a. Mengatur Pola Makan
Kita mengenal. makanan empat sehat lima sempurna, yang sering didengungkan oleh banyak orang, di dunia terutama para ahli dari Barat, sebagai makanan yang paling sempurna, Yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Tapi sebenarnya prinsip makanan empat sehat lima sempurna bukanlah Yang terbaik buat tubuh manusia. Yang terbaik adalah prinsip makanan yang datang dari ajaran Islam yaitu halalan tbayiban. Prinsip makanan ini adalah yang terbaik yang dibutuhkan oleh tubuh manusia, karena memperhatikan aspek lahiriah maupun ruhiyah.
Seseorang pernah memberi nasihat yang baik: “Barangsiapa meninggalkan haram untuk.makan yang halal, maka jernihlah pikirannya. Oleh karena itu, yang Allah perintahkan kepada seluruh manusia adalah supaya mereka senantiasa mengonsumsi makanan yang halal lagi baik (halalan thayiban).
“Tiada wadah yang dipenubi oleh anak Adam lebih buruk daripada perutnya sendiri. Cukuplab bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang sulbinya. Apabila terpaksa dia barus memenubinya,
[SSNI-346] https://woof.tube/stream/77e3A9mEmAF
maka sepertiganya untuk makanan, sepertiganya lagi minuman, sepertiga lainnya untuk napasnya. ” (H.R. Tirmidzi).
Ini adalah teori tentang bagaimana makan yang paling baik yang pernah 4iajarkan oleh Nabi Muhammad Saw beberapa abad yang lalu, sebelum para ahli Barat mengemukan teorinya. Mengapa teori ini begitu baik dan sempurna? Ini semua karena ketiga zat di atas yaitu air, udara dan makanan semuanya dibutuhkan oleh tubuh kita yang jika salah satunya kurang, maka fungsi tubuh juga tidak akan bisa bekerja secara optimal. Ketiga unsur tersebut harus senantiasa tersedia ‑ di dalam. tubuh kita dengan jumlah perbandingan yang seimbang, jika kita menginginkan selumh syaraf tubuh kita berfungsi secara optimal.
Ketika Al‑Mukaukis bertanya kepada Rasulullah Saw mengapa penduduk Madinah jarang sakit, maka Rasulullah Saw menjawab: “Kami adalab suatu umat yang tidak makan sebelum dirasa lapar, dan apabila kami makan tidak pernah sampai kenyang. ” (H. R. Abu Daud)
Al‑Baihaqi meriwayatkan dalam. Syfabul Iman dari Artha’ah, ia berkata: “Pada suatu ketika dokter‑dokter berkumpul menghadap raja, kemu’dian raja berkata kepada mereka, ‘Apa obat yang paling manjur untuk perut?’ Semua orang menjawab dengan pendapatnya masing‑masing, kecuali satu orang yang diam saja. Ketika mereka semua selesai berbicara, raja berkata kepada laki‑laki yang diam itu; “Apa pendapatmu?” la m.enjawab: “Mereka telah menjawab dengan bermacam‑macam dan semuanya mempunyai manfaat, tapi puncak itu semua ada tiga macam, yaitu jangan sekali‑kali makan kecuali kalian lapar; jangan makan daging yang dimasak kecuali sampai matang betul, dan jangan menelan makanan sampai kalian mengunyahnya dengan halus sehingga perut tidak kesulitan mencernanya.”
Seorang tabiin yang terkenal di zamannya Yahya bin Mu’adz berkata: “Barangsiapa banyak makan maka banyak dagingnya, siapa banyak dagingnya mak‑a besar syahwatnya, siapa besar syahwatnya maka banyak dosanya, siapa banyak dosa maka keras hatinya dan siapa keras hati maka hanyut dalam buaian dunia dan dekorasinya.”Il
Betapa hati‑hatinya sikap beliau di dalam masalah makanan sebagai cerminan sikap takwa beliau. Beliau mengajarkan pola makan sekaligus memilihkan proporsi makanan yang terbaik untuk tubuh kita. Beliau juga mengajarkan cara makan yang baik yang nanti bisa bermanfaat bagi perkembangan ruh dan akal. Pola dan cara makan seperti inilah yang dflakukan pula oleh para sahabat ra dan yang mengikuti jejaknya dengan baik, sehingga mereka terkenal dengan daya ingatnya yang kuat, sederhana bahasa jang diucapkan tapi luas maknanya. Demikianlah pengaruh makanan dalam membangkitkan kecerdasan akal.
b. Belajar dengan Cara yang Benar
Sesungguhnya langkah yang salah akan berakhir dengan penyesalan. Sementara langkah yang benar akan mendatangkan kesudahan yang baik, walaupuq,mungkin jalan yang dilaluinya itu penuh dengan onak dan duri. Belajar dengan cara yang benar akan mampu mengasah otak menjadi cerdas, menjadi lebih paham terhadap apa yang dipelajari.
Ilmu itu banya dapat dikuasai dengan belajar, kecerdikan juga begitu.Barangsiapa mengerjakan kebaikan, ia mendapatkannya. Sedangkan barangsiapa mengbindari kejelekan, ia akan terjaga darinya. ” (H.R. Al Tabrani dan Al‑Daruquthny)
Dari Anas ra Rasulullah Saw bersabda: “Menuntut i1mu itu wajib bagi setiap muslim. Orang yang menuntut i1mu itu dimohonkan ampunan baginya oleb semua makbluk bingga ikan‑ikan yang ada di laut. ” (H.R. Ibnu Abdil Barr)
“Karena belajar menjadi begitu menyenangkan, maka tak ada lagi batasan dalam diri saya. Kini saya tahu bahwa saya dapat belajar apa pun. Mengatakan bahwa kecerdasan saya berkembang sepuluh kali lipat bukan hal yang terlalu berlebihan.” (D.C. Cordova, Partner. Excellerated Learning Institute San Diego, California)” Berikutnya: 21 Strategi dan Cara Belajar yang Benar Bagian
Loading...
No comments:
Post a Comment