Sebelumnya silakan baca bagian pertama: 21 Strategi dan Cara Belajar yang Benar Bagian I
11) Tidak Malas untuk Mengulangi
“Sesungguhaa kesuksesan yang hakiki tak akan pernah dinikmati oleh mereka yang malas.”
Salah satu sifat manusia adalah pelupa. Walaupun ia pernah mengerjakan sesuatu pekerjaan, kadangkala ia lupa. Maka untuk menjaga agar ia tidak lupa, ia harus sering mempelajari ulang apa yang pernah ia dapatkan. Pengulangan ini akan lebih melekatkan apa yang kita ulang dalam. benak kita.
“Demikianlab Kami mengulang‑ulangi ayat‑ayat Kami supaya (orangorang) yang beriman mendapatpetunjuk dan yang mengakibatkan orangorang musyrik mengatakan: “Kamu telab mempelajari ayat‑ayat itu (dari Abli Kitab),” dan supaya Kami menjelaskan Al‑Quran itu kepada orangorangyang mengetabui. ” (Q.S. AI‑An’aam [6]:105)
Cuma yang jadi permasalahan adalah adanya perasaan enggan untuk mengulang pelajaran atau apa yang pernah ia dapatkan.
“Dan sesunggubnya Kami telab mengulang‑ulang kepada manusia dan Al‑Quran ini tiap‑tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak menyukai kecuali mengingkari(nya). ” (Q. S. AI‑Isra [ 17]:89)
[SSNI-296] https://woof.tube/stream/LUNio6u8aNW
12) Mencari Waktu yang Cocok untuk Belajar
“Berkata Musa: “Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialab di bari raya dan bendaklab dikumpulkan manusia pada waktu matabari sepenggalaban naik. ” (Q.S. Thaha [201:59)
Bila orang pandai memilih waktu yang tepat di dalam langkahnya, akan bisa menghasilkan hasil yang lebih baik. Tapi jika dirinya tidak bisa memilih waktu yang tepat akan memperburuk sesuatu yang sebenarnya baik. Lebih jelasnya perhatikan ayat berikut:
‘Dan ujilab anak Yatint itu sampai wereka clikup umur urtuk kawin. Kemudian jika tnenitrut pendapatmu inereka telab cerdas (fiandai mernelibara barta), maka serabkanlab kepada tnereka barta‑bartalga. Dan janganlab kamu tnemakan barta anak yatim lebib dari batas kepatutan dan Oanganlab kamu) tergesa‑gesa (membelanjakaniga) sebelum mereka dea,asa. ” (Q. S. Al‑Nisaa’ [ 4 ]:6) ‑
Demikianlah Allah mengajarkan kepada kita untuk memilih waktu yang tepat dalam melangkah agar mendatangkan hasil yang paling baik. Demikian juga dalam belajar kita harus pandai‑pandai menyiasati dan mencari waktu yang tepat untuk belajar. Yang intinya agar kita bisa lebih konsentrasi dan punya waktu yang cukup untuk belajar, termasuk tempat yang mendukung untuk belaiar.
Pemilihan waktu yang tepat akan dapat mengoptimalkan fungsi akal kita, sehingga ia akan menjadi lebih baik dalam kerjanya. jika hal ini senantiasa dilakukan akan melatih otak untuk bekerja secara, baik sehingga akan menambah kecerdasannya. Dan jika pemilihan I waktu yang tepat ini diterapkan pada perbuatan yang lainnya, juga akan dipat menghasilkan hal yang lebih baik dan sempurna. Contohnya adalah kita dianjurkan untuk shalat tahajud sebagai ibadah tambahan di waktu malam, kenapa tidak di siang hari?
Salah satu hikmahnya (wallahu a’lam bishawwab) adalah agar kita lebih bias khusyuk sehingga iman semakin naik dan tidak mengganggu kerja yang kita lakukan di siang hari.
‘Dan pada sebagian malam bari sbalat tabajudlab kamu sebagai suatu ibadab tambaban bagimu; udab‑mudaban Rabb‑mu mengangkat kamu ke tempatyang terpuji. ” (Q.S. Al‑Isra 1171:79)
13) Tidak Mudah Putus Asa/Pantang Menyerah
Untuk mendapatkan sebutir mutiara kadang kita perlu megyelam seribu kali ke dasar lautan.
Orang yang mengerti realitas hidup adalah mereka yang menyadari bahwa jalan yang dilaluinya di dunia tidak selamanya mulus. Mereka sadar tanpa mengenal rasa lelah dan putus asa. Perjalanan ini masih panjang, maka dibutuhkan keseriusan, ketekunan keuletan serta kesabaran. Kalau seorang musafir keluar dari jalan yang benar, da:n menjadikan malamnya hanya untuk tidur, kapan akan sampai pada tujuannya? Sekali lagi ingatlah bahwa buah para pejuang sama sekali tidak akan pernah sia‑sia. Bukankah orang akan dibalas menurut kadar amalnya?
14) Banyak Bergaul dengan Orang yang Pandai
Kalau kita bergaul dengan orang yang baik maka kita akan belajar kebaikan darinya. Tapi jika kita bergaul dengan orang yang bodoh, maka kita akan belajar kebodohan darinya. Dan kalau kita bergaul dengan orang yang pandai, maka kita akan menjadi pandai pula karena kita akan banyak mendapat pelajaran dari mereka. Dan kalau kita b~nyak bergaul dengan .orang‑orang yang cerdas, maka akal kita juga akan terpacu pula untuk cerdas ‘we‑na berusaha menangkap dan mengikuti kecerdasan teman bergaul.
‘Duduklab kita bersama‑sama dengan orang besar, bertanyalah kepada ulama, dan bergaullab dengan orang yang bijaksana. ” (H.R. Thabrani)
Yahya menyampaikan kepadaku, dari Malik bahwa ia mendengar bahwa Luqman al‑Hakim membuat surat wasiatnya dan menasihati anaknya, ia berkata: “Anakku! Duduklah dengan orang yang berpengetahuan tinggi dan tetap dekat kepada mereka. Allah memberi kehidupan hati dengan cahaya kearifan sebagaimana Allah memberi kehidupan kepada tanah yang mati dengan hujan berlimpah‑limpah dari langit.” (H.R. Malik bin Anas)
Umar bin Khathab ra pernah berkata: “Janganlah Kita melibatkan diri pada sesuatu yang tidak bertnanfaat bagimu, hindarilah musuhmu, dan hati‑hatilah dalam berteman kecuali dengan orang yang tepercaya, tidak ada orang yang tepercaya kecuali orang yang takut kepada Allah. janganlah kita berteman dengan orang yang durhaka karena kita akan belajar dari kedurhakaannya, janganlah kita memberitahukan rahasia dirimu kepadanya, dan musyawarahkan umsan dirimu dengan orang‑orang yang takut kepada Allah.”
Dan sering pula kegagalan langkah atau rusaknya akal itu terjadi karena pengaruh teman bergaul yang memiliki akal yang rusak sehingga penyesalanlah akhir dari itu semua. Sementara teman yangbaik akan menjadikan akalnya tetap teoaga baik bahkan kemampuan berpikimya akan bisa meningkat.
“Perumpamaan bergaul dengan orang sbalib itu adalab seperti bergaul dengan penjuallpembawa minyak wangi, sedangkan bergaul dengan orang jabat ibarat bergaul dengan tukang (pande) besi. Apabila bergaul dengan penjual minyak wangi adakalanya kita akan memperoleb pemberiannya, atau dapat membelinya. Sekurang‑kurangnya kita memperoleb bau wangi dari minyak tersebut. Sedangkan apabila bergaul dengan tukang (pande) besi, bisa sajapakaianmu terbakar atau paling tidak kita terkena bauyang tidak enak. ” (H.R. Bukhari‑Muslim)
“Kecelakaan besarlab bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulanjadi teman akrab(ku) .” (Q.S. Al‑Furqan [25]:28)
“Teman‑teman akrab pada bari itu sebagiannya menjadi musub bagi sebagian yang lain kecuali orang‑orang yang bertakwa. ” (Q. S. AI‑Zukruf [431:67)
15) Banyak Membaca
“Bila saya mempelajari satu masalab, maka itu lebib baik bagiku daripada bangun semalam suntuk. ” (Abu Darda’ ra)
Ada orang yang mengatakan membaca adalah membuka jendela dunia. Sehingga semakin banyak membaca, maka ia akan semakin banyak mengetahui keadaan dunia, karena dapat melihat dari berbagai sudut pandang. Manusia sebagai kbalifab fil ardbi sudah seharusnya menjadi manusia yang cerdas yang bisa melihat potensi dirinya dan alam sekitarnya dari berbagai sudut pandang. Untuk itulah manusia dianjurkan untuk membaca segala apa yang ia jumpai dari apa yang telah Allah ciptakan. Sesungguhnya Rasuluflah Saw memulai kesuksesan karimya dengan perintah dari Tuhannya untuk
membaca. Perintah ini kalau diteliti lebih jauh lagi adalah sangat tepat, karena dengan membaca ayat‑ayat Allah (kauniyah maupun kauliyah) harapannya menjadikan seseorang bisa melihat keagungan dan kebesaran Allah, lantas mengagungkan dan membesarkan‑Nya sehingga menjadi hamba‑Nya yang memiliki ketundukan yang sempurna di hadapan‑Nya.
“Bacalab dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang Menciptakan. ” (Q. S. Al‑’Alaq [ 96 ]: 1)
Dengan banyak membaca, maka syaraf otak akan terlatih terkondisi dan terpola sehingga mempercepat kecepatan ia memberikan respon terhadap sebuah fenomena. Dengan banyak membaca, maka seseorang akan mendapatkan instrumen‑instrumen dasar yang bermanfaat mempercepat dan mempelancar proses berpikirnya, karena dengan banyak membaca ibaratnya ia mendapat penunjuk jalan, sehingga tidak bingung terlebih dahulu jalan mana yang harus dilaluinya.
“‘Kehebatan daya cipta adalah berkat rajin membaca sehingga kekayaan serta kebahagian apa pun dapat dicapai oleh orang vang banyak pengetahuan. ” (Sir George Bernad Shaw)
“Hampir semua orang hebat di dunia ini lahir dari orang‑orang yang keranjingan membaca buku‑buku!” (Andrew Carnegie)
Meskipun demikian, tapi yang perlu diingat di sini adalah bahwa yang, perlu dibaca adalah hal‑hal yang mendatangkan manfaat bukan hal‑hal yang justru mendatangkan keburukan buat dirinya.
16) Meninggalkan yang Tidak Berguna Bagi Dirinya
Jika engkau ingin sukses dalam kehidupan ini, maka ambillah apa-apa yang ada manfaatnya dan tinggalkanlah segala yang tidak bermanfaat “
Melakukan sesuatu yang tidak berguna bagi dirinya, adalah termasuk tanda orang yang bodoh. Sementara meninggalkan apa yang tidak berguna bagi dirinya untuk berpindah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya
17) Tidak Menyia‑nyiakan Kesempatan yang Ada
“Banyak orang mengbadapi satu bari ternyata tidak mencapai sepenubnya, banyak pula orang yang menunggu bail esok ternyata tidak sampaipadanya;kalaukitamemandangajalkematiandanpeijalanannya, niscaya menjadi bend terbadap lamunan dan tipuannya.” (H.R. Ad Dailamiy)
Perasaan menyesal biasanya timbul ketika seseorang kehflangan kesempatan emas. Sebenarnya ia tak harus mengalami hal itu jika ia bisa memanfkatkan setiap kesempatan yang ada dengan sebaik‑baiknya. Sebuah kesempatan itu lebih mahal harganya dari intan pennata, karena ia tak datang untuk yang kedua kalinya.
“Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara lainnya, yaitu: bidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, senggang (luang)mu sebelum sibukmu, mudamu sebelum tuamu, kayamu sebelum miskinmu.” (H.R. Al‑Baihaqi dari Ibnu Abbas ra.)
Pemah Abu Bakar berkata kepada Umar ra, “Ketabuilab sesunggubnya bagi Allab amalan di waktu siang tidak akan diterima di waktu malam, dan amalan di waktu malam tidak akan diterima di waktu siang. “
Orang yang cerdas akan memahami arti pentingnya kesempatan, sehingga ia tidak ingin menyia‑nyiakan kesempatan yang ada. Sementara orang yang lemah adalah mereka yang malas‑malasan, menyia‑nyiakan sebuah kesempatan yang baik dan baru menyesal ketika kesempatan itu telah pergi meninggalkan dirinya.
Termasuk menyia‑nyiakan kesempatan adalah menunda sebuah pekerjaan, padahal sebenarnya hal itu bisa dike~akan saat itu juga, seperti yang dikatakan seorang penyair: “Tidak akan kutunda tugas bari ini untuk bari esok karena malas. Sesunggubnya bari bagi orang‑orang yang lemab adalab bail esok. “
18) Selalu Berprinsip Hari Ini Harus Lebih Baik dari dan Esok Harus Lebih Baik dari Hari Ini.
“Adanya perubahan ke arah yang lebih baik adalah tanda orang yang cerdas yang mau diuntung. Sedangkan adanya perubahan ke arah yang lebih buruk adalah tanda orang bodoh yang tidak mau diuntung.
Orang yang pandai adalah mereka yang selalu bisa menjadi lebih baik dari keadaan yang sebelumnya. Sama apalagi lebih buruk dari hari kemarin adalah sebagai suatu indikator ketid kcakapan seseorang di dalam bergulat dengan hari yang datafW saat itu.
“Barangsiapa yang bari ini sama dengan bail kemarin maka dia termasuk orang‑orangyang merugi.” (H.R. Ad‑Dailami)
Dengan demikian tiada jalan lain yang lebih baik kecuali berusaha dengan segenap potensi untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Sehingga jalan yang ditempuh oleh orang yang sadar akan hal ini adalah selalu berlomba‑lomba dalam kebaikan.
“Maka berlomba‑lombalab kamu (dalam membuat) kebaikan.” (Q.S. Al‑Baqarah [2]:148)
Perlombaan dalam kebaikan inflah yang akan memacu seseorang untuk selalu berusaha menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya. Sebab bila keadaannya sama tentu akan kalah dalam perlombaan. tersebut. Untuk itu jika kita hari ini sudah bisa menguasai satu bab, kita harus meningkat ke bab befflwtnya esok hari. Demikian seterusnya kita harus meningkatkan kemampuan kita untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Usman bin Affan ra berkata: “Barangsiapa dari hari ke hari tidak bertambah kebaikannva, maka itulah orang yang berkemas‑kemas menuju neraka secara sadar. ” (H. R. Al‑Askariy)
Demikianlah orang yang memiliki bekal takwa akan senantiasa berhati‑hati dengan umur yang dimiliki, jangan sampai satu detik pun dari umurnya itu terlewatkan dengan sia‑sia. la dengan tawakalnya akan memerhatikan betul apa yang diperbuatnya dengan umurnya, karena kesadaran dirinya bahwa Allah itu senantiasa mengawasi dan akan menanyakan apa yang telah diperbuatnya. Maka dari itu, ia akan selalu menikmati umurnya dengan mengisi fial‑hal yang baik, yang berguna untuk meningkatkan derajat takwa dan tawakal, dengan cara berprinsip esok hari harus lebih baik dari sekarang dan sekarang harus lebih baik dari kemarin.
Allah berfirman dalam sebuah hadits qudsi: “Pada setiapfajar ada dua malaikatyang berseru, ‘Wabai anak Adam aku adalab bari yang baT, dan aku datang untuk menyaksikan amalanmu. Oleb sebab itu manfaatkanlab aku sebaik‑baiknya. Karena aku tidak akan kembali lagi sebingga bad pengadilan. ” (H.R. Tirmidzi)
Selain itu ia akalnya akan selalu terpacu untuk berpikir kreatif, yaitu mencari sesuatu yang bermanfaat buat dirinya agar bisa lebih baik dari keadaan sebelumnya. Dan hal, inilah yang menjadikan akalnya bertambah, kemampuan kerjanya meningkat dalam menganalisa sebuah kejadian.
19) Skala Prioritas
“Orang vang pandai membuat skala prioritas akan lebih mudah m puncak kesuksesan.,”
Manusia di dunia itu memiliki banyak keinginan dan kepentingan, sementara yang ia inginkan adalah tercapainya semua itu. Padahal kenyataan yang tidak bisa dipungkiri lagi adalah adanya ketidaksempurnaan dan keterbatasan. dirinya, sehingga semua yang menjadi keinginan dan kepentingannya tidak mungkin bisa diraih semuanya. Untuk itulah manusia dituntut pandai‑pandai memilih dan memilah mana yang seharusnya didahulukan di antara kepentingan dan keinginan yang ada.
Ibnu Taimiyah berkata: “Sudah merupakan suatu kewajiban. untuk mendatangkan dan menyempurnakan kemaslahatan (kebaikan) serta Ada juga yang berkata: “Kalau engkau kehilangan dunia niscaya engkau masih bisa mencari gantinya. Tapi jika engkau kehilangan. Allah, maka engkau tak akan pernah mendapatkan ganti‑Nya.”
20) Selalu Optimis
“Kebaikan itu terletak dalam upaya meninggalkan pesimis.“ (Ahli Hikmah)
Rasa pesimis adalah awal sebuah kegagalan, sedangkan rasa optimis itu memberikan sebuah kekuatan jiwa untuk meraih sebuah keberhasilan. Untuk itulah jika kita ingin hidup sukses, kita harus bisa membangun rasa optimis di dalam diri kita.
‘Janganlab katnu bersikap lemab (pesimis), dan janganlab (pula) kamu bersedib bati, padabal kamulab orang‑orang yang paling tinggi (derajatnya), fika kamu orang‑orang yang beriman. ” (Q.S. Ali Imran [31:139)
Rasa optimis yang benar dari seorang hamba adalah. sikap tenang dirinya untuk meraih kesuksesan, karena yakin akan kemudahan dan pertolongan dari Allah pengatur setiap kejadian yang terjadi di alam ini. Semakin kuat kepercayaan akan kemudahan dan pertolongan Allah, akan semakin mempertebal sikap optimis dalam dirinya. Kepercayaan ini tak mungkin bisa hadir di hati seorang hamba kecuali ia bisa tawakal. kepada‑Nya. Semakin sempurna rasa tawakalnya, maka rasa optimis dalam dirinya juga semakin kuat.
Rasa tawakal inilah yang membuat pasukan Islam di Perang Tabuk, walaupun cuma berjumlah. sekitar 3000 orang, tidak dapat ditundukkan. oleh pasukan Romawi yang berjumlah sekitar 200.000 orang. Bahkan pasukan Islam yang hanya berjumlah kurang lebih cuma 7000 orang mampu menundukkan pasukan Parsi yang berjumlah kurang lebih 30‑000 pasukan dengan persenjataan yang lebih lengkap dan modern saat itu. Kejadian ini.
21) Istirahat yang Cukup
“Orang yang bijak akan selalu memberi kesempatan tubuhya untuk istirahat yang cukup.”
Sesungguhnya manusia itu bukanlah robot yang dapat bekerja terus‑menerus tanpa rasa lelah. Tapi manusia adalah makhluk yang bisa mengalami kelelahan, jika terus‑menerus melakukan aktivitas. Dan saat ia mengalami kelelahan, maka, efektivitas, kerjanya juga semakin menurun seirama dengan meningkatkan kelelahan dirinya. Bahkan saat kelelahan ini sampai pada titik jenuhnya, maka. manusia tidak akan dapat melakukan aktivitasnya sama sekali. Tubuh yang lelah akan menjadikan otak tidak bisa bekerja secara baik, sehingga kemampuan berpikir seseorang juga tidak sempurna. Semakin lelah tubuh seseorang, maka. semakin malas ia untuk berpikir. Dan untuk bisa memulihkan hal itu ia butuh istirahat yang cukup.
“Dialab yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirabat, dan Dia wnjadikan siang untuk bangun berusaba.” (Q.S. Al‑Furqaan [25]:47)
Dengan demikian, kita menjadi mengerti bahwa istirahat yang cukup
itu bermanfaat untuk menyegarkan dan menjaga kestabilan kerja tubuh dan seluruh syarafnya, sehingga kemampuan berpikirnya juga bisa optimal. Contoh nyata dalam. hal ini adalah saat orang mengantuk karena kelelahan. Saat ia mengantuk maka ia menjadi malas berpikir, inginnya tidur saja. jelas orang ini akalnya tidak mungkin bisa bekerja secara optimal.
Muhammad Ibnu Yazdad meriwayatkan dari Maimun bin Mihran dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Tidur di pagi bari merusak jiwa dan tubuh), tidur di siang hari menambab semangat bekerja dan kreativitas, dan tidur di sore hari Penyebab kebodoban. “
Loading...
No comments:
Post a Comment