bahwa setiap benda atau keadaan (phenomenon) selain mengandung kebenaran, pada saat yang sama memiliki lawan (opposite). Segi-segi yang berlawanan inilah yang disebut dengan kontradiksi. Berdasarkan hukum dialektik ini maka akan terjadi gerak terus menerus, sehingga timbul suatu negasi yang lebih baru, seiring dengan munculnya negasi baru akan muncul pula antithesa yang akan berbenturan dang memunculkan negasi baru dan begitu seterusnya. Dengan demikian negasi lahir dari proses penghancuran negasi lama yang dihasilkan oleh kontradiksi-kontradiksi antara obyek atau fenomena yang berkontradiksi tersebut akan terus bergerak dari arah yang rendah mutunya ke arah yang lebih tinggi mutunya, dari yang sederhana ke arah yang lebih kompleks sampai tercapai wujud sempurna yang akan memutuskan rantai dialektis.
Dalam merumuskan teori tentang masyarakat, Dialektika Materialisme digunakan Marx untuk menerangkan perkembangan masyarakat mulai dari masyarakat sederhana menuju masyarakat ideal yang dicita-citakan yakni masyarakat sosialis. Inilah yang kemudian dinamakan dengan Materialisme Historis. Dalam Manifesto Partai Komunis, Karl Marx dan Friedrich Engels menyebutkan “Sejarah dari semua masyarakat yang ada hingga sekarang ini adalah sejarah perjuangan kelas. Orang merdeka dan budak, patrisir dan plebejer, tuan bangsawan dan hamba, tukang ahli dan tukang pembantu. Ringkasnya, penindas dan yang tertindas senantiasa ada dalam pertentangan satu dengan yang lain, melakukan perjuangan yang tiada putusnya”.
Marx berpendapat bahwa, perubahan masyarakat dari feodal menuju kapitalis hingga berakhir pada masyarakat komunis, adalah perubahan yang tidak terhindarkan lagi sebagai sebuah Takdir bagi masyarakat atas dasar hukum dialektika masyarakat dimana kaum proletar memiliki peranan penting untuk merebut kekuasaan dari tangan kaum kapital dan mengambil seluruh alat produksi melalui tahap transisi yang dinamakan diktator proletariat sebagai pintu gerbang terbentuknya masyarakat komunis yang tidak mengenal adanya kelas, dimana masyarakat dibebaskan dari keterikatannya dengan milik pribadi. Tidak ada eksploitasi, penindasan, dan paksaan. Namun menjadi ironi karena masyarakat komunis yang demikian itu menurut Marx harus dicapai dengan kekerasan dan paksaan. Marx menyatakan : “Kekerasan adalah bidan untuk setiap masyarakat lama yang hamil tua dengan masyarakat baru”
Selain kekerasan dan pertarungan kelas yang menjadi ciri ideologi sosialis-komunis, teori dialektika materialisme marx juga meniscayakan penentangannya terhadap eksistensi Tuhan dan Agama (Atheis). Bahwa realitas alam semesta, manusia, dan kehidupan berawal dari materi dan bergantung pada dialektika materi tanpa ada campur tangan Sang Pencipta, dan akan terus berkembang tanpa akhir (abadi). Vladimir lenin menyatakan bahwa “agama adalah candu bagi masyarakat, Agama merupakan suatu minuman keras spiritual.”
Ide Dialektika Materialisme dengan jelas mengingkari eksistensi manusia sebagai makhluk mulia yang telah diciptakan oleh sang Khaliq. Pada dasarnya Dialektika Materialisme yang kemudian me-irrasional-kan eksistensi Tuhan adalah kegagalan memahami fakta materi itu sendiri. Ketika orang orang komunis yang atheis itu menyatakan bahwa alam semesta, manusia, dan kehidupan adalah materi yang hanya lahir dari dialektika antara thesa dan antithesa, dengan mencontohkan penciptaan manusia misalnya sebagai hasil dari dialektika antara sperma dan ovum yang menghasilkan zygot sebagai synthesa maka sekalipun proses tersebut dapat terjadi akibat dialektika namun menjadi pertanyaan mengapa hal tersebut tidak bisa terjadi antara sperma kera dan ovum manusia.? mengapa manusia dapat lahir dengan bentuk yang sempurna.? Mengapa benda-benda yang ada di alam semesta memiliki keteraturan yang kompleks.? Mengapa pada derajat tertentu air bisa membeku, mendidih, dan menguap.? Mengapa perlu ada hitungan matetmatis untuk mengukur berat jenis dan massa suatu benda untuk bisa memastikan benda yang berada diatas air bisa mengapung dan tidak tenggelam.? Siapa yang menciptakan aturan matematis dan keteraturan kompleks tersebut.? Ketidakmampuan menjawab oleh orang-orang komunis yang atheis itu hanya sampai pada jawaban irrasional yakni terjadi dengan sendirinya.
Jika Kapitalisme adalah sampah peradaban yang melahirkan penindasan dan penjajahan, maka pada dasarnya Ideologi sosialisme tak ubahnya adalah sebuah Racun Peradaban yang tengah berhasrat mewujudkan peradaban diktator amburadul yang telah terbukti kegagalannya.! Ideologi sosialisme-komunisme dibangun atas dasar landasan materialisme dan antroposentrisme, dimana materi dan eksistensi manusia adalah segala-galanya bagi ideologi ini. Dimana konflik dan pertarungan kelas adalah metode baku untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas yang menurut mereka bahwa kepemilikan individu harus dihapuskan dan dikuasai penuh oleh kepemimpinan partai komunis atas nama rakyat atas nama kaum proletar (kaum tertindas), Dengan jargon manis “keadilan sosial bagi seluruh rakyat”.
Pertanyaannya adalah adil menurut siapa.? Apa standar keadilan.? Mereka mengatakan adil namun keadilan menurut mereka adalah dengan menghapus seluruh kepemilikan Individu dan dikuasai oleh Negara dibawah kepemimpinan Partai Komunis yang atheis itu. Mereka membatasi upah kerja sesuai kebijakan negara dalam bentuk UMR yang sama halnya dengan merebut hak dan daya tawar para pekerja dihadapan negara yang telah menjelma menjadi pemilik modal dan alat produksi bahkan perampas hak individu masyarakat itu sendiri. Alih alih ingin membebaskan manusia dari penindasan kapital namun pada faktanya manusia terkekang pada doktrin partai atas dasar materialisme, eksistensialisme, dan antroposentrisme yang berujung pada kediktatoran gaya baru ala negara komunis yang dibumbui konflik dan keringnya aspek spiritual yang menjadi fitrah manusia.
Perjuangan untuk pembebasan manusia yang harusnya untuk sebuah kebangkitan berasaskan hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk mulia yang diciptakan sebagai khalifah fil ardh tergantikan menjadi perjuangan buas ala sosialis komunis semata – mata hanya untuk kebutuhan perut dan naluri mempertahankan diri.
Maka mengutip pendapat seorang ulama’ Revolusioner, Syaikh Taqiyuddin An-Nabhaniy dalam kitab Nidhomul Islam bab qiyadah fikriyah, beliau menyatakan : “Akan tetapi ketika muncul ide (dialektika) materialisme, yang mengingkari adanya Allah SWT dan ruh, ternyata ide ini tidak mampu memusnahkan kecenderungan beragama. Ideologi ini hanya bisa mengalihkan pandangan manusia kepada suatu kekuatan yang lebih besar dibanding dirinya dan mengalihkan perasaan taqdis (memper-Tuhan-kan) kepada kekuatan besar tersebut. Menurut mereka, kekuatan itu berada didalam ideologi dan diri pengikutnya. Mereka membatasi taqdis (naluri memper-Tuhan-kan) hanya kepada kedua unsur tersebut. Ini berarti mereka telah mengembalikan manusia ke masa silam, mengalihkan penyembahan kepada Allah SWT ke penyembahan makhluk-makhluk-Nya, dari pengagungan terhadap ayat – ayat Allah kepada pengkultusan terhadap doktrin – doktrin yang diucapkan makhluk – makhluk-Nya. Semua ini menyebabkan kemunduran manusia ke masa silam. Mereka tidak mampu memusnahkan fitrah beragama, melainkan hanya mengalihkan fitrah manusia secara keliru kepada kesesatan dengan mengembalikannya ke masa silam. Berdasarkan hal ini, qiyadah fikriyah-nya telah gagal ditinjau dari fitrah manusia. Malah dengan berbagai tipu muslihat, mereka mengajak orang-orang untuk menerimanya; dengan mendramatisir kebutuhan perut mereka menarik orang-orang yang lapar, pengecut, dan sengsara. Ideologi ini dianut oleh orang – orang yang bermoral bejat, orang – orang yang gagal dan benci terhadap kehidupan, termasuk orang – orang sinting yang tidak waras cara berpikirnya agar mereka dapat digolongkan ke jajaran kaum intelektual tatkala mereka mendiskusikan dengan angkuh tentang teori dialektika. Padahal kenyataannya, Dialektika Materialisme paling terlihat kerusakan dan kebathilannya, dan dengan sangat mudah dapat dibuktikan oleh perasaan dan akal. Supaya manusia tunduk pada ideologi ini, maka mereka dipaksa melalui kekuatan fisik. Berbagai tekanan, intimidasi, revolusi, menggoyang, merobohkan, dan mengacaukan merupakan sarana – sarana penting untuk mengembangkan ideologi tersebut.”
paham Marxisme-Leninisme kepada Dunia Islam adalah pengembangan ekstrem dari filsafat Karl Marx sebagai jalan tengah antara kapitalisme dan komunisme atau menurutPemikiran Karl Marx -Franz Magnis Suseno perkembangan dalam pemikiran Marx: dari paham Marx muda Sejarah komunisme di Indonesia seolah ditakdirkan untuk Komunisme adalah sebuah ideologi. Penganut faham ini berasal dari Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifes politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai Pandangan Karl Marx dan Engels tumbuh dan berkembang Menurut para ahli sejarah, Stalin merasakan Dan dasar berpijak filsafat ini, dalam pengertian Pengertian dan Pentingnya Ideologi bagi paham liberalism-individualisme, komunisme yang Karl Marx: Friedrich Engels: Pyotr Kropotkin: Vladimir Lenin anggota partai komunis karenanya dalam paham komunisme tidak Ideologi partai · Daftar partai politik menurut Sejarah Berdiri dan Tokoh-tokohnya Karl Marx adalah Pemikiran dan Doktrin-doktrinnya Paham komunisme mengingkari Segala perubahan yg terjadi di dunia ini menurut Sosialisme Dan Komunisme Marx. Sosialisme Dan Komunisme Marx Oleh JJ Amstrong Sosialisme ilmiah menurut Marx : Karl Marx pelopor utama gagasan “sosialisme ilmiah.
Menurut Marx, pengertian Hegel atas aspek ini merupakan ini, tak perlu diragukan lagi Karl Marx punya arti penting yang luar biasa hebatnya. Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx. diganti dengan paham komunisme Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar Karl Marx Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx
Secara teoritis, paham komunisme diilhami dua filosof Jerman. Karl Marx (1818-1883) ide komunisme Marx dan Friedrick Engels (1820-1895). Ide komunisme Marx dan Engels diwujudkan didalam bentuk negara komunis pertama kali oleh Vladimir Ilyich Ulyanov Lenin.
Masa penjajahan Belanda Muso berkata, Satu-satunya jalan bagi Indonesia untuk menang melawan Belanda adalah “jika Indonesia bersekutu dengan Uni Sovyet”, negara komunis ini menurut Muso telah jelas “anti imperialisme dan kolonialisme”.
Disinilah komunis mulai popular, Sejarah Berdirinya dan Tokoh-tokohnya Karl Marx adalah Segala perubahan yg terjadi di dunia ini menurut pengertian paham komunisme Definisi pemerintahan komunis Polandia tujuan PENGENALAN KEPADA KARL MARX adalah seorang filsuf dan dia juga adalah seorang aktor besar pendiri paham komunisme. “Agama sebagai candu masyarakat”, itulah kata-kata yang pernah diungkapkan Karl Marx yang banyak menimbulkan kontroversi. Hakikat kenyataan tertinggi menurut paham komunisme adalah materi. Fenomena-fenomena dasar yaitu dengan suatu keiatan-kegiatan yang paling material yaitu fenomena-fenomena ekonomis. Agama menurut komunisme adalah realisasi fanatis makhluk manusia, sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, maka Untuk mensejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan.
Generasi Muda Dewasa Ini dan Perkembangan Paham Komunisme sebenarnya Marxisme tidak identik dengan komunisme. Karl Marx sesuatu yang teratur dan oleh karena itu menurut paham komunis karl marx. Paham komunisme adalah paham yang merupakan sebagai bentuk reaksi atas perkembangan masyarakat kapitalis yang merupakan produk masyarakat liberal. Berkembangnya paham individualisme liberalisme di barat
Dalam sebuah tulisannya yang terkenal Communist Manifesto (1848), Marx sebenarnya tidak secara langsung menyerang pada paham kapitalisme melainkan pada masyarakat tradisional, kepercayaan salah yang berasal dari abad pertengahan, feodalisme dan Marx menyebut diri komunis tetapi kemudian lebih suka sosialis (Theimer :12). Pandangan yang sangat menonjol dalam sosiologi menurut Karl Marx adalah perbedaan kelas sosial.
Sejarah Eropa telah mengalami beberapa tahap dan periode. Namun, dalam pengertian terluas, kita dapat membaginya menjadi tiga periode utama:
1) Periode pra-Kristen (periode pagan)
2) Periode ketika agama Kristen meraih dominasi budaya di Eropa.
3) Periode pasca-Kristen (periode materialis)
Dari ketiga periode ini, tampaklah bahwa fasisme terjadi pada periode pertama dan ketiga. Dengan kata lain, fasisme adalah produk paganisme, dan kemudian dikuatkan kembali oleh kebangkitan materialisme. Ideologi atau praktik fasis tidak pernah muncul selama seribu tahun lebih, saat agama Kristen mendominasi Eropa. Hal ini karena Kristen merupakan agama kedamaian dan persamaan hak. Agama Kristen, yang menyuruh manusia untuk mencintai, berkasih sayang, berkorban, dan berendah hati sepenuhnya bertolak belakang dari fasisme.
KAUM FASIS DALAM DUNIA PAGAN
Pada dasarnya, sebagai budaya pagan, agama dalam periode pra-Kristen adalah politeistik. Orang-orang Eropa meyakini bahwa tuhan-tuhan palsu yang mereka sembah melambangkan berbagai kekuatan atau aspek kehidupan, dan yang terpenting adalah para dewa perang, sangat mirip dengan yang muncul di dalam hampir setiap masyarakat pagan.Tingginya martabat para dewa perang dalam kepercayaan pagan karena masyarakat ini memandang kekerasan sebagai suatu yang sakral. Orang-orang pagan pada dasarnya biadab dan terus-menerus hidup dalam keadaan perang. Membunuh dan menumpahkan darah atas nama bangsa mereka dianggap sebagai sebuah kewajiban suci. Hampir segala macam kekejaman dan kekerasan dibenarkan dalam paganisme. Tidak ada dasar etika untuk melarang kekerasan atau kekejaman. Bahkan Roma, yang dianggap sebagai negara ‘paling beradab’ di dunia pagan, merupakan tempat di mana manusia dipaksa bertarung hingga mati atau dicabik-cabik oleh binatang buas. Kaisar Nero naik ke tahta dengan membunuh tak terbilang orang, termasuk ibu, istri, dan saudara tirinya sendiri. Ia melemparkan para penganut Kristen ke arena untuk dilahap binatang-binatang buas, dan menyiksa ribuan orang semata-mata karena kepercayaan mereka. Salah satu contoh kebengisannya adalah bagaimana ia memerintahkan pembakaran kota Roma, sembari bermain lira dan melihat pemandangan mengerikan itu dari jendela istananya.
Contoh terbaik tentang “sistem fasis” di dunia pagan, dalam pengertian modern, adalah negara-kota Sparta di Yunani.
Sparta: Sebuah Model bagi Kaum Fasis
Sparta adalah sebuah negara militer, yang membaktikan diri pada perang dan kekerasan, dan diperkirakan dibangun oleh Likurgus pada abad 8 SM. Bangsa Sparta menerapkan sistem pendidikan yang sangat teratur. Di bawah sistem Sparta, negara jauh lebih penting dibanding perorangan. Kehidupan rakyat diukur berdasarkan manfaat mereka bagi negara. Anak-anak lelaki yang kuat dan sehat dipersembahkan pada negara, sedangkan bayi-bayi yang sakit dibuang ke pegunungan agar mati.
(Praktik bangsa Sparta ini dijadikan contoh oleh Nazi Jerman, dan dinyatakan bahwa, oleh pengaruh kuat Darwinisme, orang-orang yang sakit-sakitan harus disingkirkan untuk mempertahankan sebuah “ras yang sehat dan unggul”.) Di Sparta, para orang tua bertanggung jawab membesarkan anak-anak lelaki mereka hingga usia tujuh tahun. Setelah itu, sampai usia 12 tahun, anak-anak ditempatkan dalam kelompok-kelompok beranggota 15 orang, dan yang paling menonjol dipilih menjadi pemimpin. Anak-anak mengisi waktu dengan memperkuat tubuh mereka dan mempersiapkan diri untuk berperang dengan berolah raga.
Ketika membela model masyarakat Sparta, Plato juga mengajukan aspek lain dari fasisme, yakni penggunaan represi oleh negara untuk mengatur masyarakat. Menurut Plato, tekanan ini harus serentak menyeluruh seluas mungkin sehingga rakyat tak mampu memikirkan apa pun selain perintah-perintah negara, dan bertingkah laku dalam kesetiaan yang sempurna terhadap kebijakan negara, dengan mengabaikan kecerdasan dan kehendak bebas mereka. Kata-kata Plato berikut ini, yang dikutip Popper sebagai pernyataan lengkap tentang mentalitas fasis, menggambarkan struktur tata tertib fasis:
Prinsip tertinggi di atas segalanya adalah bahwa tak boleh ada seorang pun, baik pria maupun wanita, yang tanpa pemimpin. Pikiran siapa pun tidak boleh dibiasakan berinisiatif melakukan apa pun; tidak boleh kehilangan semangat, bahkan sekadar bermain-main pun tidak boleh. Baik di masa perang maupun damai—ia harus setia mematuhi pemimpinnya. Dalam urusan terkecil pun, ia harus berada di bawah pimpinan. Misalnya, ia hendaklah bangun, bergerak, mandi, atau makan… hanya apabila diperintahkan. Pendeknya, ia harus melatih jiwanya, melalui pembiasaan yang lama, agar tidak pernah mengimpikan bertindak bebas, dan tak memiliki kemampuan untuk itu sama sekali.
Sebagaimana yang diungkapkan Allah dalam Al Quran, Fir’aun dengan kejam mengultimatum rakyatnya: "...Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar." (QS. Al Mu’min, 40: 29) Ia juga mengancam para tukang sihir yang menolak keyakinan pagannya dan menuju kepada agama sejati dengan mengikuti Musa, "...Apakah kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu?... sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang secara bertimbal balik , kemudian sungguh-sungguh aku akan menyalib kamu semuanya." (QS. Al A’raaf, 7: 123-124)
Darwinisme Menyediakan Dasar-Dasar bagi Fasisme
Mitos evolusi, sebuah warisan dari paganisme Sumeria dan Yunani, memasuki kancah pemikiran Barat melalui karya Charles Darwin The Origin of The Species, yang diterbitkan tahun 1859. Dalam buku ini, sebagaimana dalam buku The Descent of Man, ia membahas konsep-konsep pagan tertentu yang telah menghilang di Eropa di bawah dominasi Kristen, dan membuat “pembenaran” bagi konsep-konsep tersebut dengan kedok ilmu pengetahuan. Kita dapat menguraikan konsep-konsep pagan yang ia coba benarkan, hingga menjadi dasar-dasar bagi perkembangan fasisme, sebagai berikut:1) Darwinisme memberikan justifikasi bagi rasisme: Sebagai subjudul dari The Origin of the Species, Darwin menulis: “The Preservation of Favoured Races in The Struggle for Life (Keberlanjutan Ras-Ras Pilihan dalam Perjuangan untuk Hidup).” Dengan kata-kata ini, Darwin mengklaim bahwa ras tertentu di alam lebih “pilihan” daripada yang lainnya, dengan kata lain, bahwa mereka lebih unggul. Ia mengungkapkan dimensi gagasan-gagasannya mengenai ras manusia dalam The Descent of Man, di mana ia menulis bahwa orang kulit putih lebih unggul daripada ras-ras lain seperti Afrika, Asia, dan Turki, serta diperbolehkan memperbudak mereka.
2) Darwinisme memberikan justifikasi bagi pertumpahan darah: Sebagaimana telah disebutkan, Darwin mengemukakan bahwa “perjuangan untuk bertahan hidup” yang mematikan terjadi di alam. Ia menyatakan bahwa prinsip ini berlaku baik pada masyarakat maupun individu, prinsip ini adalah suatu perjuangan sampai mati, dan sangat wajar bila ras-ras yang berbeda berusaha untuk saling melenyapkan demi kepentingan masing-masing. Singkatnya, Darwin menggambarkan sebuah arena di mana satu-satunya aturan adalah kekerasan dan konflik, dan dengan demikian menggantikan konsep-konsep perdamaian, kerja sama, pengorbanan diri, yang telah menyebar di Eropa dengan kedatangan agama Kristen. Jadi, Darwinisme menghidupkan kembali ide “arena”, sebuah pertunjukan kekerasan yang ditemukan di dunia pagan (Kekaisaran Roma).
3) Darwinisme membawa kembali konsep egenetika ke dalam pemikiran Barat: Konsep mempertahankan keunggulan rasial melalui pemeliharaan keturunan, yang dikenal sebagai egenetika, yang dilakukan bangsa Sparta dan dibela Plato dengan kata-katanya, “Para atlet-prajurit kita haruslah waspada seperti anjing penjaga”, muncul kembali di dunia Barat melalui Darwinisme. Darwin menyediakan seluruh bab dalam The Origin of the Species untuk membahas “perbaikan ras-ras hewan”, dan dalam The Descent of Man ia mempertahankan pendapatnya bahwa manusia adalah suatu spesies hewan. Tak lama kemudian, keponakan Darwin, Francis Galton, mengembangkan klaim pamannya selangkah lebih maju, dan mengemukakan teori egenetika modern. (Nazi Jerman selanjutnya menjadi negara pertama yang menerapkan egenetika sebagai kebijakan resmi).
Krisis Sosial: Lahan Subur bagi Fasisme
Terdapat banyak persamaan pada latar belakang sosial dan psikologis di mana negara fasisme terbentuk. Sebagian besar negara-negara tersebut kalah dan rusak parah dalam Perang Dunia I, hingga rakyatnya sangat lemah dan letih, banyak yang kehilangan suami, istri, anak-anak dan orang-orang yang mereka cintai dalam perang. Negara-negara tersebut juga tertimpa kesulitan ekonomi, politik, dan perasaan meluas bahwa bangsa mereka mengalami keruntuhan. Rakyat menderita secara material; partai-partai yang beragam itu tak mampu mengatasi masalah-masalah bangsa, di samping berkelahi di antara mereka sendiri.Metode-Metode yang Digunakan Fasisme untuk Berkuasa
Fasisme mencapai kesuksesan pertama kalinya di Italia. Mussolini mengambil keuntungan dari tekanan-tekanan sosial dan kerinduan di kalangan rakyat Italia akan perubahan. Setelah perang, Mussolini memobilisasi para mantan tentara, pengangguran dan mahasiswa, dengan slogan-slogan yang meneriakkan kembalinya masa-masa kejayaan Romawi kuno. Mussolini mengorganisir para pendukungnya, yang dikenal sebagai "Kemeja Hitam" dalam sebuah format semi-militer, dan memiliki metode-metode yang dibangun dengan kekerasan. Mereka mulai melakukan penyerangan-penyerangan di jalan-jalan terhadap kelompok-kelompok yang mereka anggap sebagai saingan mereka. Dengan berbagai unjuk salam, lagu, seragam, dan pawai resmi yang bergaya Romawi, mereka membangkitkan emosi kaum tak terpelajar dan tak punya hak suara.Pada tanggal 29 Oktober 1922, 50.000 militan fasis di bawah komando enam jendral berbaris memasuki Roma. Karena sang raja sadar apa yang dapat dilakukan oleh kekuatan yang menentangnya ini, dan bahwa tidak ada yang dapat ia lakukan untuk melawan mereka, ia mengajak Mussolini untuk membentuk sebuah pemerintahan. Sebagai hasil perkembangan selanjutnya, kaum fasis Italia akhirnya berkuasa. Tak lama setelah itu, Mussolini melarang semua partai-partai politik lain. Beberapa pemimpin oposisi dibuang ke pengasingan di luar negeri, dan yang lainnya dipenjara.
Berhala-Berhala Fasisme: Pemimpin yang dikeramatkan
Bagian paling penting dalam fasisme adalah sang pemimpin, yang namanya ditonjolkan dalam setiap aspek kemasyarakatan. Rezim Hitler, Mussolini dan Franco adalah contoh nyata hal ini. Gelar-gelar yang digunakan para diktator ini, "Der Führer," "Il Duce", atau "El Caudillo", semuanya menyiratkan hal yang sama—"Pemimpin yang mengetahui segalanya". Dan, memang, ketiganya menjalankan pemerintahan masing-masing sepenuhnya berdasarkan keinginan-keinginan mereka sendiri, sementara kolega-kolega terdekat dan perwira-perwira paling senior mereka tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.Fasisme melekatkan sebuah kekuatan yang nyaris keramat kepada sang pemimpin, agar ia dapat mempertahankan daya tariknya dan meningkatkan penerimaannya di hati rakyat. Sang pemimpin adalah penguasa seluruh negeri dan rakyatnya, yang digambarkan sebagai bagian dari dirinya. Seorang pemimpin Sosialis Nasionalis, Herr Spaniol, berpidato di Saarbruecken pada bulan Januari 1935:
Nilai-Nilai Sakral yang Keliru dalam Fasisme
Fasisme adalah sebuah kepercayaan keliru yang dibuat untuk menyingkirkan agama-agama ketuhanan dan menggantikannya dengan kepercayaan pagan. Dan, sudah jelas bahwa bila kepercayaan itu keliru, maka nilai-nilai yang disakralkannya pun pasti keliru. Misalnya, kaum Nazi selalu menggunakan slogan "Blut and Boden" (Darah dan Tanah), dan membuat simbol-simbol dari kedua konsep itu. Sebagai contoh, selama manuver Hitler yang gagal pada tahun 1923, salah satu bendera swastika yang basah oleh darah para pendukung Nazi yang terluka, dijadikan barang keramat. Bendera itu dijuluki "Blutfahne" (Bendera Darah) dan diawetkan sebagaimana aslinya, dan menjadi simbol paling sakral dalam semua upacara Nazi. Bendera-bendera baru disentuhkan pada Bendera Darah, sehingga bendera itu dapat menyebarkan sebagian sifat "keramat"-nya.Perang dan kekerasan, dua unsur yang lebih fundamental dalam fasisme, adalah konsep-konsep pagan yang coba digambarkan oleh fasisme sebagai nilai-nilai sakral. Tujuan agama-agama ketuhanan adalah untuk menciptakan sebuah masyarakat dan dunia yang bebas dari kekerasan dan perang; sedangkan bagi fasisme, perang adalah kebajikan itu sendiri. Fasisme percaya bahwa rakyat mendapatkan kehormatan dan kekuatan dari berperang dan membunuh. Sudah tentu, keyakinan ini mengobarkan lebih banyak perang dan pertumpahan darah. Fasisme terus-menerus mempersiapkan kekejian dan banjir darah yang baru.
Kebencian Fasisme terhadap Wanita
Ada aspek yang sangat penting dari fasisme, namun tak banyak orang yang mengetahuinya. Fasisme memiliki sikap permusuhan terhadap wanita, dan menganggap wanita lebih rendah dari pria.Fakta ini terlihat dari ucapan dan pernyataan-pernyataan para pemimpin fasis abad ke-20. Sebagai contoh, pernyataan Mussolini kepada Maurice de Valeffe, seorang reporter media Prancis Journal, tanggal 12 November 1922, yang secara terbuka meremehkan kaum wanita:
Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa aku akan membatasi hak pilih. Tidak! Setiap warga negara berhak memilih Parlemen Roma… Biar kuakui juga kepadamu bahwa aku tidak berpikir untuk memberi hak suara kepada kaum wanita. Tidak mungkin. Darahku menentang semua bentuk feminisme jika itu mengenai partisipasi wanita dalam urusan negara. Tentu saja wanita tidak boleh menjadi budak, tetapi jika aku memberinya hak suara, aku akan ditertawakan. Di negara kami, wanita tidak boleh diperhitungkan.
Selama krisis ekonomi yang serius di awal tahun 1930, Mussolini memerintahkan bahwa wanita harus meninggalkan pekerjaan mereka. Karena dia menganggap wanita sebagai "pencuri-pencuri yang berusaha merampas roti kaum pria, dan wanita bertanggung jawab atas ketidakproduktifan kaum pria."
Kaum Fasis di Dunia Ketiga
Fasisme telah ditaklukkan pada Perang Dunia II. Persekutuan antara Nazi Jerman, fasis Italia dan Jepang telah dikalahkan, dan rezim-rezim fasis diruntuhkan. Hitler bunuh diri, Mussolini digantung oleh rakyatnya sendiri, dan pemerintah Jepang membubarkan diri sendiri. Fasisme, yang berkembang selama paro pertama abad ke-20, roboh sebelum mencapai paro berikutnya.Namun, keruntuhan fasisme tidak berarti masalah ini terhapus sepenuhnya dari muka bumi. Setelah Perang Dunia II, fasisme sebenarnya terus berkembang di Dunia Ketiga. Para diktator dan junta yang berkuasa di Amerika Latin dan Afrika, pada dasarnya juga menjalankan sistem fasis.
Kekejaman Fasisme di Amerika Latin
Kaum fasis Dunia Ketiga tidak pernah ragu melakukan kekejian yang mengingatkan pada pembantaian oleh Nazi. Misalnya, diktator Chili Jendral Pinochet, yang naik ke kekuasaan melalui sebuah kudeta militer terhadap Presiden Allende pada tahun 1973, mengubah negerinya menjadi sungai darah. Pinochet membunuh Allende dengan serangan tank dan pesawat jet terhadap Istana Presiden. Namun, rakyat Chili diberitahu bahwa Allende telah melakukan bunuh diri karena menolak untuk menyerah. Setelah itu, Pinochet dengan kejam melenyapkan para pendukung Allende dan kaum oposisi. Junta pimpinannya membunuh ribuan orang pada tahun pertama kekuasaannya, dan sekitar 90.000 dari 9 juta rakyat Chili ditangkap. Teror terhadap penduduk, jasad-jasad yang ditumpuk di rumah mati, atau ditembak dan dibuang ke Sungai Mapocho, penahanan para tersangka di Stadion Santiago, penyanderaan, operasi-operasi pencarian dan penjarahan yang seringkali terjadi, hanyalah sebagian dari kejahatan rezim Pinochet. Lembaga-lembaga pendidikan "dibersihkan", dan mata kuliah sejarah serta geografi di universitas disensor oleh penguasa fasis.Kediktatoran fasis yang serupa dengan rezim Pinochet juga berhasil meraih kekuasaan di negara-negara Amerika Latin seperti Argentina, Guatemala, El Salvador, Nikaragua, Honduras dan Paraguay, dan juga membawa kekejaman yang mengerikan. Ribuan penentang junta di Argentina "menghilang". Berdasarkan bukti-bukti yang ada, lebih dari 2.000 tahanan politik dibawa dengan pesawat-pesawat terbang kemudian dilempar ke lautan dari jarak ribuan kaki di udara. Mantan pasukan pengawal presiden, Federico Talavera, yang muncul di televisi Argentina tanggal 27 April 1995, mengakui penyiksaan-penyiksaan yang dilakukan pada masa itu, menyebutkan di antaranya bahwa wanita-wanita hamil dilemparkan ke laut dan anjing-anjing yang dilatih secara khusus untuk menggigit alat kelamin manusia. Menurut pengakuannya, anjing-anjing itu akan memasukkan alat kelamin para tahanan politik ke dalam mulutnya dan menunggu perintah. Bila si tahanan politik menolak untuk bicara, maka anjing itu disuruh untuk menggigitnya.
Kebrutalan di Guatemala juga tak kalah menakutkan. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, rezim fasis yang menggulingkan presiden pertama dan satu-satunya yang terpilih, Jacobo Arbenz pada tahun 1954, mengubah negeri itu menjadi ladang-ladang pembunuhan.
Fasis Timur Tengah: Saddam Hussein
Pada saat ini, di awal abad ke-21, banyak diktator fasis dari tahun 1960-an dan 1970-an telah menghilang. Namun, fasisme dapat mendongakkan kepalanya kapan saja, di berbagai tempat dan dalam bermacam keadaan. Timur tengah pada khususnya telah menderita oleh kekejaman berbagai rezim dan organisasi fasis. Seorang diktator fasis saat ini tengah mengancam wilayah tersebut: Saddam Hussein.Peristiwa yang membawanya ke tampuk kekuasaan di Irak berawal dengan sebuah kudeta militer. Pada bulan Pebruari 1963, sekelompok perwira dan militan jalanan, yang menyebut diri mereka Partai Baath (Kebangkitan), mendepak Jenderal Kassem yang saat itu memegang pemerintahan. Di antara para militan ini terdapat seorang anggota muda di antara tim beranggota enam orang yang ditugaskan untuk membunuh Jenderal Kassem: Saddam Hussein al-Tikriti, atau Saddam Hussein dari Tikrit. Walaupun ia bukanlah seorang tentara, Saddam biasanya mengenakan seragam tentara, dan setelah kudeta, dia ditunjuk oleh pemerintahan Baath untuk memimpin sebuah kelompok yang bertanggung jawab atas terorisme dan pembunuhan. Hal pertama yang dilakukannya adalah mengembangkan metode-metode penyiksaan baru dan efektif untuk menginterogasi para penentang kudeta. Pemerintahan yang berkuasa setelah kudeta runtuh pada bulan November tahun itu juga. Saat itu terungkaplah fasilitas penyiksaan milik Saddam, yang penuh dengan berbagai sarana penyiksaan yang ia ciptakan sendiri.
SOSIALISME - KOMUNISME RACUN PERADABAN
Semenjak pecahnya Revolusi Industri di Eropa, terjadi kemajuan pesat pada produksi dan perkembangan peradaban dunia. Seiring dengan itu, mulai tumbuh dan berkembang ideologi Kapitalisme. Awal dari Ideologi ini disambut gembira oleh orang – orang eropa. Namun dalam perkembangan selanjutnya, kapitalisme mulai menampakkan kerakusan dan keserakahan yang kemudian menimbulkan kesengsaraan ditandai dengan kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin, antara kapital dan proletar, penindasan dan perbudakan, krisis ekonomi dan sosial.Selanjutnya tampillah gagasan antikapitalisme oleh sejumlah tokoh diantaranya adalah Karl Marx (1818 – 1883) yang kemudian menjadi penggagas utama teori sosialisme ilmiah. Landasan teori Marx pun banyak dipengaruhi oleh pendahulunya seorang Jerman, Hegel (1770-1831) yang mengemukakan teori Dialektika.
Dalam mengembangkan teori dialektika Hegel, Marx merumuskan dua paradigma utama dalam membangun teorinya tentang kehidupan dan masyarakat yang dikenal dengan dialektika materialisme dan materialisme historis.
Inti dari konsep Dialektika Materialisme adalah bahwa setiap benda atau keadaan (phenomenon) selain mengandung kebenaran, pada saat yang sama memiliki lawan (opposite). Segi-segi yang berlawanan inilah yang disebut dengan kontradiksi. Berdasarkan hukum dialektik ini maka akan terjadi gerak terus menerus, sehingga timbul suatu negasi yang lebih baru, seiring dengan munculnya negasi baru akan muncul pula antithesa yang akan berbenturan dang memunculkan negasi baru dan begitu seterusnya. Dengan demikian negasi lahir dari proses penghancuran negasi lama yang dihasilkan oleh kontradiksi-kontradiksi antara obyek atau fenomena yang berkontradiksi tersebut akan terus bergerak dari arah yang rendah mutunya ke arah yang lebih tinggi mutunya, dari yang sederhana ke arah yang lebih kompleks sampai tercapai wujud sempurna yang akan memutuskan rantai dialektis.
Dalam merumuskan teori tentang masyarakat, Dialektika Materialisme digunakan Marx untuk menerangkan perkembangan masyarakat mulai dari masyarakat sederhana menuju masyarakat ideal yang dicita-citakan yakni masyarakat sosialis. Inilah yang kemudian dinamakan dengan Materialisme Historis. Dalam Manifesto Partai Komunis, Karl Marx dan Friedrich Engels menyebutkan “Sejarah dari semua masyarakat yang ada hingga sekarang ini adalah sejarah perjuangan kelas. Orang merdeka dan budak, patrisir dan plebejer, tuan bangsawan dan hamba, tukang ahli dan tukang pembantu. Ringkasnya, penindas dan yang tertindas senantiasa ada dalam pertentangan satu dengan yang lain, melakukan perjuangan yang tiada putusnya”.
Marx berpendapat bahwa, perubahan masyarakat dari feodal menuju kapitalis hingga berakhir pada masyarakat komunis, adalah perubahan yang tidak terhindarkan lagi sebagai sebuah Takdir bagi masyarakat atas dasar hukum dialektika masyarakat dimana kaum proletar memiliki peranan penting untuk merebut kekuasaan dari tangan kaum kapital dan mengambil seluruh alat produksi melalui tahap transisi yang dinamakan diktator proletariat sebagai pintu gerbang terbentuknya masyarakat komunis yang tidak mengenal adanya kelas, dimana masyarakat dibebaskan dari keterikatannya dengan milik pribadi. Tidak ada eksploitasi, penindasan, dan paksaan. Namun menjadi ironi karena masyarakat komunis yang demikian itu menurut Marx harus dicapai dengan kekerasan dan paksaan. Marx menyatakan : “Kekerasan adalah bidan untuk setiap masyarakat lama yang hamil tua dengan masyarakat baru”
Selain kekerasan dan pertarungan kelas yang menjadi ciri ideologi sosialis-komunis, teori dialektika materialisme marx juga meniscayakan penentangannya terhadap eksistensi Tuhan dan Agama (Atheis). Bahwa realitas alam semesta, manusia, dan kehidupan berawal dari materi dan bergantung pada dialektika materi tanpa ada campur tangan Sang Pencipta, dan akan terus berkembang tanpa akhir (abadi). Vladimir lenin menyatakan bahwa “agama adalah candu bagi masyarakat, Agama merupakan suatu minuman keras spiritual.”
Ide Dialektika Materialisme dengan jelas mengingkari eksistensi manusia sebagai makhluk mulia yang telah diciptakan oleh sang Khaliq. Pada dasarnya Dialektika Materialisme yang kemudian me-irrasional-kan eksistensi Tuhan adalah kegagalan memahami fakta materi itu sendiri. Ketika orang orang komunis yang atheis itu menyatakan bahwa alam semesta, manusia, dan kehidupan adalah materi yang hanya lahir dari dialektika antara thesa dan antithesa, dengan mencontohkan penciptaan manusia misalnya sebagai hasil dari dialektika antara sperma dan ovum yang menghasilkan zygot sebagai synthesa maka sekalipun proses tersebut dapat terjadi akibat dialektika namun menjadi pertanyaan mengapa hal tersebut tidak bisa terjadi antara sperma kera dan ovum manusia.? mengapa manusia dapat lahir dengan bentuk yang sempurna.? Mengapa benda-benda yang ada di alam semesta memiliki keteraturan yang kompleks.? Mengapa pada derajat tertentu air bisa membeku, mendidih, dan menguap.? Mengapa perlu ada hitungan matetmatis untuk mengukur berat jenis dan massa suatu benda untuk bisa memastikan benda yang berada diatas air bisa mengapung dan tidak tenggelam.? Siapa yang menciptakan aturan matematis dan keteraturan kompleks tersebut.? Ketidakmampuan menjawab oleh orang-orang komunis yang atheis itu hanya sampai pada jawaban irrasional yakni terjadi dengan sendirinya.
IPX-053 http://oload.stream/f/ErNWp0ORJxs
Marie https://woof.tube/stream/3cU2XbfDPhbSungguh benarlah firman Allah SWT : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi ; sungguh terdapat tanda – tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan” (TQS. Al-Baqarah [2] : 164)
Jika Kapitalisme adalah sampah peradaban yang melahirkan penindasan dan penjajahan, maka pada dasarnya Ideologi sosialisme tak ubahnya adalah sebuah Racun Peradaban yang tengah berhasrat mewujudkan peradaban diktator amburadul yang telah terbukti kegagalannya.! Ideologi sosialisme-komunisme dibangun atas dasar landasan materialisme dan antroposentrisme, dimana materi dan eksistensi manusia adalah segala-galanya bagi ideologi ini. Dimana konflik dan pertarungan kelas adalah metode baku untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas yang menurut mereka bahwa kepemilikan individu harus dihapuskan dan dikuasai penuh oleh kepemimpinan partai komunis atas nama rakyat atas nama kaum proletar (kaum tertindas), Dengan jargon manis “keadilan sosial bagi seluruh rakyat”.
Pertanyaannya adalah adil menurut siapa.? Apa standar keadilan.? Mereka mengatakan adil namun keadilan menurut mereka adalah dengan menghapus seluruh kepemilikan Individu dan dikuasai oleh Negara dibawah kepemimpinan Partai Komunis yang atheis itu. Mereka membatasi upah kerja sesuai kebijakan negara dalam bentuk UMR yang sama halnya dengan merebut hak dan daya tawar para pekerja dihadapan negara yang telah menjelma menjadi pemilik modal dan alat produksi bahkan perampas hak individu masyarakat itu sendiri. Alih alih ingin membebaskan manusia dari penindasan kapital namun pada faktanya manusia terkekang pada doktrin partai atas dasar materialisme, eksistensialisme, dan antroposentrisme yang berujung pada kediktatoran gaya baru ala negara komunis yang dibumbui konflik dan keringnya aspek spiritual yang menjadi fitrah manusia.
Perjuangan untuk pembebasan manusia yang harusnya untuk sebuah kebangkitan berasaskan hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk mulia yang diciptakan sebagai khalifah fil ardh tergantikan menjadi perjuangan buas ala sosialis komunis semata – mata hanya untuk kebutuhan perut dan naluri mempertahankan diri.
Maka mengutip pendapat seorang ulama’ Revolusioner, Syaikh Taqiyuddin An-Nabhaniy dalam kitab Nidhomul Islam bab qiyadah fikriyah, beliau menyatakan : “Akan tetapi ketika muncul ide (dialektika) materialisme, yang mengingkari adanya Allah SWT dan ruh, ternyata ide ini tidak mampu memusnahkan kecenderungan beragama. Ideologi ini hanya bisa mengalihkan pandangan manusia kepada suatu kekuatan yang lebih besar dibanding dirinya dan mengalihkan perasaan taqdis (memper-Tuhan-kan) kepada kekuatan besar tersebut. Menurut mereka, kekuatan itu berada didalam ideologi dan diri pengikutnya. Mereka membatasi taqdis (naluri memper-Tuhan-kan) hanya kepada kedua unsur tersebut. Ini berarti mereka telah mengembalikan manusia ke masa silam, mengalihkan penyembahan kepada Allah SWT ke penyembahan makhluk-makhluk-Nya, dari pengagungan terhadap ayat – ayat Allah kepada pengkultusan terhadap doktrin – doktrin yang diucapkan makhluk – makhluk-Nya. Semua ini menyebabkan kemunduran manusia ke masa silam. Mereka tidak mampu memusnahkan fitrah beragama, melainkan hanya mengalihkan fitrah manusia secara keliru kepada kesesatan dengan mengembalikannya ke masa silam. Berdasarkan hal ini, qiyadah fikriyah-nya telah gagal ditinjau dari fitrah manusia. Malah dengan berbagai tipu muslihat, mereka mengajak orang-orang untuk menerimanya; dengan mendramatisir kebutuhan perut mereka menarik orang-orang yang lapar, pengecut, dan sengsara. Ideologi ini dianut oleh orang – orang yang bermoral bejat, orang – orang yang gagal dan benci terhadap kehidupan, termasuk orang – orang sinting yang tidak waras cara berpikirnya agar mereka dapat digolongkan ke jajaran kaum intelektual tatkala mereka mendiskusikan dengan angkuh tentang teori dialektika. Padahal kenyataannya, Dialektika Materialisme paling terlihat kerusakan dan kebathilannya, dan dengan sangat mudah dapat dibuktikan oleh perasaan dan akal. Supaya manusia tunduk pada ideologi ini, maka mereka dipaksa melalui kekuatan fisik. Berbagai tekanan, intimidasi, revolusi, menggoyang, merobohkan, dan mengacaukan merupakan sarana – sarana penting untuk mengembangkan ideologi tersebut.”
Paham Komunis Menurut Karl Marx
Aliran Komunisme. Komunisme adalah sebuah ideologi. Penganut faham ini berasal dari Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifes politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis Untuk mensejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan.paham Marxisme-Leninisme kepada Dunia Islam adalah pengembangan ekstrem dari filsafat Karl Marx sebagai jalan tengah antara kapitalisme dan komunisme atau menurutPemikiran Karl Marx -Franz Magnis Suseno perkembangan dalam pemikiran Marx: dari paham Marx muda Sejarah komunisme di Indonesia seolah ditakdirkan untuk Komunisme adalah sebuah ideologi. Penganut faham ini berasal dari Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifes politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai Pandangan Karl Marx dan Engels tumbuh dan berkembang Menurut para ahli sejarah, Stalin merasakan Dan dasar berpijak filsafat ini, dalam pengertian Pengertian dan Pentingnya Ideologi bagi paham liberalism-individualisme, komunisme yang Karl Marx: Friedrich Engels: Pyotr Kropotkin: Vladimir Lenin anggota partai komunis karenanya dalam paham komunisme tidak Ideologi partai · Daftar partai politik menurut Sejarah Berdiri dan Tokoh-tokohnya Karl Marx adalah Pemikiran dan Doktrin-doktrinnya Paham komunisme mengingkari Segala perubahan yg terjadi di dunia ini menurut Sosialisme Dan Komunisme Marx. Sosialisme Dan Komunisme Marx Oleh JJ Amstrong Sosialisme ilmiah menurut Marx : Karl Marx pelopor utama gagasan “sosialisme ilmiah.
Menurut Marx, pengertian Hegel atas aspek ini merupakan ini, tak perlu diragukan lagi Karl Marx punya arti penting yang luar biasa hebatnya. Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx. diganti dengan paham komunisme Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar Karl Marx Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx
Secara teoritis, paham komunisme diilhami dua filosof Jerman. Karl Marx (1818-1883) ide komunisme Marx dan Friedrick Engels (1820-1895). Ide komunisme Marx dan Engels diwujudkan didalam bentuk negara komunis pertama kali oleh Vladimir Ilyich Ulyanov Lenin.
Masa penjajahan Belanda Muso berkata, Satu-satunya jalan bagi Indonesia untuk menang melawan Belanda adalah “jika Indonesia bersekutu dengan Uni Sovyet”, negara komunis ini menurut Muso telah jelas “anti imperialisme dan kolonialisme”.
Disinilah komunis mulai popular, Sejarah Berdirinya dan Tokoh-tokohnya Karl Marx adalah Segala perubahan yg terjadi di dunia ini menurut pengertian paham komunisme Definisi pemerintahan komunis Polandia tujuan PENGENALAN KEPADA KARL MARX adalah seorang filsuf dan dia juga adalah seorang aktor besar pendiri paham komunisme. “Agama sebagai candu masyarakat”, itulah kata-kata yang pernah diungkapkan Karl Marx yang banyak menimbulkan kontroversi. Hakikat kenyataan tertinggi menurut paham komunisme adalah materi. Fenomena-fenomena dasar yaitu dengan suatu keiatan-kegiatan yang paling material yaitu fenomena-fenomena ekonomis. Agama menurut komunisme adalah realisasi fanatis makhluk manusia, sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, maka Untuk mensejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan.
Generasi Muda Dewasa Ini dan Perkembangan Paham Komunisme sebenarnya Marxisme tidak identik dengan komunisme. Karl Marx sesuatu yang teratur dan oleh karena itu menurut paham komunis karl marx. Paham komunisme adalah paham yang merupakan sebagai bentuk reaksi atas perkembangan masyarakat kapitalis yang merupakan produk masyarakat liberal. Berkembangnya paham individualisme liberalisme di barat
Dalam sebuah tulisannya yang terkenal Communist Manifesto (1848), Marx sebenarnya tidak secara langsung menyerang pada paham kapitalisme melainkan pada masyarakat tradisional, kepercayaan salah yang berasal dari abad pertengahan, feodalisme dan Marx menyebut diri komunis tetapi kemudian lebih suka sosialis (Theimer :12). Pandangan yang sangat menonjol dalam sosiologi menurut Karl Marx adalah perbedaan kelas sosial.
Loading...
terimakasih sharing ilmunya.
ReplyDeletesalam sehat selalu,
https://marketing.ruangguru.com/bimbel
bermanfaat sekali postingannya. Terimakasih
ReplyDelete