Pengertian Kepribadian - Pada dasarnya, kepribadian diartikan sebagai suatu kebiasaan dan sikap yang bersifat tetap serta menjadi karakteristik dalam diri seseorang misalnya jujur, rajin dan tekun. Kepribadian menentukan bagaimana seseorang berpikir, merasa, dan bertindak dalam kehidupan sehari-harinya.
Berikut ini adalah konsep dan pengertian tentang kepribadian yang telah diberikan oleh beberapa ahli.
Menurut Koentjaraningrat
Kepribadian adalah beberapa ciri watak yang diperlihatkan seseorang secara lahir, konsisten, dan konsekuen. Setiap manusia melakukan proses sosialisasi. Proses sosialisasi berlangsung selama manusia masih hidup di dunia ini. Melalui proses sosialisasi, kepribadian seseorang individu dapat terbentuk dalam bertingkah laku, sehingga individu memiliki identitas khusus yang berbeda dengan orang lain. Adanya kepribadian dalam diri seseorang tidaklah semata-mata diperoleh sejak lahir, namun lingkungan sosial ikut berperan dalam pembentukannya. Dalam hal ini, kepribadian seseorang diperoleh karena adanya proses sosialisasi di mana individu belajar dari lingkungan sosial sedikit demi sedikit, bagaimana bertingkah laku dan mengenal kebudayaan masyarakat. Misalnya, anak belajar bergaul, menghormati orang tuanya, menghormati hak milik orang lain, berlaku jujur, rajin beribadah, dan lain-lain.
Menurut George Herbert Mead
Kepribadian manusia terjadi melalui perkembangan diri. Perkembangan kepribadian dalam diri seseorang berlangsung seumur hidup. Menurutnya, manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia akan berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat.
Menurut Theodore R. Newcombe
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
Menurut Roucek dan Warren
Kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku individu.
Menurut Yinger
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.
Menurut Robert Sutherland
Kepribadian merupakan abstraksi individu dan kelakuannya sebagaimana halnya dengan masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian kepribadian digambarkan sebagai hubungan saling memengaruhi antara tiga aspek tersebut.
Kesimpulan dari berbagai definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kepribadian sesungguhnya merupakan integrasi dari kecenderungan seseorang untuk berperasaan, bersikap, bertindak, dan berperilaku sosial tertentu.
Perhatikan teman di sekeliling kalian, adakah di antara mereka yang memiliki kesamaan karakteristik fisik? Faktor biologis yang paling berpengaruh dalam pembentukan kepribadian adalah jika terdapat karakteristik fisik unik yang dimiliki oleh seseorang. Setiap warisan biologis seseorang bersifat unik, hal ini berarti bahwa tidak seorang pun yang mempunyai karakteristik fisik yang sama. Sebagian masyarakat menilai bahwa kepribadian seseorang tidak lebih dari penampilan warisan biologisnya. Karakteristik kepribadian seperti ketekunan, ambisi, kejujuran, dan kriminalitas dianggap timbul dari kecenderungan-kecenderungan turunan. Perlu dipahami bahwa faktor biologis yang dimaksudkan dapat membentuk kepribadian seseorang adalah faktor fisiknya dan bukan warisan genetik. Kepribadian seseorang anak bisa saja berbeda dengan orang tua kandungnya bergantung pada pengalaman sosialisasinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepribadian tidak diturunkan secara genetik, tetapi melalui proses sosialisasi yang panjang.
Perbedaan iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus menyesuaikan diri terhadap alam. Melalui penyesuaian diri itu, dengan sendirinya pola perilaku masyarakat dan kebudayaannya pun dipengaruhi oleh alam. Misalnya orang yang hidup di pinggir pantai dengan mata pencaharian sebagai nelayan mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang yang tinggal di daerah pertanian. Mereka memiliki nada bicara yang lebih keras daripada orang-orang yang tinggal di daerah pertanian, karena harus menyamai dengan debur suara ombak. Hal itu terbawa dalam kehidupan sehari-hari dan telah menjadi kepribadiannya. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa faktor geografis sangat memengaruhi perkembangan kepribadian seseorang.
Kita tahu bahwa antara manusia, alam, dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling memengaruhi. Manusia berusaha untuk mengubah alam agar sesuai dengan kebudayaannya guna memenuhi kebutuhan hidup. Misalnya manusia membuka hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Sementara itu kebudayaan memberikan andil yang besar dalam memberikan warna kepribadian anggota masyarakatnya.
Di samping keadaan alam memengaruhi kebudayaan, maka kebudayaan pun bisa memengaruhi alam. Perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat memengaruhi kepribadian seseorang. Misalnya kebudayaan petani, kebudayaan kota, dan kebudayaan industri tertentu memperlihatkan corak kepribadian yang berbeda-beda.
Di masyarakat kadang-kadang terdapat karakteristik kepribadian umum, namun tidak berarti semua anggota masuk di dalamnya. Kepribadian umum merupakan serangkaian ciri kepribadian yang dimiliki oleh sebagian besar anggota kelompok sosial yang bersangkutan.
Kegagalan seorang anak untuk mendapatkan pengakuan sosial seperti ini sering diikuti oleh pola penolakan sosial dan kegagalan sosial seumur hidup.
Setiap kepribadian berbeda dari setiap masyarakat. Setiap masyarakat mengembangkan satu atau lebih jenis kepribadian dasar yang cocok dengan kebudayaannya. Setiap kebudayaan membentuk kepribadian yang cocok dengan kepribadiannya. Sejak saat kelahiran, seorang anak diperlakukan dalam cara-cara yang membentuk kepribadian. Setiap kebudayaan menyediakan seperangkat pengaruh umum, yang sangat berbeda dari masyarakat ke masyarakat. Pengaruh kebudayaan yang lebih langsung pada individu yang sedang berkembang, kita memiliki sederetan variasi yang tidak terbatas dalam tingkatan di mana ia dididik secara sadar, diberi atau tidak diberi kesiapan tanggung jawab yang dibebankan terhadapnya secara sadar.
Setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang berbeda yang akan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian masyarakatnya. Setiap kebudayaan menekankan serangkaian pengetahuan umum terhadap individu yang tumbuh di bawah kebudayaan itu. Pengaruh-pengaruh ini berbeda dari satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya tetapi semuanya merupakan denominator pengalaman bagi setiap orang yang termasuk ke dalam masyarakat tertentu.
Apabila masyarakat berubah, dia pun akan menyerap dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai baru yang muncul bersama perubahan itu. Sosialisasi berlangsung seumur hidup manusia, secara bertahap, bukan seketika. Sedikit demi sedikit pengalaman seseorang bertambah, nilai-nilai dan norma-norma sosial mengalami proses internalisasi.
George Herbert Mead menyatakan bahwa kepribadian manusia terjadi melalui perkembangan diri. Perkembangan kepribadian dalam diri seseorang berlangsung seumur hidup. Menurutnya, manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia akan berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat. Mead mengemukakan pengembangan diri atau kepribadian seseorang berlangsung melalui beberapa tahap.
Dalam permainan yang dilakukan, kesadaran diri anak mulai terbentuk. Mereka memahami siapa dirinya, siapa orang tuanya, dan siapa saja saudara-saudaranya. Dia mulai menyadari, bahwa dirinya mungkin anak kedua dalam keluarganya. Sebagai anak kedua, dia menyadari bagaimana seharusnya bersikap kepada kakak atau adiknya. Sebagai anak, dia mengharapkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Dia pun menyadari sikap-sikap yang seharusnya ditunjukkan kepada kedua orang tuanya. Pada tahap ini anak mampu menempatkan diri sebagaimana seharusnya dan mampu menempatkan diri pada posisi orang lain.
Dalam hidup berkelompok, seorang memiliki banyak pasangan interaksi. Semakin banyak teman berinteraksi, hubungan dengan orang lain semakin kompleks. Pada tahap ini, seseorang mengalami kemantapan diri melebihi dua tahap sebelumnya. Norma-norma di luar keluarga atau kelompoknya secara bertahap dapat dipahami. Misalnya, timbulnya kesadaran bahwa di rumah orang lain terdapat tata krama yang harus dihormati. Dengan adanya kesadaran seperti itu, anak telah siap berpartisipasi aktif dalam hidup bermasyarakat.
Menurut Koentjaraningrat
Kepribadian adalah beberapa ciri watak yang diperlihatkan seseorang secara lahir, konsisten, dan konsekuen. Setiap manusia melakukan proses sosialisasi. Proses sosialisasi berlangsung selama manusia masih hidup di dunia ini. Melalui proses sosialisasi, kepribadian seseorang individu dapat terbentuk dalam bertingkah laku, sehingga individu memiliki identitas khusus yang berbeda dengan orang lain. Adanya kepribadian dalam diri seseorang tidaklah semata-mata diperoleh sejak lahir, namun lingkungan sosial ikut berperan dalam pembentukannya. Dalam hal ini, kepribadian seseorang diperoleh karena adanya proses sosialisasi di mana individu belajar dari lingkungan sosial sedikit demi sedikit, bagaimana bertingkah laku dan mengenal kebudayaan masyarakat. Misalnya, anak belajar bergaul, menghormati orang tuanya, menghormati hak milik orang lain, berlaku jujur, rajin beribadah, dan lain-lain.
Menurut George Herbert Mead
Kepribadian manusia terjadi melalui perkembangan diri. Perkembangan kepribadian dalam diri seseorang berlangsung seumur hidup. Menurutnya, manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia akan berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat.
Menurut Theodore R. Newcombe
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
Menurut Roucek dan Warren
Kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku individu.
Menurut Yinger
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.
Menurut Robert Sutherland
Kepribadian merupakan abstraksi individu dan kelakuannya sebagaimana halnya dengan masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian kepribadian digambarkan sebagai hubungan saling memengaruhi antara tiga aspek tersebut.
Kesimpulan dari berbagai definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kepribadian sesungguhnya merupakan integrasi dari kecenderungan seseorang untuk berperasaan, bersikap, bertindak, dan berperilaku sosial tertentu.
Quinn https://woof.tube/stream/LrPHi8BDtPXDengan demikian, kepribadian memberi watak yang khas bagi individu dalam kehidupan sehari-hari. Kepribadian bukanlah perilaku, namun kepribadianlah yang membentuk perilaku manusia, sehingga dapat dilihat dari cara berpikir, berbicara, atau berperilaku. Kepribadian lebih berada dalam alam psikis (jiwa) seseorang yang diperlihatkan melalui perilaku.
Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian
Adanya perbedaan kepribadian setiap individu misalnya jujur, bertanggung jawab dan disiplin sangatlah bergantung pada faktor-faktor yang memengaruhinya. Kepribadian terbentuk, berkembang, dan berubah seiring dengan proses sosialisasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut.Faktor Biologis
Beberapa pendapat menyatakan bahwa bawaan biologis berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian. Semua manusia yang normal dan sehat memiliki persamaan biologis tertentu, seperti memiliki dua tangan, panca indra, dan sebagainya. Persamaan biologis ini membantu menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku semua orang. Namun setiap warisan biologis seseorang bersifat unik. Artinya, tidak seorang pun yang mempunyai karakteristik fisik yang sama, seperti ukuran tubuh, kekuatan fisik, atau kecantikan. Bahkan, anak kembar sekalipun pasti ada perbedaan itu.Perhatikan teman di sekeliling kalian, adakah di antara mereka yang memiliki kesamaan karakteristik fisik? Faktor biologis yang paling berpengaruh dalam pembentukan kepribadian adalah jika terdapat karakteristik fisik unik yang dimiliki oleh seseorang. Setiap warisan biologis seseorang bersifat unik, hal ini berarti bahwa tidak seorang pun yang mempunyai karakteristik fisik yang sama. Sebagian masyarakat menilai bahwa kepribadian seseorang tidak lebih dari penampilan warisan biologisnya. Karakteristik kepribadian seperti ketekunan, ambisi, kejujuran, dan kriminalitas dianggap timbul dari kecenderungan-kecenderungan turunan. Perlu dipahami bahwa faktor biologis yang dimaksudkan dapat membentuk kepribadian seseorang adalah faktor fisiknya dan bukan warisan genetik. Kepribadian seseorang anak bisa saja berbeda dengan orang tua kandungnya bergantung pada pengalaman sosialisasinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepribadian tidak diturunkan secara genetik, tetapi melalui proses sosialisasi yang panjang.
Faktor Geografis
Faktor lingkungan menjadi sangat dominan dalah memengaruhi kepribadian seseorang. Faktor geograifs yang dimaksud adalah keadaan lingkungan fisik (iklim, topograif, sumber daya alam) dan lingkungan sosialnya. Keadaan lingkungan fisik atau lingkungan sosial tertentu memengaruhi kepribadian individu atau kelompok karena manusia harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Perbedaan iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus menyesuaikan diri terhadap alam. Melalui penyesuaian diri itu, dengan sendirinya pola perilaku masyarakat dan kebudayaannya pun dipengaruhi oleh alam. Misalnya orang yang hidup di pinggir pantai dengan mata pencaharian sebagai nelayan mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang yang tinggal di daerah pertanian. Mereka memiliki nada bicara yang lebih keras daripada orang-orang yang tinggal di daerah pertanian, karena harus menyamai dengan debur suara ombak. Hal itu terbawa dalam kehidupan sehari-hari dan telah menjadi kepribadiannya. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa faktor geografis sangat memengaruhi perkembangan kepribadian seseorang.
Faktor Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap perilaku dan kepribadian seseorang, terutama unsur-unsur kebudayaan secara langsung memengaruhi individu. Kebudayaan dapat menjadi pedoman hidup manusia dan alat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Oleh karena itu, unsur-unsur kebudayaan yang berkembang di masyarakat dipelajari oleh individu agar menjadi bagian dari dirinya dan ia dapat bertahan hidup. Proses mempelajari unsur-unsur kebudayaan sudah dimulai sejak kecil sehingga terbentuklah kepribadian-kepribadian yang berbeda antarindividu ataupun antarkelompok kebudayaan satu dengan lainnya.Kita tahu bahwa antara manusia, alam, dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling memengaruhi. Manusia berusaha untuk mengubah alam agar sesuai dengan kebudayaannya guna memenuhi kebutuhan hidup. Misalnya manusia membuka hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Sementara itu kebudayaan memberikan andil yang besar dalam memberikan warna kepribadian anggota masyarakatnya.
Di samping keadaan alam memengaruhi kebudayaan, maka kebudayaan pun bisa memengaruhi alam. Perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat memengaruhi kepribadian seseorang. Misalnya kebudayaan petani, kebudayaan kota, dan kebudayaan industri tertentu memperlihatkan corak kepribadian yang berbeda-beda.
Di masyarakat kadang-kadang terdapat karakteristik kepribadian umum, namun tidak berarti semua anggota masuk di dalamnya. Kepribadian umum merupakan serangkaian ciri kepribadian yang dimiliki oleh sebagian besar anggota kelompok sosial yang bersangkutan.
Pengalaman Kelompok
Sepanjang hidup seseorang bergabung dalam kelompok-kelompok tertentu yang dijadikannya sebagai model untuk gagasan atau norma-norma dan perilaku seseorang. Mula-mula kelompok keluarga adalah kelompok yang penting, karena kelompok keluarga adalah kelompok yang akan dimiliki sepanjang hayat oleh seorang individu. Ciri-ciri kepribadian dasar dari individu dibentuk dalam lingkungan keluarga. Kelompok yang kedua yaitu kelompok sebaya/persamaan (Peer Group) yakni kelompok lain yang sama usia dan statusnya, menjadi penting sebagai kelompok referense.Kegagalan seorang anak untuk mendapatkan pengakuan sosial seperti ini sering diikuti oleh pola penolakan sosial dan kegagalan sosial seumur hidup.
Pengalaman Unik (Unique Experience)
Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain, walaupun orang itu berasal dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang sama, serta mempunyai lingkungan fisik yang sama pula. Mengapa demikian? Walaupun mereka pernah mendapatkan pengalaman yang serupa dalam beberapa hal, namun berbeda dalam beberapa hal lainnya. Pengalaman setiap orang adalah unik dan tidak ada pengalaman siapa pun yang secara sempurna menyamainya. Menurut Paul B. Horton, pengalaman tidaklah sekedar bertambah, akan tetapi menyatu. Pengalaman yang telah dilewati memberikan warna tersendiri dalam kepribadian dan menyatu dalam kepribadian itu, setelah itu baru hadir pengalaman berikutnya.Setiap kepribadian berbeda dari setiap masyarakat. Setiap masyarakat mengembangkan satu atau lebih jenis kepribadian dasar yang cocok dengan kebudayaannya. Setiap kebudayaan membentuk kepribadian yang cocok dengan kepribadiannya. Sejak saat kelahiran, seorang anak diperlakukan dalam cara-cara yang membentuk kepribadian. Setiap kebudayaan menyediakan seperangkat pengaruh umum, yang sangat berbeda dari masyarakat ke masyarakat. Pengaruh kebudayaan yang lebih langsung pada individu yang sedang berkembang, kita memiliki sederetan variasi yang tidak terbatas dalam tingkatan di mana ia dididik secara sadar, diberi atau tidak diberi kesiapan tanggung jawab yang dibebankan terhadapnya secara sadar.
Setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang berbeda yang akan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian masyarakatnya. Setiap kebudayaan menekankan serangkaian pengetahuan umum terhadap individu yang tumbuh di bawah kebudayaan itu. Pengaruh-pengaruh ini berbeda dari satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya tetapi semuanya merupakan denominator pengalaman bagi setiap orang yang termasuk ke dalam masyarakat tertentu.
Tahap-Tahap Pembentuk Kepribadian
Seseorang dapat memiliki kepribadian yang santun, jujur dan ramah, jika dia telah melewati tahap-tahap dalam pembentukan kepribadiannya. Seseorang belajar menjadi anggota keluarga atau masyarakat melalui proses sosialisasi. Dalam sosialisasi orang menerima dan menyesuaikan diri dengan unsur-unsur dari faktor lingkungan sosial. Sosialisasi bermula dari lingkungan keluarga, kemudian meluas, lambat laun membuat seseorang merasa menjadi bagian masyarakat. Perasaan 'menjadi bagian' terjadi setelah dia berhasil menerima dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan unsur-unsur kebudayaan di sekitarnya.Apabila masyarakat berubah, dia pun akan menyerap dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai baru yang muncul bersama perubahan itu. Sosialisasi berlangsung seumur hidup manusia, secara bertahap, bukan seketika. Sedikit demi sedikit pengalaman seseorang bertambah, nilai-nilai dan norma-norma sosial mengalami proses internalisasi.
George Herbert Mead menyatakan bahwa kepribadian manusia terjadi melalui perkembangan diri. Perkembangan kepribadian dalam diri seseorang berlangsung seumur hidup. Menurutnya, manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia akan berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat. Mead mengemukakan pengembangan diri atau kepribadian seseorang berlangsung melalui beberapa tahap.
Tahap Peniruan (Imitation Stage)
Tahap ini merupakan tahap permulaan di mana seorang bayi menanggapi orang lain hanya sebagai bentuk imitasi atau peniruan. Mereka mengikuti perilaku-perilaku tertentu tanpa mengetahui maksud perilaku tersebut. Mereka belum mampu menggunakan simbol-simbol sehingga Mead menyimpulkan bahwa pada tahap ini seorang bayi belum memiliki diri.Tahap Bermain (Play Stage)
Pada tahap ini, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran orang yang berbeda di sekitarnya. Misalnya, menirukan peran yang dijalankan orang tuanya atau orang dewasa lain yang sering berinteraksi dengannya, seperti kakak, nenek, polisi, dokter, sopir, dan lain-lain.Dalam permainan yang dilakukan, kesadaran diri anak mulai terbentuk. Mereka memahami siapa dirinya, siapa orang tuanya, dan siapa saja saudara-saudaranya. Dia mulai menyadari, bahwa dirinya mungkin anak kedua dalam keluarganya. Sebagai anak kedua, dia menyadari bagaimana seharusnya bersikap kepada kakak atau adiknya. Sebagai anak, dia mengharapkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Dia pun menyadari sikap-sikap yang seharusnya ditunjukkan kepada kedua orang tuanya. Pada tahap ini anak mampu menempatkan diri sebagaimana seharusnya dan mampu menempatkan diri pada posisi orang lain.
Tahap Bermain Peran (Game Stage)
Memasuki tahap ini, seorang anak mulai mengurangi proses peniruan. Mereka secara langsung mulai berani memainkan peranan dirinya dengan penuh kesadaran. Kemampuannya dalam menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat. Peningkatan itu ditunjukkan dengan adanya kemampuan untuk bermain dalam kelompok atau tim. Permainan yang menunjukkan kerja sama dalam tim antara lain permainan sepak bola, bola voli, dan lain-lain. Keterlibatan seseorang berperan dalam tim meningkatkan kemampuan bekerja sama dan tumbuh rasa kebersamaan dalam kelompok. Rasa kebersamaan akan tumbuh menjadi semangat membela keutuhan keluarga atau kelompoknya.Dalam hidup berkelompok, seorang memiliki banyak pasangan interaksi. Semakin banyak teman berinteraksi, hubungan dengan orang lain semakin kompleks. Pada tahap ini, seseorang mengalami kemantapan diri melebihi dua tahap sebelumnya. Norma-norma di luar keluarga atau kelompoknya secara bertahap dapat dipahami. Misalnya, timbulnya kesadaran bahwa di rumah orang lain terdapat tata krama yang harus dihormati. Dengan adanya kesadaran seperti itu, anak telah siap berpartisipasi aktif dalam hidup bermasyarakat.
Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Other)
Pada tahap ini anak telah memasuki jenjang orang dewasa dan telah mampu mengambil peranan yang ada di dalam masyarakat. Ia mampu berinteraksi dengan orang lain karena telah memahami peranannya sendiri serta peran orang lain yang menjadi mitra interaksinya. Selain dapat menempatkan diri sebagai orang lain, juga harus dapat menempatkan diri sebagai anggota masyarakat luas. Untuk ini diperlukan sikap tenggang rasa dengan sesama warga masyarakat. Di samping itu, tumbuh sikap saling menghargai, kesediaan bekerja sama, dan menyadari sebagai bagian diri warga masyarakat. Seseorang mulai memerhatikan akhlak orang lain atas dirinya, di samping hak-haknya sendiri yang dia harapkan dipenuhi oleh lain. Untuk itu diperlukan kesadaran akan adanya berbagai norma untuk menjamin pergaulan hidup bersama secara harmonis di masyarakat. Pada tahap ini pula seorang manusia telah menjadi warga masyarakat secara penuh.
Loading...
No comments:
Post a Comment