ILMU TENTANG MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN - Berikut ini akan ditampilkan sekilas pelajaran sosiologi dengan pokok bahasan Ilmu tentang masyarakat dan lingkungan dengan fokus perbincangan adalah konsep dasar sosiologi, masyarakat dan lingkungan, Sifat, Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi,, Sosialisasi dan pembentukan kepribadian,Kegunaan Sosiologi,Objek Sosiologi
Konsep Dasar Sosiologi
Jika dibandingkan dengan ilmu sosial yang lain, apalagi ilmu alam, sosiologi tergolong ilmu yang baru. Dahulu filsafat merupakan induk semua ilmu, dan karena kebutuhan manusia, filsafat dibagi-bagi sampai seperti saat ini. Begitu pula sosiologi.
1. Sejarah Perkembangan Sosiologi
Istilah sosiologi untuk pertama kali diciptakan oleh Auguste Comte dan oleh karenanya Comte sering disebut sebagai bapak sosiologi. Istilah sosiologi ia tuliskan dalam karya utamanya yang pertama, berjudul The Course of Positive Philosophy, yang diterbitkan dalam tahun 1838. Karyanya menunjukkan bahwa penelitian pada masyarakat harus melalui langkah ilmiah yang sistematis. Hal ini merupakan pandangan baru pada saat itu.
Gagasan Auguste Comte disambut luas oleh banyak orang, terbukti oleh munculnya ilmuwan-ilmuwan di bidang sosiologi, seperti: Pitrim A. Sorokin, Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, George Simmel, dan Max Weber.
2. Definisi Sosiologi
Sosiologi berasal dari bahasa Yunani (latin). Sosiologi berasal dari kata socius yang berarti kawan, dan logos yang berarti cerita. Jadi Sosiologi berarti cerita kawan (masyarakat). Berikut adalah definisi sosiologi menurut para ahli, diantaranya:
a. William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
b. Emile Durkheim
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial yaitu fakta-fakta yang berisikan cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu
c. Soerjono Soekanto
Sosiologi merupakan ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat
d. J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers
sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
e. Roucek dan Warren
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
f. Pitirim A. Sorokin
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
g. Paul B. Horton
sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
h. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mengkaji interaksi antara manusia dengan manusia atau antar sesama manusia dalam kelompok beserta produk-produk yang dihasilkan dari interaksi tersebut yang berupa nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan yang dianut oleh kelompok atau masyarakat terkait.
MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN
Pengertia Masyarakat adalah sekelompok individu yang memiliki kepentingan bersama dan memiliki budaya serta lembaga yang khas. Sedangkan lingkungan adalah keadaan alam dan masyarakat manusia saling berinteraksi. Dalam masyarakat terdapat keragaman horizontal dan pertikal. Keragaman horizontal adalah ketidaksamaan sosial yang bersifat sejajar, tidak ada perbedaan tinggi rendah. Sedangkan keragaman pertikal adalah ada nya ketidak samaan yang bersifat berjenjang atau perbedaan tinggi rendah .
Masyarakat tinggal dalam suatu wilayah yang sama dan saling berinteraksi, mereka di satukan oleh nilai dan norma-norma social yang di terima bersama. Nilai social adalah hal-hal yang di anggap berharga oleh suatu masyarakat, sedangkan norma sosial adalah ukuran antara (benar dan salah, tepat atau tidak tepat pantas atau tidak pantas ) perilaku seseorang dalam masyarakat . nilai dan norma sosial itu lah yang mengatur kehidupan mereka sebagai sebuah masyarakat .
Sejarah istilah sosiologi Istilah Sosiologi sebagai cabang ilmu sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan prancis bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada abad ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial
Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia. Comte membedakan antara sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat dan sosiologi dinamis dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk
l. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia. Comte membedakan antara sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat dan sosiologi dinamis dimana
perhatian dipusatkan tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan. Rintisan Comte tersebut
disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi.
Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max
Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi Émile Durkheim ilmuwan sosial Perancis berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin memperkenalkan pendekatanfungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
Herbert Spencer d inggris mempublikasikan Sosiology dan memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
Sifat, Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi
Empat sifat dasar sosiologi:
a. Sosiologi bukanlah ilmu pengetahuan alam maupun kerohanian, tetapi yang menjadi pembeda bukanlah metode. Melainkan pada isi.
b. Sosiologi bukanlah ilmu normatif, tetapi kategoris, artinya membatasi diri pada kejadian dewasa ini, bukanlah kejadian yang terjadi atau seharusnya terjadi.
c. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan murni (pure science)
d. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak, bukan konkret. Artinya, dalam sosiologi yang diperhatikan adalah bentuk dan pola peristiwa-peristiwa dalam masyarakat.
5. Spesialisasi dalam Sosiologi
Ciri-Ciri Sosiologi
Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat. Sosiologi sebagai ilmu telah
memenuhi semua unsur ilmu pengetahuan. Menurut Harry M. Johnson, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut.
1. Empiris, yaitu didasarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulasi (menduga-
duga).
2. Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur- unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori.
3. Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
4. Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.
Ciri-ciri Sosiologi sebagai ilmu Pengetahuan
Menurut Harry M. Johnson yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bersifat empiris (berdasarkan observasi dan akal sehat, tidak spekulatif)
b. Bersifat teoritis (selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi, dan abstraksi itu merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan menjelaskan sebab-akibat.
c. Bersifat kumulatif (teori-teori sosiologi berasal dari teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki, diperluas, dan diperhalus
d. Bersifat nonetis (tidak mempersoalkan baik dan buruk tetapi fakta tersebut)
Metode Sosiologi
Sosiologi memerlukan penelitian sosial, dan untuk melakukan penelitian sosial diperlukan metode ilmiah. Berikut adalah tahap-tahap dari metode ilmiah:
a. Merumuskan masalah
b. Meninjau kepustakaan
c. Merumuskan hipotesis
d. Merencanakan desain penelitian
e. Mengumpulkan data
f. Menganalisi data
g. Menarik kesimpulan
Metode adalah cara kerja yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu.
Adapun metode-metode yang sering digunakan dalam penelitian sosiologi:
a. Metode statistik
Metode ini biasa dipakai untuk menunjukkan hubungan atau pengaruh kausalitas dan memperkecil pendapat sepihak dengan mencari responden yang banyak pada kejadian tertentu dan dilakukan numerasi dalam bentuk tabel pada jawaban-jawaban itu.
b. Metode Eksperimen
Dilakukan eksperimen pada dua kelompok. Kedua kelompok tersebut adalah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Ada dua jenis metode eksperimen, eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan.
c. Metode induktif dan deduktif
Metode induktif digunakan untuk mempelajari kaidah umum dengan mempelajari gejala khusus dan sebaliknya untuk deduktif.
d. Metode studi kasus
Metode ini digunakan untuk mempelajari kebenaran dari kasus tertentu.
e. Metode survai lapangan
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang hanya bisa didapat dari kehidupan masyarakat secara langsung.
Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sebagai berikut.
1. Sosiologi adalah ilmu sosial karena yang dipelajari adalah gejala-gejala kemasyarakatan.
2. Sosiologi termasuk disiplin ilmu normatif, bukan merupakan disiplin ilmu kategori yang membatasi diri pada kejadian saat ini dan bukan apa yang terjadi atau seharusnya terjadi.
3.Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure science) dan ilmu pengetahuan terapan.
4.Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu pengetahuan konkret. Artinya yang menjadi perhatian adalah bentuk dan pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
5.Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.
6.Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut metode yang
digunakan.
7.Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang ada pada interaksi antara manusia.
Kegunaan Sosiologi
Kegunaan Sosiologi dalam masyarakat,antara lain:
Untuk pembangunan
Sosiologi berguna untuk memberikan data-data sosial yang diperlukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan
maupun penilaian pembangunan
Untuk penelitian
Tanpa penelitian dan penyelidikan sosiologis tidak akan diperoleh perencanaan sosial yang efektif atau pemecahan masalah-masalah sosial dengan baik
Objek Sosiologi
Secara garis besar terdapat tiga pendapat tentang objek sosiologi, yaitu sebagai berikut:
Menurut George Simmel Objek Sosiologi adalah Individu, sedangkan Ludwik Gumplowicz, mengatakan bahwa Objek Sosiologi adalah kelompok masyarakat dan realitas sosial dimasyarakat.
Sedangkan Meyer F. Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi memiliki 7 objek besar sebagai berikut:
a. Faktor dalam kehidupan sosial manusia
b. Kebudayaan
c. Sifat hakiki manusia
d. Kelakuan kolektif
e. Persekutuan hidup
f. Lembaga sosial
g. Perubahan sosial
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek.
Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antara manusia yang
memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.
Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.
Objek budaya salah satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan satu dengan yang lain.
Pengaruh dari objek dari agama ini dapat menjadi pemicu dalam hubungan sosial masyarakat.dan banyak juga hal-hal ataupaun dampak yang memengaruhi hubungan manusia.
Ruang Lingkup Kajian Sosiologi
Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi mengkaji lebih mendalam pada bidangnya dengan cara bervariasi.
Misalnya seorang sosiologi mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di Indonesia saat ini, mereka akan
mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Hampir semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun
di kota baik individu ataupun kelompok, merupakan ruang kajian yang cocok bagi sosiologi, asalkan menggunakan prosedur ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas dari ilmu sosial lainnya. Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok di lingkugan masyarakat. Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut jika dirincikan menjadi beberapa hal, misalnya antara lain:
Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan produksi, distribusi,dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam;
Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa yang dialami warganya;
Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya usaha kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat, dan sebagainya.
Sosiologi menggabungkan data dari berbagai ilmu pengetahuan sebagai dasar penelitiannya. Dengan demikian sosiologi dapat dihubungkan dengan kejadian sejarah, sepanjang kejadian itu memberikan keterangan beserta uraian proses berlangsungnya hidup kelompok-kelompok, atau beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kelompok manusia. Sebagai contoh, riwayat suatu negara dapat dipelajari dengan mengungkapkan latar belakang terbentuknya suatu negara, faktor-faktor, prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara di masa yang akan datang.
perhatian dipusatkan tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan. Rintisan Comte tersebut
disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi.
Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max
Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi Émile Durkheim ilmuwan sosial Perancis berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin memperkenalkan pendekatanfungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
Herbert Spencer d inggris mempublikasikan Sosiology dan memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
Sifat, Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi
Empat sifat dasar sosiologi:
a. Sosiologi bukanlah ilmu pengetahuan alam maupun kerohanian, tetapi yang menjadi pembeda bukanlah metode. Melainkan pada isi.
b. Sosiologi bukanlah ilmu normatif, tetapi kategoris, artinya membatasi diri pada kejadian dewasa ini, bukanlah kejadian yang terjadi atau seharusnya terjadi.
c. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan murni (pure science)
d. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak, bukan konkret. Artinya, dalam sosiologi yang diperhatikan adalah bentuk dan pola peristiwa-peristiwa dalam masyarakat.
5. Spesialisasi dalam Sosiologi
IPX-393 https://onlystream.tv/7wn3ka925e8yDalam ilmu sosiologi menekankan pada perilaku manusia di masyarakat. Namun demikian, para sosiolog umumnya memiliki pendekatan yang berbeda-beda dalam melihat objek sosiologi ini. Ada yang mungkin lebih menarik untuk mengupas tentang perilaku manusia yang menyimpang, tetapi ada juga yang lebih tertarik mengupas tentang aspek politik dari kehidupan sosial masyarakat.
Ciri-Ciri Sosiologi
Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat. Sosiologi sebagai ilmu telah
memenuhi semua unsur ilmu pengetahuan. Menurut Harry M. Johnson, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut.
1. Empiris, yaitu didasarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulasi (menduga-
duga).
2. Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur- unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori.
3. Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
4. Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.
Ciri-ciri Sosiologi sebagai ilmu Pengetahuan
Menurut Harry M. Johnson yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bersifat empiris (berdasarkan observasi dan akal sehat, tidak spekulatif)
b. Bersifat teoritis (selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi, dan abstraksi itu merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan menjelaskan sebab-akibat.
c. Bersifat kumulatif (teori-teori sosiologi berasal dari teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki, diperluas, dan diperhalus
d. Bersifat nonetis (tidak mempersoalkan baik dan buruk tetapi fakta tersebut)
Metode Sosiologi
Sosiologi memerlukan penelitian sosial, dan untuk melakukan penelitian sosial diperlukan metode ilmiah. Berikut adalah tahap-tahap dari metode ilmiah:
a. Merumuskan masalah
b. Meninjau kepustakaan
c. Merumuskan hipotesis
d. Merencanakan desain penelitian
e. Mengumpulkan data
f. Menganalisi data
g. Menarik kesimpulan
Metode adalah cara kerja yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu.
Adapun metode-metode yang sering digunakan dalam penelitian sosiologi:
a. Metode statistik
Metode ini biasa dipakai untuk menunjukkan hubungan atau pengaruh kausalitas dan memperkecil pendapat sepihak dengan mencari responden yang banyak pada kejadian tertentu dan dilakukan numerasi dalam bentuk tabel pada jawaban-jawaban itu.
b. Metode Eksperimen
Dilakukan eksperimen pada dua kelompok. Kedua kelompok tersebut adalah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Ada dua jenis metode eksperimen, eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan.
c. Metode induktif dan deduktif
Metode induktif digunakan untuk mempelajari kaidah umum dengan mempelajari gejala khusus dan sebaliknya untuk deduktif.
d. Metode studi kasus
Metode ini digunakan untuk mempelajari kebenaran dari kasus tertentu.
e. Metode survai lapangan
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang hanya bisa didapat dari kehidupan masyarakat secara langsung.
Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sebagai berikut.
1. Sosiologi adalah ilmu sosial karena yang dipelajari adalah gejala-gejala kemasyarakatan.
2. Sosiologi termasuk disiplin ilmu normatif, bukan merupakan disiplin ilmu kategori yang membatasi diri pada kejadian saat ini dan bukan apa yang terjadi atau seharusnya terjadi.
3.Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure science) dan ilmu pengetahuan terapan.
4.Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu pengetahuan konkret. Artinya yang menjadi perhatian adalah bentuk dan pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
5.Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.
6.Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut metode yang
digunakan.
7.Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang ada pada interaksi antara manusia.
Kegunaan Sosiologi
Kegunaan Sosiologi dalam masyarakat,antara lain:
Untuk pembangunan
Sosiologi berguna untuk memberikan data-data sosial yang diperlukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan
maupun penilaian pembangunan
Untuk penelitian
Tanpa penelitian dan penyelidikan sosiologis tidak akan diperoleh perencanaan sosial yang efektif atau pemecahan masalah-masalah sosial dengan baik
Objek Sosiologi
Secara garis besar terdapat tiga pendapat tentang objek sosiologi, yaitu sebagai berikut:
Menurut George Simmel Objek Sosiologi adalah Individu, sedangkan Ludwik Gumplowicz, mengatakan bahwa Objek Sosiologi adalah kelompok masyarakat dan realitas sosial dimasyarakat.
Sedangkan Meyer F. Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi memiliki 7 objek besar sebagai berikut:
a. Faktor dalam kehidupan sosial manusia
b. Kebudayaan
c. Sifat hakiki manusia
d. Kelakuan kolektif
e. Persekutuan hidup
f. Lembaga sosial
g. Perubahan sosial
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek.
Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antara manusia yang
memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.
Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.
Objek budaya salah satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan satu dengan yang lain.
Pengaruh dari objek dari agama ini dapat menjadi pemicu dalam hubungan sosial masyarakat.dan banyak juga hal-hal ataupaun dampak yang memengaruhi hubungan manusia.
Ruang Lingkup Kajian Sosiologi
Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi mengkaji lebih mendalam pada bidangnya dengan cara bervariasi.
Misalnya seorang sosiologi mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di Indonesia saat ini, mereka akan
mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Hampir semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun
di kota baik individu ataupun kelompok, merupakan ruang kajian yang cocok bagi sosiologi, asalkan menggunakan prosedur ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas dari ilmu sosial lainnya. Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok di lingkugan masyarakat. Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut jika dirincikan menjadi beberapa hal, misalnya antara lain:
Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan produksi, distribusi,dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam;
Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa yang dialami warganya;
Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya usaha kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat, dan sebagainya.
Sosiologi menggabungkan data dari berbagai ilmu pengetahuan sebagai dasar penelitiannya. Dengan demikian sosiologi dapat dihubungkan dengan kejadian sejarah, sepanjang kejadian itu memberikan keterangan beserta uraian proses berlangsungnya hidup kelompok-kelompok, atau beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kelompok manusia. Sebagai contoh, riwayat suatu negara dapat dipelajari dengan mengungkapkan latar belakang terbentuknya suatu negara, faktor-faktor, prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara di masa yang akan datang.
Sosiologi mempertumbuhkan semua lingkungan dan kebiasaan manusia, sepanjang kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia dan dapat memengaruhi pengalaman yang dirasakan manusia, serta proses dalam kelompoknya. Selama kelompok itu ada, maka selama itu pula akan terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar, mekanisme, masalah, dan perkembangan sifat kelompok tersebut. Semua faktor tersebut dapat
memengaruhi hubungan antara manusia dan berpengaruh terhadap analisis sosiologi.
Perkembangan sosiologi dari abad ke abad Perkembangan pada abad pencerahan Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran.
Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di abad pertengahan, seperti Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana,manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan
dan pertanggungjawaban ilmiah tentang
perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa ini.
Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M), turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai tampak di abad ini. Para ahli di zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia.
Pengaruh perubahan yang terjadi di abad pencerahan Perubahan-perubahan besar terus berkembang secara
revolusioner sapanjang abad ke-18 M. Dengan cepat struktur masyarakat lama berganti dengan struktur yang lebih baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi
Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para
ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam masyarakat.
Gejolak abad revolusi
Perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur masyarakat yang sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangasawan dan kaum Rohaniwan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan.
Revolusi Perancis berhasil mengubah struktur masyarakat feodal ke masyarakat yang bebas Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan masyarakat yang besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara dini.
Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya :
Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat diketahui
penyebab dan akibatnya.
Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam
masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk akal.
Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian)
SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
A. Pengertian Sosialisasi
Manusia berbeda dari binatang. Perilaku pada binatang dikendalikan oleh instink/naluri yang merupakan bawaan sejak awal kehidupannya.
Binatang tidak menentukan apa yang harus dimakannya, karena hal itu sudah diatur oleh naluri. Binatang dapat hidup dan melakukan hubungan berdasarkan nalurinya.
Manusia merupakan mahluk tidak berdaya kalau hanya mengandalkan nalurinya. Naluri manusia tidak selengkap dan sekuat pada binatang. Untuk mengisi kekosongan dalam kehidupannya manusia mengembangkan kebudayaan. Manusia harus memutuskan sendiri apa yang akan dimakan dan juga kebiasaan-kebiasaan lain yang kemudian menjadi bagian dari kebudayaannya. Manusia mengembangkan
kebiasaan tentang apa yang dimakan, sehingga terdapat perbedaan makanan pokok di antara kelompok/masyarakat. Demikian juga dalam hal hubungan antara laki-laki dengan perempuan, kebiasaan yang berkembang dalam setiap kelompok menghasilkan bermacam-macam sistem pernikahan dan kekerabatan yang berbeda satu dengan lainnya.
Dengan kata lain, kebiasaan-kebiasaan pada manusia/masyarakat diperoleh melalui proses belajar, yang disebut sosialisasi. Berikut beberapa definisi mengenai sosialisasi.
Peter L. Berger:
Sosialisasi adalah proses dalam mana seorang anak belajar menjadi seseorang yang berpartisipasi dalam masyarakat. Yang dipelajari dalam sosialisasi adalah peran-peran, sehingga teori sosialisasi adalah teori mengenai peran (role theory).
Sosialisasi adalah proses mempelajari nilai, norma, peran dan Robert M.Z. Lawang:persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan seseorang dapat berpartisipasi secara efektif dalam kehidupan sosial.
Horton dan Hunt: Suatu proses yang terjadi ketika seorang individu menghayati nilai-nilai dan norma-norma
kelompok di mana ia hidup sehingga terbentuklah kepribadiannya.
Dalam proses sosialisasi terjadi paling tidak tiga proses, yaitu: (1) belajar nilai dan norma (sosialisasi), (2) menjadikan nilai dan norma yang dipelajari tersebut sebagai milik diri
memengaruhi hubungan antara manusia dan berpengaruh terhadap analisis sosiologi.
Perkembangan sosiologi dari abad ke abad Perkembangan pada abad pencerahan Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran.
Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di abad pertengahan, seperti Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana,manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan
dan pertanggungjawaban ilmiah tentang
perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa ini.
Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M), turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai tampak di abad ini. Para ahli di zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia.
Pengaruh perubahan yang terjadi di abad pencerahan Perubahan-perubahan besar terus berkembang secara
revolusioner sapanjang abad ke-18 M. Dengan cepat struktur masyarakat lama berganti dengan struktur yang lebih baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi
Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para
ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam masyarakat.
Gejolak abad revolusi
Perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur masyarakat yang sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangasawan dan kaum Rohaniwan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan.
Revolusi Perancis berhasil mengubah struktur masyarakat feodal ke masyarakat yang bebas Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan masyarakat yang besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara dini.
Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya :
Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat diketahui
penyebab dan akibatnya.
Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam
masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk akal.
Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian)
SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
A. Pengertian Sosialisasi
Manusia berbeda dari binatang. Perilaku pada binatang dikendalikan oleh instink/naluri yang merupakan bawaan sejak awal kehidupannya.
Binatang tidak menentukan apa yang harus dimakannya, karena hal itu sudah diatur oleh naluri. Binatang dapat hidup dan melakukan hubungan berdasarkan nalurinya.
Manusia merupakan mahluk tidak berdaya kalau hanya mengandalkan nalurinya. Naluri manusia tidak selengkap dan sekuat pada binatang. Untuk mengisi kekosongan dalam kehidupannya manusia mengembangkan kebudayaan. Manusia harus memutuskan sendiri apa yang akan dimakan dan juga kebiasaan-kebiasaan lain yang kemudian menjadi bagian dari kebudayaannya. Manusia mengembangkan
kebiasaan tentang apa yang dimakan, sehingga terdapat perbedaan makanan pokok di antara kelompok/masyarakat. Demikian juga dalam hal hubungan antara laki-laki dengan perempuan, kebiasaan yang berkembang dalam setiap kelompok menghasilkan bermacam-macam sistem pernikahan dan kekerabatan yang berbeda satu dengan lainnya.
Dengan kata lain, kebiasaan-kebiasaan pada manusia/masyarakat diperoleh melalui proses belajar, yang disebut sosialisasi. Berikut beberapa definisi mengenai sosialisasi.
Peter L. Berger:
Sosialisasi adalah proses dalam mana seorang anak belajar menjadi seseorang yang berpartisipasi dalam masyarakat. Yang dipelajari dalam sosialisasi adalah peran-peran, sehingga teori sosialisasi adalah teori mengenai peran (role theory).
Sosialisasi adalah proses mempelajari nilai, norma, peran dan Robert M.Z. Lawang:persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan seseorang dapat berpartisipasi secara efektif dalam kehidupan sosial.
Horton dan Hunt: Suatu proses yang terjadi ketika seorang individu menghayati nilai-nilai dan norma-norma
kelompok di mana ia hidup sehingga terbentuklah kepribadiannya.
Dalam proses sosialisasi terjadi paling tidak tiga proses, yaitu: (1) belajar nilai dan norma (sosialisasi), (2) menjadikan nilai dan norma yang dipelajari tersebut sebagai milik diri
B. Fungsi Sosialisasi
1. Bagi individu: agar dapat hidup secara wajar dalam kelompo/masyarakatnya, sehingga tidak aneh dan diterima oleh warga masyarakat lain serta dapat berpartisipasi aktif sebagai anggota masyarakat
2. Bagi masyarakat: menciptakan keteraturan sosial melalui pemungsian sosialisasi sebagai sarana pewarisan nilai dan norma serta pengendalian sosial.
C. Macam-macam Sosialisasi
1. Berdasarkan berlangsungnya: sosialisasi yang disengaja/disadari dan tidak disengaja/tidak disadari.
Sosialisasi yang disengaja/disadari: Sosialisasi yang dilakukan secara sadar/disengaja: pendidikan, pengajaran, indoktrinasi, dakwah, pemberian petunjuk, nasehat, dll.
Sosialisasi yang tidak disadari/tidak disengaja: perilaku/sikap sehari-hari yang dilihat/dicontoh oleh pihak lain, misalnya perilaku sikap seorang ayah ditiru oleh anak laki-lakinya, sikap seorang ibu ditiru oleh anak
perempuannya, dst.
2. Menurut status pihak yang terlibat: sosialisasi equaliter dan otoriter.
Sosialisasi equaliter berlangsung di antara orang-orang yang kedudukan atau statusnya relatif sama, misalnya di antara teman, sesama murid, dan lain-lain, sedangkan sosialisasi otoriter berlangsung di antara pihak-pihak yang status/kedudukannya berbeda misalnya berlangsung antara orangtua dengan anak, antara guru dengan murid, antara pimpinan dengan pengikut, dan lain-lain.
3. Menurut tahapnya: sosialisasi primer dan sekunder.
Sosialisasi primer dialami individu pada masa kanak-kanak, terjadi dalam lingkungan keluarga, individu tidak mempunyai hak untuk memilih agen sosialisasinya, individu tidak dapat menghindar untuk menerima dan menginternalisasi cara pandang keluarga Sosialisasi sekunder berkaitan dengan ketika individu mampu untuk berinteraksi dengan orang lain selain keluarganya.
4. Berdasarkan caranya: : sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris.
Apabila mengacu pada cara-cara yang dipakai dalam sosialisasi , terdapat dua pola, yaitu represif, dan partisipatoris.
Sosialisasi Represif menekankan pada:
(1) penggunaan hukuman,
(2) memakai materi dalam hukuman dan imbalan,
(3) kepatuhan anak pada orang tua,
(4) komunikasi satu arah (perintah),
(5) bersifat nonverbal,
(6) orang tua sebagai pusat sosialisasi sehingga keinginan orang tua menjadi penting .
1. Bagi individu: agar dapat hidup secara wajar dalam kelompo/masyarakatnya, sehingga tidak aneh dan diterima oleh warga masyarakat lain serta dapat berpartisipasi aktif sebagai anggota masyarakat
2. Bagi masyarakat: menciptakan keteraturan sosial melalui pemungsian sosialisasi sebagai sarana pewarisan nilai dan norma serta pengendalian sosial.
C. Macam-macam Sosialisasi
1. Berdasarkan berlangsungnya: sosialisasi yang disengaja/disadari dan tidak disengaja/tidak disadari.
Sosialisasi yang disengaja/disadari: Sosialisasi yang dilakukan secara sadar/disengaja: pendidikan, pengajaran, indoktrinasi, dakwah, pemberian petunjuk, nasehat, dll.
Sosialisasi yang tidak disadari/tidak disengaja: perilaku/sikap sehari-hari yang dilihat/dicontoh oleh pihak lain, misalnya perilaku sikap seorang ayah ditiru oleh anak laki-lakinya, sikap seorang ibu ditiru oleh anak
perempuannya, dst.
2. Menurut status pihak yang terlibat: sosialisasi equaliter dan otoriter.
Sosialisasi equaliter berlangsung di antara orang-orang yang kedudukan atau statusnya relatif sama, misalnya di antara teman, sesama murid, dan lain-lain, sedangkan sosialisasi otoriter berlangsung di antara pihak-pihak yang status/kedudukannya berbeda misalnya berlangsung antara orangtua dengan anak, antara guru dengan murid, antara pimpinan dengan pengikut, dan lain-lain.
3. Menurut tahapnya: sosialisasi primer dan sekunder.
Sosialisasi primer dialami individu pada masa kanak-kanak, terjadi dalam lingkungan keluarga, individu tidak mempunyai hak untuk memilih agen sosialisasinya, individu tidak dapat menghindar untuk menerima dan menginternalisasi cara pandang keluarga Sosialisasi sekunder berkaitan dengan ketika individu mampu untuk berinteraksi dengan orang lain selain keluarganya.
4. Berdasarkan caranya: : sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris.
Apabila mengacu pada cara-cara yang dipakai dalam sosialisasi , terdapat dua pola, yaitu represif, dan partisipatoris.
Sosialisasi Represif menekankan pada:
(1) penggunaan hukuman,
(2) memakai materi dalam hukuman dan imbalan,
(3) kepatuhan anak pada orang tua,
(4) komunikasi satu arah (perintah),
(5) bersifat nonverbal,
(6) orang tua sebagai pusat sosialisasi sehingga keinginan orang tua menjadi penting .
Loading...
No comments:
Post a Comment