Dasar Keputusan Investasi - Apabila mendengar kata investasi, maka kata yang selalu mengiringi adalah kata return (keuntungan investasi) dan risk (risiko). Dua kata tersebut merupakan hal dasar dalam pengambilan keputusan investasi.
Investasi merupakan sebuah upaya penempatan sejumlah dana untuk dikembangkan yang diharapkan akan mendatangkan keuntungan dimasa yang akan datang. Motivasi mengapa melakukan investasi sudah jelas, investor ingin mendapatkan return atau keuntungan dimasa depan.
Menurut Tandelilin [2005] dasar dasar keputusan investasi bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain:
Return adalah tingkat keuntungan yang diperoleh dari sebuah investasi. Return yang diinginkan dari sebuah investasi harus dibandingkan dengan kompensasi terhadap biaya peluang (opportunity cost) yang hilang dan resiko adanya perubahan nilai karena inflasi.
Biaya peluang maksudnya adalah kesempatan mendapatkan keuntungan yang hilang karena telah memilih satu dari beberapa jenis investasi yang ada. Misalkan perusahaan memiliki kas sebesar Rp 1 Milliar. Ada opsi uang tersebut diinvestasikan kedalam deposito, saham, obligasi ataupun properti.
Instrumen investasi yang mana yang memberikan keuntungan paling banyak dalam tempo yang sama?
Yield adalah pendapatan yang diperoleh oleh investor secara rutin (periodik).
Misalnya, perusahaan yang berinvestasi pada obligasi, maka yield-nya adalah pembayaran bunga atau kupon obligasi yang akan diterima dalam 3 bulan atau 6 bulan sekali bahkan 1 tahun sekali.
Atau jika berinvestasi dalam instrumen saham, maka yield-nya berupa deviden yang diperoleh 1 tahun sekali. Tergantung pada kebijakan deviden perusahaan.
Capital Gain adalah naik turunnya nilai investasi. Umumnya instrumen investasi sekuritas. Contohnya harga saham. Ketika saham dibeli dengan harga X perlembar. Dan kemudian saham tersebut dijual dengan harga diatas harga X. Maka ada selisih yang akan menjadi keuntungan investor. Namun juga sebaliknya, apabila dijual dibawah harga X, maka investor akan mengalami kerugian.
Dalam kontek keputusan investasi, perlu dibedakan antara keuntungan yang telah terealisasi (realized return) dengan keuntungan yang diharapkan (expected return).
Perhitungan realized return menggunakan data historis masa lalu. Realized return dipakai untuk menjadi salah satu alat ukur kinerja dari sebuah investasi perusahaan.
Return ini bisa dijadikan sebagai dasar untuk menentukan tingkat expected return dan resiko sebuah investasi yang akan datang.
Tingkat keuntungan yang diinginkan ini bisa dipengaruhi oleh sejauh mana prospek investasi perusahaan di waktu yang akan datang.
Dalam konteks manajemen investasi risiko merupakan penyimpangan/ perbedaan antara return yang diharapkan dengan return yang benar-benar diterima oleh investor (return aktual). Kenyataan yang ternyata tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Resiko merupakan sebuah konsekuensi yang sangat tidak menguntungkan dari sebuah investasi.
Resiko investasi bisa menjadi sebuah kerugian. Semua instruman investasi pasti memiliki resiko. Baik itu resiko kecil atau resiko besar. Untuk itu dalam keputusan investasi, selain return, perhitungan resiko menjadi hal yang wajib dilakukan.
Jadi, pentingnya memahami sebuah resiko dalam keputusan investasi adalah untuk bisa mengantisipasi dan menghindari atau sekedar meminimalkan kemungkinan kerugian yang bisa terjadi pada investasi yang dijalankan.
Sudah menjadi idiom umum bahwa high risk high return. Setiap investasi yang menghasilkan return yang tinggi, maka semakin tinggi pula resikonya.
Secara umum, resiko dalam konsep keputusan investasi bisa digolongkan menjadi dua resiko, Resiko sistematis dan resiko tidak sistematis. Apa itu resiko sistematis dan resiko tidak sistematis ?
Resiko sistematis ini cenderung sulit untuk dihindari. Risiko sistematis ini biasanya berupa resiko suku bunga, resiko pasar, resiko finansial, risiko bisnis, resiko inflasi, resiko politik, resiko nilai tukar,resiko likuiditas.
Misalkan, harga saham akan mengalami penurunan apabila tingkat suku bunga meningkat. Contohnya pada saham, jika suku bunga naik, maka nilai saham akan turun. Hal ini bisa terjadi karena return investasi yang berhubungan dengan suku bunga juga akan mengalami kenaikan, seperti deposito contohnya. Situsasi tersebut bisa membuat investor yang berinvestasi saham akan melepas sahamnya dan mengalihkan dananya kedalam deposito.
Industri CPO misalnya, banyak perusahaan yang berinvestasi membuka lahan untuk ditanami sawit, makin banyak perusahaan yang bersaing menanam sawit, sehingga supplay melimpah yang bisa menyebabkan harga komoditas ini berfluktuasi dan anjlok dipasar dunia sehingga membaut industri komoditas ini menjadi kurang menguntungkan.
Resiko tidak sistematis ini masih bisa dihindari. Resiko tidak sistematis ini contohnya resiko finansial, resiko likuiditas
Resiko finansial kemungkinan akan muncul apabila perusahaan mencari sumber dana dari pembayaaan utang. Baik berupa utang obligasi ataupun hipotek. Semakin besar utang dan bunga, maka semakin besar pula resiko gagal bayar yang membayangi.
Referensi: http://asriyaqien.blogspot.co.id , pscychologymania.com
Investasi merupakan sebuah upaya penempatan sejumlah dana untuk dikembangkan yang diharapkan akan mendatangkan keuntungan dimasa yang akan datang. Motivasi mengapa melakukan investasi sudah jelas, investor ingin mendapatkan return atau keuntungan dimasa depan.
Menurut Tandelilin [2005] dasar dasar keputusan investasi bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain:
- Return (keuntungan)
- Risk (resiko)
- The Time Factor (faktor waktu)
1. Return
Mengapa orang melakukan investasi ?
Tentu saja karena ingin mendapatkan keuntungan. Apabila sebuah investasi diperkirakan tidak menguntungkan. Maka tidak akan ada orang yang mau berinvestasi.
Return adalah tingkat keuntungan yang diperoleh dari sebuah investasi. Return yang diinginkan dari sebuah investasi harus dibandingkan dengan kompensasi terhadap biaya peluang (opportunity cost) yang hilang dan resiko adanya perubahan nilai karena inflasi.
Biaya peluang maksudnya adalah kesempatan mendapatkan keuntungan yang hilang karena telah memilih satu dari beberapa jenis investasi yang ada. Misalkan perusahaan memiliki kas sebesar Rp 1 Milliar. Ada opsi uang tersebut diinvestasikan kedalam deposito, saham, obligasi ataupun properti.
Instrumen investasi yang mana yang memberikan keuntungan paling banyak dalam tempo yang sama?
[IPX-323] https://woof.tube/stream/WqcpL3CrKxDUmumnya, sumber return investasi biasanya berupa Yield dan Capital Gain.
- Yield
Yield adalah pendapatan yang diperoleh oleh investor secara rutin (periodik).Misalnya, perusahaan yang berinvestasi pada obligasi, maka yield-nya adalah pembayaran bunga atau kupon obligasi yang akan diterima dalam 3 bulan atau 6 bulan sekali bahkan 1 tahun sekali.
Atau jika berinvestasi dalam instrumen saham, maka yield-nya berupa deviden yang diperoleh 1 tahun sekali. Tergantung pada kebijakan deviden perusahaan.
- Capital Gain
Capital Gain adalah naik turunnya nilai investasi. Umumnya instrumen investasi sekuritas. Contohnya harga saham. Ketika saham dibeli dengan harga X perlembar. Dan kemudian saham tersebut dijual dengan harga diatas harga X. Maka ada selisih yang akan menjadi keuntungan investor. Namun juga sebaliknya, apabila dijual dibawah harga X, maka investor akan mengalami kerugian.Dalam kontek keputusan investasi, perlu dibedakan antara keuntungan yang telah terealisasi (realized return) dengan keuntungan yang diharapkan (expected return).
1.a. Realized Return (keuntungan yang telah terealisasi)
Realized return atau return yang terealisasi adalah return yang telah terjadi. Keuntungan yang telah diperoleh investor dimasa lalu, diperiode sebelumnya.Perhitungan realized return menggunakan data historis masa lalu. Realized return dipakai untuk menjadi salah satu alat ukur kinerja dari sebuah investasi perusahaan.
Return ini bisa dijadikan sebagai dasar untuk menentukan tingkat expected return dan resiko sebuah investasi yang akan datang.
1.b. Expected Return (ekspektasi keuntungan)
Expected return atau ekspektasi keuntungan adalah keuntungan yang diharapkan akan didapatkan oleh investor dari sebuah investasi yang dilakukan. Expected return adalah harapan. Keuntungan belum diperoleh. Belum terjadi.Tingkat keuntungan yang diinginkan ini bisa dipengaruhi oleh sejauh mana prospek investasi perusahaan di waktu yang akan datang.
2. Risk (Resiko)
Ketika berinvestasi selain mengharapkan return tertentu investor juga harus menanggung tingkat risiko.Dalam konteks manajemen investasi risiko merupakan penyimpangan/ perbedaan antara return yang diharapkan dengan return yang benar-benar diterima oleh investor (return aktual). Kenyataan yang ternyata tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Resiko merupakan sebuah konsekuensi yang sangat tidak menguntungkan dari sebuah investasi.
Resiko investasi bisa menjadi sebuah kerugian. Semua instruman investasi pasti memiliki resiko. Baik itu resiko kecil atau resiko besar. Untuk itu dalam keputusan investasi, selain return, perhitungan resiko menjadi hal yang wajib dilakukan.
Sudah menjadi idiom umum bahwa high risk high return. Setiap investasi yang menghasilkan return yang tinggi, maka semakin tinggi pula resikonya.
Secara umum, resiko dalam konsep keputusan investasi bisa digolongkan menjadi dua resiko, Resiko sistematis dan resiko tidak sistematis. Apa itu resiko sistematis dan resiko tidak sistematis ?
2. A. Systematic Risk (Resiko Sistematis)
Resiko sistematis adalah resiko yang bersifat makro. Berhubungan dengan perubahan-perubahan yang terjadi secara keseluruhan dipasar secara umum. Memberikan dampak dihampir seluruh perusahaan yang ada di pasar. Resiko sistematis bisa berakibat pada return investasi yang bisa berubah-ubah.Resiko sistematis ini cenderung sulit untuk dihindari. Risiko sistematis ini biasanya berupa resiko suku bunga, resiko pasar, resiko finansial, risiko bisnis, resiko inflasi, resiko politik, resiko nilai tukar,resiko likuiditas.
# A.1. Resiko Suku Bunga
Resiko suku bunga adalah resiko yang muncul akibat adanya perubahan tingkat suku bunga rata-rata. Tingkat suku bunga tabungan dan tingkat suku bunga pinjaman, Umumnya resiko ini mempengaruhi instrumen investasi saham, obligasi (bunga mengambang), deposito bahkan properti.Misalkan, harga saham akan mengalami penurunan apabila tingkat suku bunga meningkat. Contohnya pada saham, jika suku bunga naik, maka nilai saham akan turun. Hal ini bisa terjadi karena return investasi yang berhubungan dengan suku bunga juga akan mengalami kenaikan, seperti deposito contohnya. Situsasi tersebut bisa membuat investor yang berinvestasi saham akan melepas sahamnya dan mengalihkan dananya kedalam deposito.
# A.2. Resiko Pasar
Resiko pasar adalah risiko yang berupa pengaruh transaksi pasar yang fluktuatif secara keseluruhan. Resiko ini bisa mempengaruhi return investasi menjadi berubah-ubah. Fluktuasi kondisi pasar ini bisa diakibatkan oleh kondisi seperti krisis ekonomi, perubahan kebijakan pemerintah, perubahan akibat adanya teknologi baru dan lain sebagainya.# A.3. Resiko Bisnis
Resiko bisnis adalah resiko yang erat kaitannya dengan karakteristik dari sebuah jenis industri tertentu. Resiko ini bisa dipengaruhi oleh persaingan bisnis yang dihadapi makin ketat, harga produk yang tidak terkontrol dan lain sebagainya.Industri CPO misalnya, banyak perusahaan yang berinvestasi membuka lahan untuk ditanami sawit, makin banyak perusahaan yang bersaing menanam sawit, sehingga supplay melimpah yang bisa menyebabkan harga komoditas ini berfluktuasi dan anjlok dipasar dunia sehingga membaut industri komoditas ini menjadi kurang menguntungkan.
# A.4. Resiko Inflasi
Katakanlah sebuah instrumen investasi bisa menghasilkan return sebesar 5 persen selama 1 tahun, namun dalam 1 tahun tersebut terjadi inflasi sebesar 5 persen. Maka investasi tersebut bisa dibilang tidak menghasilkan apa-apa.
Parahnya lagi seandainya tingkat inflasi ternyata diatas return investasi yang ditanamkan. Maka hasilnya adalah sebuah kerugian. oportunity cost (biaya peluang)-nya tinggi.
Inflasi adalah kenaikan harga barang secara umum. Adanya inflasi membuat daya beli masyarakat berkurang. Berkurangnya daya beli membuat penjualan menurun yang akan menyebabkan pendapatan perusahaan menurun.Parahnya lagi seandainya tingkat inflasi ternyata diatas return investasi yang ditanamkan. Maka hasilnya adalah sebuah kerugian. oportunity cost (biaya peluang)-nya tinggi.
# A.5. Resiko Nilai Tukar (Exchange Rate Risk/Currency Risk)
Resiko nilai tukar adalah risiko yang muncul karena terjadi perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang dari negara lain. Perusahaan ekspor-impor mungkin paling terpengaruh. Resiko ini membuat return yang diterima menjadi lebih kecil nilainya dari return yang diharapkan.# A.6. Resiko Politik
Resiko politik atau country risk adalah resiko yang berhubungan dengan kondisi politik negara, stabilitas ekonomi antar negara, dan bahkan kondisi tingkat keamanan.
Kestabilan adalah kunci utama, semakin tidak stabil kondisi perpolitikan sebuah negara, semakin besar resiko untuk berinvestasi dinegara tersebut.
Kestabilan adalah kunci utama, semakin tidak stabil kondisi perpolitikan sebuah negara, semakin besar resiko untuk berinvestasi dinegara tersebut.
Kebijakan tentang usaha rokok misalnya. Kenaikan cukai rokok, aturan pembatasan pemasaran dan sosialisasi efek negatif rokok oleh negara mempengaruhi industri rokok. Hal tersebut bisa mengakibatkan pendapatan banyak industri rokok menurun. Dari hulu sampai hilir.
2.B. Unsystematic Risk (Resiko non Sistematis)
Resiko tidak sistematis merupakan resiko yang berkaitan dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada perusahaan tertentu secara individual. Cakupan resikonya hanya pada kondisi mikro yang hanya pada return investasi terhadap perusahaan individual tertentu saja.Resiko tidak sistematis ini masih bisa dihindari. Resiko tidak sistematis ini contohnya resiko finansial, resiko likuiditas
# B.1. Resiko Finansial
Resiko finansial atau resiko keuangan berhubungan dengan struktur modal perusahaan yang digunakan dalam mendanai aktivitas perusahaan.
# B.2 .Resiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Liquidity risk adalah resiko yang berhubungan dengan tingkat kesulitan dalam mencairkan portofolio investasi atau menjual sahamnya kepihak lain karena sedikit atau tidak ada yang berminat untuk membeli sekuritas tersebut.
Kecepatan sebuah sekuritas yang diperdagangkan dipasar sekunder merupakan indikator resiko ini. semakin cepat sebuah sekuritas terjual maka semakin kecil resikonya.
Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, maka semakin likuid sekuritas tersebut. Resiko ini bisa juga didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek atau jatuh tempo dengan menggunakan aset yang ada.
3. The Time Factor (Faktor Waktu)
The time factor atau faktor waktu dalam berinvestasi sangat berpengaruh dalam menjalankan investasi. Ada beberapa alternatif jangka waktu dalam melakukan investasi. Jangka pendek, menengah atau jangka panjang.
Jangka waktu investasi yang dipilih bisa berpengaruh pada perilaku investor terhadap kegiatan investasinya. Lama tidaknya investasi bisa mempengaruhi seberapa besar resiko investasi yang membayangi.
Waktu investasi juga mempertimbangkan seberapa cepat pengembalian atas investasi yang dikeluarkan kembali lagi seperti semula. Semakin cepat pengembalian dan returnnya, maka investasi tersebut semakin layak untuk dijalankan.
Time value of money (nilai waktu dari uang) juga sangat diperhitungkan dalam pertimbangan keputusan investasi. Uang Rp 10 juta saat ini, nilainya belum tentu sama dengan Rp 10 juta 5 tahun yang akan datang. Inflasi.
Tingkat inflasi memiliki keterkaitan yang erat dengan nilai waktu daripada uang. Tentu inflasi menjadi sangat diperhitungkan dalam keputusan investasi.
Misalnya. Dulu, 15 tahun yang lalu uang Rp 1000 sudah bisa membeli Indomie goreng. Tapi saat ini dengan nominal yang sama tidak bisa membeli barang yang sama. Uang dengan nominal yang sama, belum tentu memiliki nilai yang sama pada masa yang akan datang.
Hubungan Return dan Risk
Aturan umum investasi : High risk high return dan juga sebaliknya low risk low return.
Setuju tidak setuju memang begitulah kecenderungan umumnya,
Return adalah motif utama mengapa seseorang investor melakukan investasi. Hal tersebut sangatlah wajar. Tetapi, Resiko. sebuah hal lain yang bertolak belakang dengan return, yang selalu mengikut alur investasi harus diperhitungkan.
Semakin tinggi resiko investasi, semakin tinggi juga tingkat pengembalian investasinya. Walaupun pada kenyataannya, semua investor berusaha sebisa mungkin untuk mendapatkan return investasi yang tinggi dengan resiko seminimal mungkin.
Maka untuk itulah fungsi manajemen keuangan diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara risk dan return yang menjadi dasar dalam keputusan investasi,
Loading...
No comments:
Post a Comment