“Engkau ingin membangun istana emas, tetapi lemah di dalam menomoulkan emas. Sesungguhnva pembangun seiati adalah yang memiliki kemauan kuat untuk mewujudkan apa yang ingin dibangunnya.”
Kemauan yang kuatlah yang akan mampu menggerakkan seseorang untuk melangkah. Karena lemahnya kemauan seseorang menjadikan ia tidak mau melangkah walaupun sebenarnya ia orang yang disiplin dan pemberani.
“Barangsiapa yang mengbendaki keuntungan di akbirat, akan Kami tambab keuntungan itu baginya. Dan barang siapa yang mengbendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu babagian pun di akbirat.” (Q.S. Asy Syura [42]:20)
Adanya kemauan untuk menjadi lebih baik (berkat dorongan nilai takwa dan tawakal) akan menjadikan diri orang beriman mau melakukan perubahan dalam langkah hidupnya.
“Sesunggubnya Allab tidak mengubab keadaan suatu kaum sebingga mereka mengubab keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. ” (Q. S. AlRa’du [ 13 1: 11)
Lore https://woof.tube/stream/b45vcYUVPim
Untuk itu coba kita renungkan dan perhatikan sebuah nasihat di bawah ini:
“Bila kita mau, maka segalanya akan memberikan bantuan untuk terwujudnya cita‑cita kita. Oleh karena itu yang penting tanamkanlah tekad kuat kemauan kita. ” (Kaesar Aurelius, 12 1‑180)
Tanpa adanya kemauan yang kuat kita tak akan mungkin bisa maju ataupun meraih apa yang menjadi keinginan kita. Dengan demikian, langkah awal dalam meraih apa yang hendak kita raih, adalah bagaimana kita bisa menumbuhkan kemampuan yang kuat dalam diri kita. Kalau kita belajar, kita harus bisa menumbuhkan semangat pada apa yang hendak kita pelajari, karena ini akan membantu kita dalam memahami pelajaran tersebut. Hilangnya kemauan yang kuat akan menyebabkan seseorang Mengalami kegagalan di dalam langkahnya sebagaimana yang pernah dialami oleh Nabi Adam As.
‘Dan sesunggubnya telab Kami perintabkan kepada Adam dabuiu, maka ia 1upa (akanperintab itu), dan tidak Kami dapatipadanya kemauan yang kuat ” (Q.S. Thaha [20]:115)
Sekarang yang jadi permasalahan adalah bagaimana cara menumbuhkan suatu kemauan yang kuat. Salah satu caranya adalah menumbuhkan cita‑cita yang tinggi.
Umar bin Khathab ra berkata: “Janganlah cita‑citamu rendah dan kecil. Menurut saya, perintang dan penghalang utama dalam mewujudkan semua bentuk kemuliaan adalah cita‑cita yang rendah.
Ahli hikmah berkata: “Cita‑cita yang tinggi itu pemicu kesungguhan.”
Seorang sastrawan berkata: “Cita‑cita yang tinggi adalah bibit karunia yang utama.”
“Jadikanlah kemauan yang sunguh‑sungggh itu sebagai mahkota jiwa. janganlah engkau hiduo sampai mengalami kemiskinan akan amal dan kehilangan kemauan bekerja (malas), dan yakinlah bahwa ilmu semata tanpa amal tidak akan menvelamatkan orang” (Imam Al‑Ghazali).
2) Disiplin
“Kebanyakan mereka, yang sukses adalah mereka, yang memiliki disiplin yang tinggi. Dan, yang gagal adalah yang tidak punya disiplin.”
Sudah dapat kita perkirakan dan bayangkan kengerian apa yang akan terjadi kiranya tatasurya ini be~alan dengan kemauannya sendiri. Mereka tidak lagi disiplin beredar di dalam garis edarnya. Mereka akan saling bertabrakan yang mengakibatkan kerusakan alam yang dahsyat. Tapi mereka adalah mikhluk yang disiplin terhadap perintah Allah, sehingga mereka tidak saling mendahului satu sama lain.
“Tidaklab mungkin bagi matabad mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendabului siang. Dan masing‑masing beredarpada garis edarnya.” (Q.S. Yasin [361:40)
Disiplin inilah salah satu kunci sukses untuk meraih segala sesuatu. Lihatlah mereka‑mereka yang telah sukses di dalam meniti karier dan mencapai prestasi tertinggi dalam hidupnya, tiada lain adalah orang‑orang yang memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi. Sedangkan tiada rasa disiplin akan membuka pintu kegagalan yang selebar‑lebarnya. Tidak disiplin inilah yang menjadikan pasukan Islam yang dipimpin oleh Rasulullah Saw pada waktu Perang Uhud menderita kerugian yang tidak sedikit. Mereka diberi perintah untuk tetap di atas gunung, jangan turun apa pun yang terjadi sampai perang usai. Tapi ternyata mereka tidak disiplin. Banyak di antara mereka turun gunung. Karena ulah mereka inilah pasukan Islam menjadi kocar‑kacir, walau awalnya mereka di atas angin terhadap musuhnya. Kejadian ini diabadikan oleh Allah dalam salah satu ayatnya agar umat Islam senantiasa mengambil pelajaran arti pentingnya sikap disiplin.
“Dan sesunggubnya Allab telab memenubi janji‑Nya kepada kamu, ketika kamu membunub mereka dengan seizin‑Nya sampai pada saat kamu lemab dan berselisib dalam urusan itu dan mendurbakai pedntab (Rasul) sesudab Allab memperlibatkan kepadamu apa yang katnu sukat.’ Di antaramu ada orangyang mengbendaki dunia dan di antara kamu ada orangyang mengbendaki akbirat. Kemudian Allab memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu; dan sesunggubnya Allab telab memaajkan
katnu. Dan Allab mempunyai karunia (yang dilimpabkan) atas orangorang yang beriman. ” (Q. S. Ali Imran [ 31:15 2)
Disiplin itulah kata‑kata yang harus diingat jika ingin sukses. Apa gun.Anya jadwal yang baik, program yang matang, keberanian dan keuletan jika pelaksanaannya tidak pernah disiplin. Hilangnya rasa disiplin adalah pertanda lepasnya kesuksesan dari tangan kita. Oleh karena itu, jika suatu saat kita ikut dalam suatu permainan, maka disiplinlah kepada aturan mainnya. jika kita mendapat tugas maka disiplinlah dalam menjalankan tugas yang kita emban. jika kita sedang musyawarah, maka disiplinlah menjalankan putusan yang telah kita sepakati jika hal itu tidak bertentangan dengan syariat agama. Demikian pula jika kita ingin belajar dengn baik dan sukses, maka selalulah berdisiplin dalam belajar. Karena saya tidak melihat mereka‑mereka yang berhasil melainkan mereka yang selalu disiplin di dalam langkahnya.
3) Berani
“Yang menyebabkan seorang pejuang mengalami kekalahan adalah ketidakberanian melangkahkan kaki, padahal ia berada dalam kebenaran.”
Jika ingin sukses, jangan sekali‑kali takut melangkahkan kaki. jika ingin sukses di dalam berbisnis, jangan takut bersaing dan rugi ataupun susah. jika ingin berhasil maka jangan takut gagal. jika ingin bisa dalam belajar, jangan takut menghadapi sulitnya mata pelajaran. Sesungguhnya rasa takut yang demikian adalah rasa takut yang berlebihan dan akan melemahkan semangat sehingga, membuka pintu kegagalan buat dirinya.
“Maka kamu akan melibat orang‑orang’yang ada penyakit dalam batinya (orang‑orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yabudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana. ‑ mudabmudaban Allab akan mendatangkan kemenangan (kepada rasul‑Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi‑Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terbadap apa yang mereka rabasiakan dalam diri mereka. ” (Q ‑ S
Al‑Maidah [5]:52)
Berani melangkah dan berani hidup menderita, serta tidak pernah takut berhadapan dengan siapa pun selain Allah, itulah salah satu tanda ketakwaan. Orang yang memiliki bekal takwa akan berani melangkah dan tak pernah berhadapan dengan segala rintangan. Memang demikianlah seharusnya kita sebagai orang yang mengimani Allah, harus punya keberanian melangkah di dalam kebaikan.
“Orang‑orangyang menyampaikan risalab‑dsalab Allab, mereka takut kepada‑Nya dan tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allab. Dan cukuplab Allab sebagai pembuat perbitungan. ” (Q. S. AI‑Ahzab [33]: 39)
“Sesunggubnya Allab akan berkata kepada sang bamba pada bari kiamat.‑ “Apakab yang mencegabmu mengubab kemungkaran ketika kamu melibatnya?” Maka sang bamba menjawab: Ta Rabb, aku takut kepada manusia. ” Maka Allab berkata: “Sebarusnya kepada‑Ku‑lab kamu lebib pantas merasa takut. ” (H. R. Ahmad dan Ibnu Maj A dari Abu Sa’id Al‑Khudri ra)
Ketahuilah, mereka yang sukses dalam hidupnya adalah mereka yang berani menghadapi tantangan zaman, walau amat berat. Mereka menjadi tegar di dalam hidupnya, walaupun duri‑duri tajam menghalangi peoalanan. Dengan keyakinan penuh kepada Allah sebagai wujud tawakaInya, bahwa Allah yang paling berkuasa dan tidak ada yang dapat melemahkan‑Nya. Ia yakin akan pertolongan‑Nya. Dan, ia yakin sepenuhnya jika la melindungi hamba‑Nya, maka tak akan ada yang bisa mencelakakan dirinya.
“(Yaitu) orang‑orang (yang menaati Allab dan Rasul) yang kepada mereka ada orang‑orangyang mengatakan: “Sesunggubnya manusia telab mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlab kepada mereka. ” Maka perkataan itu menambab keimanan mereka dan
mereka menjawab: “Cukuplab Allab menjadi penolong kami dan Allab adalab sebaik‑baik pelindung. ” (Q. S. Ali Imran [ 31:173)
Berani bersaing dan menghadapi segala tantangan yang menghalangi
gkahnya, adalah kunci pertama pembuka keberhasilan. Kita ingat bagaimana Sahabat Abdurahman bin Auf ra yang hanya bermodal uang dua ditham, tetapi berani bersaing dengan pedagang‑pedagang lain yang sudah lama menguasai pasar Madinah. Dengan senantiasa bersandar kepada Allah, ia berani bersaing dengan mereka. Dan akhirnya dalam waktu yang relatif singkat ia sukses, bahkan bisa menguasai pasar yang sebelumnya dimonopoli oleh orang Yahudi. Keberanian setelah disiplin inilah yang akan mengantarkan diri seseorang menuju sukses.
Ingatlah seumur hidupmu bahwa layang‑layang hanya dapat naik karena menentang angin dan bukan mengikut angin ” (Scopenhauer)
“Orang yang menjauhi sarang tawon karena takut akan sengatannya tak layak memperoleh madu. ” (Shakespeare)
Demikianlah orang yang takut melangkah karena takut gagal, tak akan merasakan manis dan nikmatnya keberhasilan.
Hanya mereka yang berani gagal total akan dapat meraih keberhasilan total.” (John F. Kennedy).
Ta Allab, aku berlindung kepada‑Mu dari sifat penakut. Aku berlindung kepada‑Mu dari keadaan bidup terbina. Aku berlindung kapada‑Mu dari fitnab dunia, dan aku berlindung kepada‑Mu dari siksa kubyr. ” (H.R. Bukhari dari Saad bin Abi Waqash ra dari kitab jihad)
4) Rajin, Tekun, dan Ulet.
Harga seseorang terletak pada apa yang ia cakap melakukan (Ali bin Abi Thalib ra)
Kita sudah lama mengenal istilah rajin pangkal pandai. Atau sebagaimana sebuah lagu yang sering diajarkan oleh guru penulis sewaktu masih SD: “Teronge bunder‑bunder, bocah sregep dadi pinter. ” Kenyataan memang demikian adanya. Karena jika kita rajin dalam mengupayakan sesuatu, maka kita akan menjadi ahlinya terhadap apa yang kita tekuni dan usahakan.
Ketakwaan dan tawakal yang baik, mampu menjadi faktor pendorong orang‑orang sebelum kita menjadi orang yang banyak berbakti, karena takut pada siksa Tuhan‑Nya sekaligus mengaharap cinta dari‑Nya.
“Sesunggubnya orang‑orangyang banyak berbakti benar‑benar berada dalam surga yang penub kenikmatan. ” (Q.S. Al‑Infithar [82]:13)
Dorongan agar kita menjadi orang yang tekun di antaranya adalah:
“Cafilab rezeki di dalam tanah yang tersembunyi. ” (H. R. Al‑Tabrani)
Mencari sesuatu yang tersembunyi adalah suatu hal yang sangat sulit, maka dibutuhkan kesabaran dan ketekunan untuk meneliti dan menajamkan pandangan untuk mengamati setiap sudut yang ada. Ketekunan akan mengantarkan seseorang menjadi ahli atas apa yang ia tekuni, sehingga jalan menuju kesuksesan menjadi terpampang lebar di hadapannya. Dan tekun terhadap peke~aan ini akan mendatangkan kecintaan Tuhan. Maka dari itu berusahalah menekuni semua pekerjaan yang baik, maka kita akan mendapatkan hasil yang lebih memuaskan.
“Kegagalan belum tentu kegagalan jika kita tahu kiatnya (Dr. Ronald Niednagel)
5) Sungguh‑Sungguh.
“Hai manusia, sesunggubnya kamu telab bekerja sunggub‑sunggub menuju Rabbmu, maka pasti kamu akan menemui‑Nya. ” (Q.S. Al‑Insyiqaq [84]:6)
Keraguan atau setengah‑setengah di dalam melangkah akan mengakibatkan hasil yang diperolehnya juga tidak maksimal. Oleh karena itu, jika ingin memperoleh hasil terbaik di dalam pekerjaan kita (termasuk belajar), kita dituntut untuk melakukannya dengan kesungguhan hati dan mencurahkan segenap waktu dan pikiran serta potensi.
“Maka apabila kamu telab selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlab dengan sunggub‑sunggub (urusan) yang lain.” (Q.S. Alam Nasyrah [941:7)
Wahab bin Munabih ra berkata bahwa dalam Taurat ada dikatakan: “Barangsiapa ingin pandai mengenai Allah, maka hendaklah hidup khusyuk.”
Dan yang terbaik bagi kita adalah saat kita mencari dunia. Hendaknya kita berpikir seolah‑olah hidup selamanya sehingga kita punya semangat untuk meraih dunia sebaik mungkin. Sementara jika kita beramal untuk akhirat, maka beramallah seolah‑olah kita akan mati besok, sehingga kita bisa semangat sekaligus khusyuk dalam beribadah. Dari situlah kita akan menjadi lebih pandai dalam urusan dunia maupun akhirat. Sehingga kemungkinan akan mengalami kesuksesan adalah hal yang sangat mungkin sekali.
Bekerjalah untuk duniamu seakan‑akan kamu hidup selamanya, dan bekerjalah unluk akbiratmu seakan‑akan kamu mati besok. ” (H.R. Ibnu Asakir)
Umar bin Khathab ra berkata: “Sesungguhnya aku membawa hati dan jiwaku dalam setiap langkahku (selalu sungguh‑sungguh saat melanp.kah.) “
6) Bertahap (Memulai dari yang Mudah)
Jangan suka memulai pekerjaan dari sesuatu yang sulit karena akan membebani dirimu. Tapi mulailah dari yang paling mudah niscaya dirimu meniadi lebih siap untuk menghadapi sesuatu yang lebih sulit tingkatannya
Saya menjadi teringat kata teman saya sewaktu masih duduk dibangku SMA. Kalau kita ingin sukses dalam belajar, maka gunakanlah teknik burnas (bubur panas) dalam artian langkah belajar atau mengerjakan sesuatu, ibarat orang makan bubur panas. Saat orang makan bubur panas, tentu, ia akan mulai dari tepian bukan dari tengah, karena yang bagian tepi itu lebih dingin daripada yang tengah. Sehingga kalau kita mengerjakan soal, kelakanlah dari yang lebih mudah dahulu, terus be~alan menuju yang lebih sulit. Begitu pula saat menyelesaikan permasalahan hidup, selesaikanlah dari yang lebih mudah dahulu.
Kalau dipikir‑pikir memang ada benarnya juga. Karena dari situ kita akan mempunyai pengalaman dan bekal untuk menghadapi permasalahan yang lebih sulit. Hal itu sesuai dengan pengalaman dan perjalanan hidup kita di dalam menempuh jenjang pendidikan. Kita. tidak memulainya dari bangku SLTP atau yang sederajat. Tapi kita. memulai karier pendidikan. kita, dari TK ataupun SD. Hal ini karena bobot mata pelajaran untuk anak SLTP atau yang sede~at itu lebih sulit dari yang diajarkan di bangku SD atau TK. Seandainya kita langsung memulainya dari bangku SLTP yang mempunyai nota bene lebih sulit, tentu kita tidak akan bisa mengikutinya dengan baik.
Demikianlah, seharusnya kita memulai dari yang lebih mudah dalam segala hal, agar kita lebib siap untuk menghadapi pokok permasalahan Yang lebih sulit tingkatannya.
Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kebidupan) (Q.S. Al‑Insyiqaq [84]:19)
“Sesunggubnya Allab Swt merelakan kemudaban bagi umat ini dan dia membenci kesulitan baginya.,, (H.R. Al‑Tabrani dari Mihjan bin Adral ra.)
7) Tidak Berlebih-lebihan dalam Belajar
Kesalahan yang banyak dilakukan orang di dunia ini adalah memaksakan diri yang berlebihan akan kerja tubuhnya sehingga melampaui batas. Sebagai contoh adalah kebiasan. para pelajar yang belajar wayangan karena besok pagi mau ujian. Langkah ini sebenarnya tidak tepat karena telah memaksa tubuh dan otak untuk kerja ekstra. Dan, biasanya hasil yang diperolehnya juga tidak bisa maksimal.
“Katakanlab: “Hai Abli Kitab, janganlab kamu berlebib‑lebiban (tnelampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlab kamu mengikuti bawa nafsu orang‑orang yang telab sesat dabulunya (sebelum kedatangan Mubammad) dan mereka telab menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat darijalan yang lurus. ” (Q.S. Al‑Maidah t51:77)
“Dan orang‑orangyang apabila membelanjakan (barta), mereka tidak berlebib‑lebiban, dan tidak (pula) kikir, dan adalab (pembelanjaan itu) di tengab‑tengab antara yang demikian. ” (Q.S. Al‑Furqan [25]:67)
‘Ambillab pekerjaan yang mampu kalian kejjakan. Sesunggubnya Allab Swt tidak merasa bosan sebingga kita sendirilab yang merasa bosan. (H.R. Bukhari Muslim dari’Aisyah ra)
belajar secara bertahap dan tidak berlebih‑lebihan inilah yang menjadi kebiasaan para sahabat ra dalam. menuntut ilmu. Tiap kali belajar AlQuran, tidak lebih dari sepuluh ayat yang dipelajari, sebelum memahaminya betul. Dan hasilnya pun dapat kita saksikan kebanyakan. di antara mereka adalah orang yang hafal kitab suci AI‑Quran. Mereka adalah orang‑orang yang pandai di zamannya, serta orang‑orang yang cerdas, karetia menyesuaikan kemampuan akal mereka dengan AI‑Quran dan Hadits.
Abdullah bin Mas’ud ra berkata: “Kami mempelajari sepuluh ayatAl‑Quran dari Nabi Saw. Kami tidak mempelajari sepuluh ayat sesudahnya sampai kami mengetahui isinya.” Syarik ditanya: “Dari mengamalkannya?” Jawabnya: “Ya.” (H.R. Ibnu Asakir)
8) Kontinyu (Rutin)
Seseorang yang memiliki sikap ini, sebenarnya telah mendirikan benteng untuk mengawal imannya dari gangguan musuh. Sebaliknya tanpa sikap ini, seseorang telah membuka satu pintu kepada musuh untuk masuk ke dalarn hati dan merusak keimanannya. Oleh karena itu, supaya iman senantiasa ada dan tetap stabil, sikap istimrar (kontinyu) dalam berarnal sangatlah penting. la akan bertindak sebagai benteng yang akan dapat memelihara dan menyelamatkan iman dari serangan musuh, nafsu dan syaitan.
Oleh karena begitu baik dan pentingnya sikap istimrar dalarn berarnal ini, maka siapa saja yang memilikinya akan menjadikan dirinya di cintai oleh MIA Swt.
“Perkara agama yang paling dicintai Allab adalab apa‑apa yang pelakunya terus‑menems di atasnya. ” (H.R. Bukhari 3/36, Fathul Bari dan Mushm no. 784, 661)
Adapun kebaikan dari sikap istimrariyah yang dilakukan oleh seseorang Wah:
– Amalan yang dilakukannya akan lebih berkesan.
– jiwanya lebih tenang dan damai.
– Lebih dapat berlaku sabar.
– ‘Musuh‑musuhnya, seperti hawa nafsu dan syaitan, akan kesulitan menerobos masuk ke dalam hatinya.
“Dan janganlab kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benang yang sudab dipintalnya dengan kuat, menjadi cerai‑berai kembah. (Q.S. AI‑Nahl [161:92)
Demikian pula dalam masalah belajar ataupun yang lainnya, apabila dilakukan secara rutin atau kontinyu akan memberikan hasfl Yang lebih baik. Kecerdasan otak pun akan mengalami peningkatan jika diasah secara rutin.
9) Mengambil Pelajaran dari Setiap Kejadian
Abu Said ra berkata: bersabda Nabi Saw: “Bukanlab orang cerdik kecuali yang pemab tergelincir, dan bukan pula orang yang bijaksana kecuali yang berpengalaman. ” (H. R. Tirmidzi)
Ade Rai yang kita lihat sekarang ini sebagai atlet binaraga dengan tubuh kekar, dulunya adalah laki‑laki kurus dan bertubuh kecil. Tapi setelah ia berlatih dengan rutin dan tekun, jadilah ia atlet binaraga kenamaan di Indonesia.
Demikian pula dengan kecerdasan, insya Allah akan bisa ditingkatkan kemarnpuan jika biasa digunakan untuk berpikir. Sebagaimana bagian tubuh kita yang lainnya juga bisa dinaikkan kemampuannya jika dilatih dengan tekun. Sementara kalau tidak pernah dilatih, ada kecenderungan kemarnpuannya menurun.
Rasulullah Saw bersabda: “Hai Abu Dzar tidak ada akal yang baik seperti akal yang digunakan untuk berpikir. ” (H.R. Ibnu Hibban dalam Shahihnya juga Al‑Hakim dan ia mengatakan sebagai hadits yang shahih)
Maka termasuk langkah yang baik dalam meningkatkan kemarnpuan kecerdasan seseorang adalah senantiasa memikirkan dan mengambil pelajaran dan hikmah atas setiap kejadian yang dilihatnya.
“Maka Kamijadikan yang demikian itu peringatan bagi orang‑orang di masa itu dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang‑orang yang bertakwa. (Q ‑ S . Al‑Baqarah [ 2 ]:66)
“Seorang yang berakal bendaklab meneliti benar‑benar suasana zamannya, berbati‑bati dalam tindakannya serta menjaga baik‑baik
10) Bertanya Bila Tidak Tahu
Bermusyawarahlah dengan orang yang berpengalaman, karena pengalamannva yang diperolehnva dengan harga yang mahal diberikan kepadamu secara gratis.” (Nasihat Luqman kepada putranya)
Kesalahan yang sering dilakukan oleh mereka para penuntut ilmu adalah malu atau tidak mau bertanya padahal sebenarnya ia belum jelas tentang pelajaran yang disampaikan oleh sang pengajar. Dengan tidak mau bertanya padahal belum paham, akan mengakibatkan kebingungan sehingga mengganggu kinerja otak yang akan berakibat tidak’bisanya ia berpikir dengan baik. Sementara kalau orang tersebut bertanya, maka kebingungan tersebut akan hilang, ia akan menjadi paham dan kinerja otak pun tidak terganggu. Dan, jika masukan informasi ini merupakan suatu pengetahuan baru akan merangsang kecerdasan IQ untuk meresponnya, dan meningkatkan kemampuannya agar bisa menyesuaikan dengan informasi ini. Maka wajar saja kalau kita tidak mengerti akan sesuatu, dianjurkan untuk bertanya kepada mereka yang tahu agar kita punya masukan sebagai bahan pertimbangan untuk menyikapi dan menilai apa yang belum kita ketahui.
“Maka bertanyalab kepada orang yang mempunyai pengetabuan fika kamu tidak mengetabui. ” (Q.S. Al‑Nahl [16]:43)
Dan, seperti juga yang disampaikan oleh Ahnaf bin Qais ra saat ditanya; “Dengan cara apa kebenaranmu menjadi banyak dan kekeliruanmu menjadi sedikit dalam urusan dan kenyataan hidup yang kau hadapi?” Dia menjawab, “Dengan meminta pandangan orang‑orang yang berpengalaman.”
Saya menjadi teringat cerita anak paman saya, dan setiap teringat cerita itu saya ingin tertawa. Ceritanya kurang lebih begini bahwa suatu saat nenek/ kakeknya sakit mata. Dan kebetulan. di meja itu ada lem glukol. Entah malu atau gengsi ia tidak tanya terlebih dahulu. Lem glukol ini langsung dioleskan ke matanya, mungkin dikiranya salep mata. Setelah ditunggunya beberapa saat, ternyata ia tidak bisa membuka matanya karena lengket kena lem ini. Lantas ia memanggil anak paman saya tersebut. Lantas anak paman saya tersebut bertanya latar belakangnya kok sampai begitu. Setelah mendengar keterangan ini, anak paman saya tertawa terpingkal‑pingkal dan menganjurkan neneknya untuk membasuh muka. Kejadian ini dapat kita jadikan pelajaran bahwa “Malu bertanya’itu tidak bisa melihat (mana yang baik dan mana yang buruk).” Lanjutkan 21 Strategi dan Cara Belajar yang Benar Bagian II
Loading...
No comments:
Post a Comment